chapter 02: berangkat bersama

2.7K 437 14
                                    

Aku ada ide alur, tapi nggak ada ide buat nama eps ama ngisi desknya 😢😭😭

Jahat kamu otak!

Untuk sementara gini dulu, kedepannya nggak tau bakal diubah kek mana lagi. Haha

Ngomong-ngomong kayaknya alurnya bakal nyantai atau lebih ke ngebosenin keknya.

***

'Masalahnya selesai juga, untung aku suruh pasang kamera kecil-kecil yang sulit dilihat oleh mata telanjang.'

Dan itu, hampir ditempel diseluruh tempat miliknya. mungkin satu ruangan berjumlah belasan. Salahkan saja (name) yang memerintah.

'Padahal masalah sesimpel ini kenapa mereka sepanik itu?'(name) tidak melihat saja, bagaimana wajah pucat mereka ketika tau proyek besar mereka dicuri oleh orang yang tak diketahui. Dan masalah itu bocor pada pemimpin yang sebenarnya harus tau.

"Oh! Anu...hai?"hyungseok dibelakang yang merasa serba salah langsung saja menyapa. Meskipun itu terdengar aneh.

Sementara (name) didepan hanya mengangkat tangan singkat kemudian diturunkan membuat hyungseok swetdrop.

Udah, gitu doang?

"Rumahmu disekitar sini, ya?"tanya nya penasaran. Hyungseok baru sadar kalau kemarin mereka pulang ke jalur yang sama.

"Ya."mendengar jawaban membenarkan, hyungseok mengangguk mengerti. Bunga-bunga langsung bertebaran disekitarnya dengan senyum manis yang terlihat bahagia. Itu membuat (name) menatap aneh dengan mata serasa silau.

'Kenapa dia begitu?'batin (name) heran.

'Ka-kalau begitu, punya teman pulang! Pulang bersama, berangkat bersama...ah, tapi memang nya dia mau jadi temanku?'ekspresinya langsung berubah ragu. Diam-diam melirik (name) yang sedang menoleh ke kiri. Alhasil dia bisa melihat wajah (name) dari samping.

'Aku tau namanya saja tidak. Apa aku tanya sekarang saja, ya?'batin hyungseok mengangguk yakin.

"Anu—"

"Hah?"

Belum sempat menyelesaikan ucapan, (name) langsung memotong.

"Oh, maaf. Baru bicara, ya? Kau mau tanya apa?"tanya (name). Hyungseok mengerjap, hendak melanjutkan pertanyaan tapi kembali dipotong.

"Sebentar."cegat (name) memberi instruksi dengan mengarahkan telapak tangan, sementara tangan sebelah nya memegangi ponsel sambil mengetik.

Hyungseok agak terkagum melihat nya. Apa tidak takut jatuh?

Mengingat gumaman (name) yang tak sengaja ia dengar kemarin, sepertinya  itu yang membuat wajah (name) seperti orang kurang tidur. Jika diperhatikan, jika tidak sih kelihatan biasa saja.

Hanya seperti gadis tanpa ekspresi, pasti orang-orang kira (name) selalu menjalani hidup yang membosankan—berulang-ulang melakukan hal yang sama tanpa menikmati hidup.

"Apa...kau tidur nyenyak?"tanpa sadar, mulutnya berceletuk pelan. Kepala (name) mendongak demi bisa menatapnya, hyungseok langsung gelagapan menyadari apa yang dilontarkan.

"A-AH! BUKAN! BUKAN MAKSUD KU MENANYAKAN HAL ANEH! A-AKU! AKU HANYA KHAWATIR!"

"Khawatir?"

"Ti-tidak itu....maksudnya, Kata-kata tadi...itu tidak sengaja! Sungguh!"pekiknya melanjutkan. Matanya terpejam erat setelah nya, dengan rona tipis terlukis dipipi. Ia malu setengah mati, sudah teriak, alasannya asal-asalan pula. Tapi ia tidak siap jika harus kena marah.

'Bagaimana ini?! Bagaimana kalau dia menganggap ku aneh? Ha-harus minta maaf!'batinnya gugup. Matanya kembali terbuka, mendapati (name) yang nampak sedang memasukan ponsel ke saku.

"Maaf!"teriaknya, punggung segera dibungkukan dalam. Surai-surai yang menutupi kening pun ikut turun dibuatnya.

"Kau tidak salah. Toh, aku tidak peduli dengan semua tindakan dan ucapan mu itu."mendengar itu, matanya melebar. Kepalanya mendongak menatap (name) terdiam. Meski kata-kata tidak peduli itu agak...menyakitkan sih.

"Selagi itu bukan hinaan, selagi kau tidak merasa salah itu bukan salahmu. Dan jangan terlalu pedulikan pandangan orang lain terhadapmu. Kau terlalu banyak meminta maaf."jelas (name). Tangannya memeluk perut pegal, dengan tangan satu lagi yang disimpan di atas tangan satunya.

Tapi karena (name) mau menguap jadi posisi nyamannya harus hancur.

Dari kata-kata itu yang membuat hyungseok tertegun, satu yang dia dapatkan.

'Dia...bicara panjang hanya demi memberitahu ku yang bahkan tidak dia peduli kan?'

Padahal hyungseok kira (name) irit bicara, ah hyungseok jadi terharu.

Melihat (name) yang mulai berjalan menjauh, ia pun menyusul. Dengan senyum baru yang terukir namun tetap manis diwajah.

'Aku...'

"Boleh aku tanya namamu?"

'...ingin dekat.'

"Yongsun (name)."

'Akan ku ingat namanya!'

Mungkin, bagi orang lain. Kata tak peduli seperti orang yang tak memiliki perasaan. Tapi bagi hyungseok, itu seperti kata memperbolehkan bahwa dirinya boleh mengatakan apapun yang ingin dikatakan. (Name) takkan peduli dan tetap mendengarkan.

***

Sampai dikelas, suara heboh para siswi mendominasi saat masuknya hyungseok.

"Hai?"sapa hyungseok tersenyum canggung.

"Hai!"

"Hai hyungseok!"

"Hai."

Yang dibalas senang hati juga oleh mahkluk dikelas.

Hyungseok duduk ditempat nya setelah menyapa teman sebangku nya, sementara (name) baru duduk setelah masuk lewat pintu satunya. Agar tidak dikira berangkat bersama.

Melihat bayangan dimeja, (name) mendongak. Mendapati gadis cepol yang pernah ia temui di perpustakaan.

'Kim mijin, kan?'

"....waktu itu pulpen mu tertinggal."ucapnya tersenyum sambil menyerahkan pulpen yang dimaksud.

"Ah, iya. Terimakasih."balas (name). Tangannya terulur mengambil pulpen dibalas anggukan singkat oleh mijin.

'Pantas saja aku cari semalam tidak ada.'

I...iya ya! Setelah dilihat-lihat!"

"Iya. Karena tidak terlihat dari wajahnya, Seok itu nggak punya fashion sense!!"

Telinga (name) terasa geli, matanya bergulir menatap gerombolan yang tadi membawa-bawa nama hyungseok.

"...dia miskin."

'A-apa?!'

Melihat raut kaget dari orang-orang yang tak percaya mendengar itu, (name) hanya bisa geleng-geleng kepala.

"Kenapa (name)?"tanya mijin, dijawab gelengan.

ɪʀɪᴅᴇꜱᴄᴇɴᴛ [Lookism]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang