Terkuak

802 98 2
                                    

       Nanon memasukkan baju terakhir yang akan ia bawa ke dalam koper. Jam baru menunjukkan pukul 05.15, Biasanya Nanon masih tertidur pulas saat ini. Namun pagi ini berbeda, Ia berencana untuk pergi ke rumah bundanya.

       Kejadian semalam benar benar membuatnya marah pada sang ayah. Ia tak menyangka ayahnya lebih memilih seorang laki laki daripada kembali dengan bundanya.

       Susah payah Nanon turun dari tangga sembari menjinjing koper. Tak lupa tas berisi buku buku pelajaran di punggungnya. Nanon bertemu asisten rumah tangganya di lantai bawah, Wanita itu sedang mengelap meja saat Nanon turun.

       "Loh Mas Nanon mau kemana pagi pagi begini?"
       "Mau nginep di rumah bunda, Bi." Jawab Nanon.
       "Tapi Tuan sudah tau kan?"

       Nanon mengangguk, Ia tak mungkin mengatakan yang sejujurnya kalau dia hendak kabur dari rumah.
       "Yasudah kalau begitu, Tapi kok nggak sama tuan kesananya mas?"
       "Ngga bi, Bunda udah pesenin ojol. Udah ya bi, Aku permisi dulu."
       "Iya mas, Hati hati ya."

       Lagi lagi Nanon berbohong, Bundanya bahkan belum tahu kejadian ini. Ia pergi tanpa memberi tahu siapapun kecuali asisten rumah tangganya.

~~~

       Berulang kali Nanon mengetuk pintu rumah bundanya. Tak ia pedulikan hawa dingin yang menerpa. Tak lama pintu terbuka, Terlihat Namtan masih setengah sadar. Rambutnya berantakan dengan wajah tanpa riasan. Ia terkejut melihat Nanon berdiri di depan pintu membawa koper.

       "Astaga Nanon, Kamu ngapain pagi pagi kesini? Terus ini kenapa bawa koper? Kamu diusir sama ayah?"
       "Nanya nanyanya nanti aja, Aku mau tinggal sama bunda."

       Namtan masih tak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Wanita itu membawakan koper Nanon dan mengajak putranya masuk. Ia meminta Nanon untuk duduk di sofa dan menceritakan apa yang sebenarnya terjadi.

       "Hei, Semuanya baik baik aja kan? Cerita ke bunda coba."
       "Ceritanya panjang. Nanti siang sepulang sekolah aku ceritain semuanya." Ujar Nanon, Ia berbaring di paha bundanya.

       Jemari lentik Namtan mengusap rambut putra kesayangannya berulang kali. Ia tak akan memaksa Nanon untuk bercerita sekarang juga.

       "Ayah tau ngga kalo Nanon kesini?" Tanya Namtan. Nanon menggeleng, Ia lantas bangun dan duduk kembali. Mata Nanon menatap wajah cantik sang bunda, Anak itu membayangkan sehancur apa hati wanita di depannya jika ia ceritakan apa yang terjadi.

       "Nanon? Ada yang salah sama wajah bunda?"
       "Ngga ada, Aku cuma... Ah udahlah."

~~~


     Nanon menikmati sepiring nasi goreng buatan bundanya. Namtan tak sedikitpun membahas tentang mengapa Nanon pergi dari rumah, Ia lebih memilih untuk membahas topik topik ringan yang membangkitkan suasana hati putranya.

       "Nanon tau ngga, Ada film horor yang baru rilis di bioskop tau. Mau nonton sama bunda ngga?"
       "Hah? Emang iya bun? Ceritanya tentang apa?"
       "Kalo dari trailernya sih kaya sekte sekte gitu."
       "Wah boleh tuh, Udah lama juga ngga ke bioskop."

       Selesai sarapan, Nanon pergi ke sekolah diantar Namtan. Ia tak membawa motornya tadi pagi. Anak itu lebih memilih pergi menggunakan jasa ojek online.

       Jalanan ibukota yang macet di pagi hari sudah menjadi makanan sehari hari untuk Nanon. Sepanjang jalan ia terus memandangi wajah bundanya.

       "Nanon, Serius deh. Ada yang salah sama wajah bunda?"
       "Ngga ada, Tapi Drake bilang muka bunda kaya anime." Nanon mencoba melontarkan lelucon.
       "Temen kamu matanya rabun tuh. Muka 3D gini disamain sama anime."

       Memang banyak teman Nanon yang memuji kecantikan Namtan. Nanon sendiri mengakui kalau bundanya itu cantik dan tergolong awet muda.

       Mobil terus melaju hingga tiba di depan gerbang sekolah. Mata Namtan melihat Frank yang berjalan sendirian hendak memasuki sekolah.

       "Frank!" Namtan memanggilnya. Yang punya nama menoleh dan tersenyum. Frank tersenyum melihat Namtan turun dari mobil. Sayang senyum itu redup tatkala Nanon turun dan menghampiri bundanya.

       "Bunda, Aku masuk dulu. Jangan lupa jemput." Ucap Nanon, Ia tak menyapa Frank.
       "Yaudah, Belajar yang rajin ya."

       Frank memandang tubuh Nanon yang menjauh. Nanon pasti sangat marah padanya. Sadar ada yang tak beres, Namtan lantas bertanya pada Frank.

       "Kalian lagi marahan ya?" Frank mengangkat bahu. Ia lalu pamit untuk masuk.

~~~

       "Jadi tadi malem tuh ayah ngajak aku ketemu sama Om New. Disana ayah bilang kalo... Ayah sama Om New itu pacaran."

       Namtan sangat terkejut mendengar penuturan Nanon. Sushi yang sudah berada di mulut berhenti terkunyah. Napasnya tercekat, Namtan tak menyangka Tay akan bertindak senekat ini.

       "Ayah kamu ngomong gitu? Kamu ngga salah denger kan?"
       "Bunda pasti kaget kan? Aku ngga tau kenapa bisa jadi kaya gini. Diantara jutaan orang di dunia kenapa harus Om New."
       "Jadi ini alesan kamu cuekin Frank tadi pagi?" Nanon mengangguk.

       Namtan tersenyum dan menggenggam tangan Nanon. Ia melakukan kontak mata cukup lama dengan Nanon sebelum berbicara.

       "Nanon, Dengerin bunda. Frank ngga salah, Dia juga ngga mau ini terjadi. Frank pasti kecewa juga sama kaya kamu. Jangan memutus benang yang tak seharusnya diputus, Nanti kainnya jadi semakin rusak. Jangan memutus pertemanan karena masalah kedua orang tua kalian. Nanon mungkin punya bunda sebagai tempat berlari dari masalah ini tapi Frank? Dia mungkin butuh kamu sebagai temannya."

       Nanon terdiam, Ucapan Namtan ada benarnya. Apalagi Frank tak punya teman selain dirinya.
       "Tapi Frank mungkin aja ngga mau temenan sama aku lagi karena ayah macarin papanya."
       "Mungkin iya, Mungkin ngga. Bunda yakin anak bunda udah gede, Udah tau caranya memperbaiki hubungan. Kalo Frank belum minta maaf, Coba Nanon minta maaf duluan."

       "Kenapa aku harus minta maaf? Aku ngga salah kok."
       "Minta maaf bukan hanya untuk orang yang bersalah loh. Kamu harus ubah pola pikirmu, Bayangin kalo orang yang lebih dahulu meminta maaf adalah orang yang lebih baik."

       Namtan selalu bisa mengetuk pintu hati Nanon. Ia bukan tipe ibu yang dengan tegas mengarahkan bagaimana anaknya melangkah. Menurut Namtan, Lebih mudah membimbing Nanon secara transparan dengan nasihat yang membuat Nanon sadar dengan sendirinya. Masa remaja adalah masa dimana anak akan memberontak jika tak diberi pengarahan dengan benar.

      


Yey double up! Jangan lupa vote yaaa

RESTU ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang