chapter 21: dengan caraku, sama seperti mu

1.1K 214 24
                                    

Di tengah gelapnya ruangan, sosok kecil itu meringkuk dengan kepala bersembunyi diantara lipatan tangan. Di tengah gelap yang memeluk, isak tangis senantiasa mengiringi, menunjukkan betapa sunyinya sekitar.

Namun, suara derit pintu yang dipaksa terbuka membuat isakan lantas terhenti. Manik penuh linangan air mata itu melebar dikala melihat segaris cahaya di bawah pintu semakin menyeruak masuk.

"Kioka!"

dalam sekejap, mata terbuka, membulat terkejut akan sentakan dari otak yang memaksa bangun. Jantung nya memompa cepat, keringat dingin membasahi, nafasnya tak beraturan.

Mata mengerjap, tubuh perlahan didudukan.

Gelap.

Sentuhan nya ada dikegelapan.

Gelap itu menyeramkan.

Tak ada cahaya di manik (e/c) nya, hanya kosong yang melingkupi. Tangan membekap mulut, kulitnya mulai memucat dengan niat buruk yang mulai timbul—mengalihkan bayang-bayang menjijikkan ini dengan rasa sakit yang lebih sakit dari kepalanya, atau...hancurkan saja kepalanya?

"(Name)? Sudah bangun? Kenapa? Mual? Aku ambilkan obatmu, ya. Tunggu, jangan kemana-mana, jangan menyentuh apapun." Peringatnya, sebelum benar-benar pergi memasuki kamar milik yongsun (name).

'(Name)...? Ah aku. Aku (name).'

"(Nameeeee)!!!!"

Jeritan pilu yang menyerukan namanya membuat keringat semakin mengalir deras, jantung semakin memompa cepat, hampanya kegelapan semakin berputar-putar di maniknya.

Tidak, ini salahnya.

Salahnya.

"(Name)." Panggilan penuh kelembutan itu membuat si empunya nama tersadar, lantas kepala menoleh, mendapati sang kakak yang menatap teduh dengan senyum manis terpatri. "Mau makan dulu?"

"Kak yejun?"

"Iya, ini aku."

"Aku...takut."

Yejun memiringkan kepala, memperhatikan raut suram sang adik dengan jelas masih dengan senyum manisnya. Tanpa aba-aba, ia menangkup pipi (name) yang membuat si pemilik tersentak. Perasaan was-was tak ayal menggerogoti, pupilnya bergetar membuat sang kakak terkekeh.

"Mau kutunjukkan sesuatu?" Ajaknya, tangan kecil yang tampak bergetar itu menyentuh punggung tangannya. Manik biru dengan sirat riang, hangat, serta secara bersamaan terkesan dingin yang mampu membuat siapa saja terhipnotis, kini menatap lekat manik sang adik yang malah tak terpengaruh sama sekali.

"Aku mau tetap di sini."

"Aku tak mau kau begini."

"Ini bukan urusan mu."

"Aku keluarga mu, (name)." tekannya, rendah, penuh penuntutan. Tak ada lagi sirat lembut yang mengiringi, ia sudah selalu berusaha menjaga kewarasannya yang terlalu takut akan dibenci, ditinggalkan, serta diabaikan oleh keluarga satu-satunya ini. Yejun, terlalu menyayanginya.

Sampai ini terasa mengekang sang gadis.

"Kau...Jangan-jangan kau ini iblis yang menjelma sebagai kakakku?"

ɪʀɪᴅᴇꜱᴄᴇɴᴛ [Lookism]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang