chapter 25 : grup

826 163 36
                                    

Kantung mata berkedut, keinginan untuk melempar ponsel disaku yang sedaritadi tak hentinya bergetar sekuat tenaga (name) tahan. Dalam hati, (name) bertanya-tanya, sebenarnya apa yang haneul bahas sampai-sampai notifikasi terus berdatangan?

Pagi tadi di sekolah, disaat (name) sedang enak-enaknya tidur karena di rumah kekurangan tidur sebab insomnia, haneul heboh memamerkan grup yang dia buat. Grup berisi diri nya, mijin, haneul dan soojung —atas saran (name). Sebenarnya beserta yui, tapi haneul ogah memasukkan nya. Dari pulang sekolah, haneul terus memancing pembicaraan, dan sampai sekarang beberapa mahkluk di grup masih on entah membahas apa.

Rencananya sih tadi bereskan pekerjaan karena malam (name) harus fokus tidur, tapi selalu gagal dan berakhir lari siang. Ponsel selalu menggoda ingin disentuh. Lalu kenapa sekarang, malah olahraga sambil bawa ponsel? Ya bawa saja, siapa tau ada yang penting.

BUAAAK!

satu alis terangkat, mulut reflek terbuka. Pemandangan di depan membuat (name) tertarik menghentikan langkah, bukannya ada niat membantu.

Sungguh tidak berakhlaq.

"Waw, waw. Pertunjukan jalanan yang lumayan."

Semua atensi sontak langsung terarah padanya, termasuk korban pemukul bisbol yang kini melebarkan mata terkejut.

"(Name)?" beonya. Tangan tak bersalah yang tadi kena pukul dia genggam, hal itu menarik perhatian (name). Pasti sakit, mana lagi digips.

"Tega sekali kalian, ck ck. Penindasan pada orang yang sedang terluka."

"A-anda salah paham," ucap si botak mengambil inisiatif. Temannya turut membela dengan menganggukan kepala.

"Kami punya masalah dengan temannya si sipit ini—""oh, begitu. Aku ada urusan dengan si sipit ini," sela (name) membuat genggaman pada tongkat mengerat. Hendak melampiaskan kekesalan, bagaimana pun caranya, tetapi (name) keburu menarik target masuk kedalam mobil yang entah datang darimana.

"Si sipit?! Sialan! Aku juga punya nama!" gerutunya tak terima. (Name) mengangguk, saja. Ponsel disaku akhirnya (name) buka, room chat grup dia masuki dan tunjukan pada lee zin yang mulutnya langsung terkatup. "Huh? Untuk apa ikut-ikutan yang beginian?" tanyanya mengernyit.

Dipikir jika dia ikut, apa gun—oh, ada mijin ternyata.

"Hei, cewek si—ekhem, maksudnya (name), terimakasih sudah mengajak," ucap zin malu-malu. Biasanya saat dia terusir oleh haneul, (name) diam saja. Sekarang, malah ngajak. Kan aneh. Tapi masa bodolah.

"Y."

Saat mesin menyala dan membawa mereka pergi, zin baru tersadar akan dirinya yang tiba-tiba ada di mobil entah siapa, jelas bukan taxi karena supirnya berpakaian bak bodyguard.

"Tunggu—aku ada dimana?! Kau mau membawaku kemana?!" panik zin, takut diculik. Siapa tau diiming-imingi nama mijin, ternyata dia mau diperjualbelikan oleh (name).

"Pikiran mu enak saja! Kau akan ku kirim ke lokasi pembelajaan, menggantikan ku."

"Hah?!"

Dan detik itu, zin untuk pertama kalinya menyesal mengikuti mijin.

***

ɪʀɪᴅᴇꜱᴄᴇɴᴛ [Lookism]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang