Hadiah

1.1K 143 5
                                    

       Frank berdiri beberapa langkah dibelakang Pluem yang sedang menikmati sarapan. Tangannya memegangi sebuah kotak berukuran cukup besar.

       'Gue kasih ngga ya, Kalo gue kasih takutnya abang ngga mau, Tapi kalo ngga gue kasih juga buat apaan, Ngga bakal gue pake juga.' Batin Frank. Setelah cukup lama berpikir ia akhirnya mendekati Pluem dan meletakkan kotak itu disamping Pluem tanpa sepatah katapun.

       "Apa apaan ini?" Tanya Pluem. Ia sedikit terkejut melihat sebuah kotak tiba tiba mendarat di dekatnya.
       "Hadiah, Dari gue." Frank duduk di dekat papanya. Ia menghindari kontak mata dengan sang kakak.

       "Hadiah apaan? Give away?" Pluem kembali bertanya.
       "Hadiah ulang tahun lo lah." Nada bicara Frank terdengar canggung. Mendengar itu New hanya tersenyum.

       "Lah ulang tahun gue mah udah kelewat 2 minggu yang lalu. Ngelindur lo?"
       "Ck, Duitnya baru kekumpul. Mau ngga? Kalo ngga mau gue ambil lagi nih."
       "Ya mau lah gila. Gue buka ya?"

       Frank mengangguk dan membiarkan Pluem membuka kado pemberiannya. Sesekali Frank curi pandang untuk melihat ekspresi kakaknya.

       "Frank lo yang bener aja... Pa liat, Masa helm bogo sih. Lo bayangin aja gimana bentukan gue naik motor gede pake helm bogo, Buset mana warnanya merah." Protes Pluem begitu ia melihat sebuah helm berwarna merah di dalam kotak.

       "Kan gue udah bilang, Kalo lo ngga mau yaudah ngga usah diambil. Sini balikin."
       "Nih, Gue balikin."

       "Abang... Jangan gitu ah. Hargai dong pemberian adiknya. Itu dibeli pake duitnya sendiri loh, Masa mau dibalikin." New menasihati putra sulungnya.

       "Yaudah maap. Ini gue terima ya kado dari lo, Makasih loh buat helm bogo merahnya. Kapan kapan gue pake deh biar lo seneng."

       Begitulah, Hadiah dari Frank akhirnya diterima oleh Pluem meski dengan sedikit keterpaksaan.

~~~

       Frank melangkahkan kaki memasuki area sekolah. Ia berharap hari ini kegiatan sekolahnya berjalan dengan baik. Namun harapan hanyalah harapan, Frank dihadang oleh sekelompok siswa yang membawanya ke belakang gedung sekolah.

       "Udah sebulan lo ngehindarin kita nih Frank. Pasti banyak duit yang lo kumpulin selama ini kan? Secara lo ngga ngasih kita jatah jajan. Sekarang siniin duit lo, Kita butuh duit buat sarapan." Ucap salah satu dari mereka.

       "Gue ngga bawa duit, Tapi kalo kalian mau sarapan kalian bisa makan bekal gue." Frank berbicara dengan sangat hati hati.

       "Woi dongo, Yang kita maksud sarapan tuh nyebat cuy. Bro, Rogoh kantong celana dan bajunya, Gue bagian obrak abrik tas nya."

       Anak anak itu dengan brutal merogoh seluruh kantong di pakaian Frank. Mereka menemukan beberapa lembar uang di kantong celana.

       "Wah berani lo boongin kita?!" Bentak salah satu dari mereka yang menemukan uang di saku Frank. Kebohongan Frank memancing emosi anak anak nakal itu.

       "Nih, Hukuman buat tukang bohong kaya lo."

       Kotak bekal milik Frank dibanting dan dipungut lagi, Sandwich yang berada di dalam kotak diambil kemudian dimasukkan ke mulut Frank secara paksa. Tak hanya itu, Mereka menghancurkan sisa sandwich diatas kepala Frank. Sandwich berisi sayuran dan telur itu rata menghiasi rambut siswa bernasib malang tersebut.

       Frank tak bisa berbuat apa apa, Selain kalah jumlah, Ia juga berhadapan dengan anak kelas 12 yang notabenenya adalah senior. Puas menjahili Frank, Mereka pergi begitu saja, Membawa uang yang mereka ambil dari pemiliknya.

       Frank tak menangis, Ia sudah terbiasa dengan hal semacam ini. Dengan santai Frank mengambil kotak bekal kosong miliknya dan memasukkan ke dalam tas. Sebelum pergi, Tak lupa ia bersihkan sandwich yang berada di kepalanya. Sayur sayuran dan roti mungkin sudah hilang, Namun sisa telur, Saus dan mayones tak akan lenyap hanya dengan ditepuk tepuk.

       Terkadang Frank bertanya tanya, Apa kesalahan yang sudah ia perbuat terhadap kakak kelas yang menindasnya. Diantara semua siswa mengapa mereka hanya menargetkan dirinya sebagai objek perundungan.

~~~

       Frank terlambat masuk kelas lantaran harus membersihkan rambutnya terlebih dahulu. Ia memasuki ruangan kelas dengan rambut yang basah kuyup.

       "Abis ngapain Frank? Mandi di sekolah ya?" Celetuk salah satu teman kelasnya. Seisi kelas tertawa, Kecuali Frank dan seorang guru yang kebetulan mengajar di sana.

       "Frank, Bapak tidak peduli apa yang terjadi sama kamu. Tapi bapak peringatkan, Hari ini adalah hari terakhir kamu terlambat mengikuti jam pelajaran bapak. Jika kamu terlambat lagi, Bapak pastikan kamu tidak bisa masuk ke dalam kelas sampai jam pelajaran selesai."

       Benar, Siapa yang peduli pada seorang siswa korban perundungan? Toh itu tak lebih penting dari gajinya. Frank hanya mengangguk pelan dan duduk di bangku paling belakang di sudut ruangan.

       Anak anak kelas tahu kalau Frank adalah target perundungan oleh kakak kelas mereka. Yang dapat mereka lakukan hanyalah menjauhi Frank agar tak terkena imbasnya. Mereka tak mau menjadi korban juga seperti apa yang dialami oleh Frank.

       Karena itu, Frank hanya memiliki satu teman di sekolah.

Jangan lupa vote yaaa maaciw

RESTU ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang