Tay menghela napas dan mondar mandir karena khawatir pada keadaan Nanon. Anak itu tadi pagi dilarikan ke rumah sakit usai ditemukan pingsan di dalam kamar oleh asisten rumah tangga mereka.Tak butuh waktu lama, Setelah menerima pesan dari Tay, Namtan datang ke rumah sakit. Ia berlari kecil menghampiri Tay yang berdiri di depan ruang rawat inap Nanon menunggu kehadirannya.
"Kok bisa sampe masuk rumah sakit tuh gimana ceritanya?" Namtan langsung menginterogasi Tay.
"Dokter bilang Nanon kekurangan cairan, Asam lambungnya juga naik."
"Kamu ngga perhatiin pola makan dia? Kalo ngga sanggup jagain Nanon mending biar aku aja yang jaga.""Namtan, Aku pastiin Nanon dapet makanan tepat waktu dan bergizi. Tapi aku ngga bisa 24 jam pantau dia. Kamu tau kan aku harus kerja." Ucap Tay membela diri.
"Iya aku tau kamu sibuk kerja, Aku tau itu. Aku juga tau kamu punya cukup uang untuk beliin Nanon makanan yang bergizi. Tapi kamu lupa mastiin kalo Nanon makan makanan itu. Udah lah aku mau ketemu Nanon sekarang."
Namtan memilih untuk tidak melanjutkan perdebatannya dengan Tay dan masuk ke ruang rawat inap putranya. Di dalam, Nanon yang semula memandang kedua orang tuanya bertengkar langsung memalingkan muka begitu melihat sang bunda masuk.
"Nanon..." Panggil Namtan. Ia tahu Nanon masih marah padanya. Ia juga menjadi salah satu alasan Nanon melakukan aksi mogok makan dan berakhir di rumah sakit seperti ini.
"Nanon, Ayah dan bunda yang salah disini. Kenapa kamu hukum diri kamu sendiri? Dengan kamu melakukan aksi mogok makan kaya gini, Bukan bunda dan ayah yang rugi, Tapi kamu. Bunda minta maaf kalo bunda udah ngecewain Nanon, Jangan kaya gini lagi ya." Namtan meraih jemari putranya.
Nanon menoleh dan menatap manik mata bundanya dengan penuh kekecewaan. Ia memang marah pada sang bunda, Namun dirinya tak bisa membenci wanita itu.
"Kalo ngga saling cinta kenapa harus menikah? Kenapa harus ada aku? Bukankah itu artinya aku anak yang ngga kalian harapkan?" Tanya Nanon. Matanya berkaca kaca, Beberapa hari terakhir ia memang selalu memikirkan hal ini.
"Bunda akan ceritain semuanya, Tapi Nanon harus janji apapun yang terjadi, Jangan marah sama ayah atau siapapun itu, Oke?" Namtan mengacungkan kelingkingnya. Semula Nanon ragu, Namun pada akhirnya ia menyahut uluran kelingking itu.
"Ayah dan bunda temenan dari kecil, Dulu rumah kita sebelahan. Kita berdua temenan selama bertahun tahun. Waktu kita masuk SMA, Ayah kamu ngasih tau satu rahasia yang dia sembunyiin dari siapapun. Bunda dipercaya sama ayah kamu buat jaga rahasia ini. 'Namtan, Aku gay. Aku ngga suka perempuan.' Begitu katanya. Kaget sih, Tapi gimanapun itu hak dia, Seksualitas ayah kamu bukan ranah bunda. Kita terus temenan bahkan sampe masuk kuliah bareng. Di tahun pertama jadi mahasiswa bunda punya pacar, Namanya Fluke. Dia baik, Penyayang, Dia juga kenal deket sama ayahmu. Tahun tahun berlalu, Keluarga bunda mengalami kebangkrutan. Kakek kamu hampir menutup usaha toko roti yang udah turun temurun. Keluarga ayah kamu mau bantu kita, Dengan syarat perjodohan bunda dan ayah."
Nanon menyimak dengan serius penjelasan dari bundanya. Perlahan ia mulai paham, Tak mudah berada di masa itu. Melihat respon yang bagus dari Nanon, Namtan melanjutkan ceritanya.
"Tadinya bunda ragu dan hampir menolak perjodohan ini, Tapi ayah kamu ngomong kalo lebih baik kita terima aja. Dia butuh generasi penerus suatu hari nanti. Ngga ada perempuan yang dia percaya selain bunda. Ayah kamu cuma mau punya anak, Bukan punya istri. Alhasil kita beneran nikah, Nikah tanpa landasan cinta. 2 tahun kemudian bunda mengandung kamu. Ayah kamu pernah bilang, Setelah anak kita lahir, Kita bisa bercerai. Tapi kenyataannya ngga gitu. Kamu yang kecil dan menggemaskan, Mengubah rencana. Bunda memutuskan untuk bertahan dalam rumah tangga semu itu untuk membesarkan kamu. Bunda mau terus berada di dekat kamu. Pada akhirnya kita beneran cerai, Hak asuh jatuh di tangan ayah kamu. Nanon, Ayah ngga cinta sama bunda, Bukan berarti dia ngga cinta sama kamu. Ayah pernah bilang, Dia ngga pernah membayangkan bisa menjadi seorang ayah, Dan menjadi ayah membuatnya sangat bangga. Dia seneng banget pas kamu berhasil mengucapkan kata 'ayah' untuk pertama kalinya."
"Terus gimana hubungan bunda sama laki laki bernama Fluke itu?" Tanya Nanon.
"Kita berpisah secara baik baik. Menjalin hubungan dengan Fluke ngga bisa membangun ekonomi keluarga bunda saat itu. Nanon coba deh nerima kenyataan ini. Semua ngga seburuk apa yang kamu bayangin kok, Biarin ayah kamu bahagia dengan pilihannya ya."Nanon tersenyum, Meski tak sepenuhnya mengerti, Ia dapat memahami beberapa poin cerita bundanya.
"Jadi ini alesan bunda ngga kaget pas aku cerita tentang ayah waktu itu. Berat bun buat langsung nerima ayah dan seksualitasnya. Aku udah terbiasa liat kepalsuan kalian." Tutur Nanon.
"Bunda paham gimana perasaan Nanon. Tapi coba kamu mulai dari langkah kecil, Misalnya inget hal baik tentang ayah. Abis itu ubah cara pandang kamu ke ayah dan Om New. Sebelum kamu tau kebenarannya, Kamu baik baik aja ke mereka kan? Pelan pelan aja, Semua butuh proses."
Namtan tak sadar Tay sedari tadi berada di belakangnya dan mendengarkan apa yang perempuan itu katakan. Meski hubungan mereka sedang tidak baik baik saja, Namtan masih mau membantu Tay agar hubungan ayah dan anak itu membaik.
Halloo jangan lupa vote yaaa
KAMU SEDANG MEMBACA
RESTU ( END )
Hayran KurguOrang bilang umur hanya angka, Gender hanya huruf. Tanpa orang sadari, Mereka punya cinta namun dunia punya norma. Hal ini menyulitkan kisah cinta dua insan yang harus terhalang restu. Restu Tuhan, Restu semesta dan restu anak anak mereka.