Duka

1.1K 119 10
                                    

       Orang tua mana yang tak hancur hatinya melihat tubuh anak mereka sudah tak bernyawa. Pagi ini, New hanya bisa terduduk di lantai menatap jenazah Frank yang menggantung dengan tambang melilit lehernya. New tak dapat melakukan apa apa saking terkejutnya, Ia butuh waktu untuk mempercayai apa yang sudah terjadi.

       Beberapa menit kemudian New mulai tersadar, Ia menyadari kalau putra bungsunya telah meregang nyawa tadi malam. Laki laki itu berteriak sangat kencang. Bukan, Bukan karena ia ketakutan namun karena New tak dapat menerima kenyataan ini.

       Saat keadaan kalut, New keluar mencari bantuan. Air matanya mengalir deras, Ia menekan bel rumah tetangganya satu persatu. Untungnya saat ini masih sangat pagi, Orang orang sedang menikmati sarapan bersama keluarga mereka.

       "Ada apa Pak New? Apa ada masalah?" Tanya tetangga New kebingungan melihat New yang panik berderai air mata.

       "Tolongin anak saya pak. Tolongin anak saya." New benar benar tak dapat mengontrol dirinya. Tetangga itu lantas meminta New untuk membawanya ke rumah dan melihat apa yang sebenarnya terjadi.

       Betapa terkejutnya tetangga itu melihat kaki menjuntai, Saat ia mendongak, Terlihat jelas tubuh Frank dengan kepala terikat tambang. Ia gantung diri di kamarnya sendiri. Di kasur anak itu tergeletak banyak kado dengan berbagai ukuran, Seolah Frank sudah mempersiapkan semuanya.

       Tak lama kemudian polisi dan ambulan tiba di rumah New. Tubuh Frank diturunkan. Para tetangga mulai mengerumuni area depan rumah New, Berita kematian Frank sudah tersebar. Sementara itu New duduk di sofa, Tatapannya kosong. Ia tak berpikir untuk menghubungi siapapun, Termasuk Pluem yang sudah beberapa hari ini tak berada di rumah.

       Secara kebetulan, Nanon datang ke rumah Frank bersama bundanya. Sebenarnya hari ini Nanon ingin berangkat bersama sekaligus berdamai dengan Frank setelah cukup lama terlibat perang dingin atau lebih tepatnya Frank yang tiba tiba menjauh.

       "Bun, Itu rame rame apa ya." Tanya Nanon, Namtan mengangkat bahu. Ia sendiri juga bingung mengapa rumah New dikerubungi banyak orang.

       Namtan menghentikan mobilnya dan pergi ke rumah New bersama Nanon. Wanita itu bertanya pada salah satu tetangga apa yang sebenarnya terjadi pada New, Mengapa ada ambulan dan polisi di sana.

       "Oh itu bu, Anaknya Pak New meninggal gantung diri. Kasian banget bu, Pak New nya langsung kaya orang linglung. Mana anak sulungnya lagi ngga di rumah."

       Bak tersambar petir di pagi buta, Namtan nyaris terjatuh, Lututnya mendadak terasa lemas. Ia menatap Nanon yang juga terlihat sangat syok. Ibu dan anak ini lantas menelusup, Menembus kerumunan untuk menghampiri New.

       Langkah Nanon terhenti saat berpapasan dengan kantong jenazah yang digotong beberapa orang. Kantong itu dibawa dari arah kamar Frank.

       "Pak, Berhenti dulu. Tolong dibuka bentar aja, Saya mau liat Frank." Pinta Nanon, Suaranya bergetar menahan tangis.

       Permintaan Nanon dikabulkan, Resleting kantong itu dibuka sedikit dan memperlihatkan wajah Frank yang sudah pucat membiru. Tangis Nanon tak dapat dibendung lagi. Ia benar benar tak menyangka Frank akhirnya melakukan tindakan ini.

       Di sisi lain, Namtan menghampiri New, Memeluk laki laki itu dengan sangat erat. Dalam pelukan Namtan, New menangis. Ia memulai harinya dengan sangat berat.

       "Namtan, Anak aku udah ngga ada..." Ucap New pelan.
       "Kamu yang tabah ya, Aku ada di sini buat kamu."

~~~

       Setelah melalui proses yang cukup lama, Jenazah Frank akhirnya siap untuk dikebumikan. Di dalam peti, Anak malang itu terlelap. Nanon duduk di samping peti, Menatap wajah sahabatnya yang terlihat sangat damai.

       "Frank... Cape ya. Maaf gue ngga ada pas lo butuh gue. Ngga seharusnya gue menghilang buat nyelametin diri gue sendiri. Gue lupa kalo gue adalah tempat bersandar lo kalo ada masalah kaya gini. Malem itu pasti lo kesepian banget ya, Maaf."

       Seseorang menyentuh bahu Nanon, Rupanya Tay yang baru datang setelah diberi kabar oleh Namtan. Tay juga merasakan duka mendalam atas kepergian Frank. Ia memiliki kenangan indah bersama putra New itu. Frank yang berbaik hati membantunya berdamai dengan New, Frank yang membantunya saat ia dipukuli oleh Pluem.

       "Frank, Tidur nak. Om tau kamu udah mempertimbangkan banyak hal untuk memilih langkah ini. Jangan khawatir soal papamu, Kita semua yang akan jaga dia di sini."

       "Frank..." Pluem berlari masuk ke dalam rumah dan menghampiri peti mati adiknya. Ia berusaha membuka peti namun dihalangi oleh orang orang.

       "Adik saya ngga mungkin meninggal. Dia ngga mungkin bunuh diri. Ini semua gara gara kalian, Coba aja kalo kalian ngga dateng ke keluarga kita, Semuanya ngga akan jadi kaya gini." Pluem menunjuk Tay dan Nanon dengan amarah yang membumbung tinggi.

       "Abang, Jangan berisik. Kasian Frank nya lagi tidur." New menghampiri Pluem dan menuntun putra bungsunya untuk menjauh dari Tay dan Nanon.

       Pluem masih belum menyadari kalau ia juga turut andil dalam kematian Frank. Andai saja ia tak gegabah, Andai ia tak mengirim foto itu kepada akun gosip sekolah, Mungkin keadaan tak akan serunyam ini.

~~~

       Satu persatu orang orang mulai meninggalkan area pemakaman setelah mengantar Frank ke tempat peristirahatan terakhirnya. Tay, Namtan dan Nanon hanya menatap dari kejauhan. Namtan yang memberi saran agar mereka tak ikut mengubur Frank. Itu dilakukan demi menghindari keributan. Namtan tahu emosi Pluem pasti akan terpancing jika melihat Tay dan Nanon disana.

       Sementara itu Nanon menandangi gundukan tanah dengan nisan tertancap di atasnya. Di tangan Nanon, Terselip sebungkus roti pisang kesukaan Frank. Ia dan Namtan memang sempat pulang untuk berganti baju, Di saat itulah ia mengingat kalau Frank sangat menyukai roti pisang bundanya.

       "Kita kapan kesana bun? Aku mau ngasih ini buat Frank." Tanya Nanon. Namtan merangkul putranya, Ia mengerti Nanon juga pasti ingin mengantar Frank secara langsung.

       "Nanti, Kalo mereka semua pulang. Kamu ngga mau kan terlibat perkelahian dan nantinya malah bikin Frank sedih. Kita ngalah aja ya. Kalo mau nunggu, Bunda temenin."

       Tay, Nanon dan Namtan menunggu cukup lama hingga New dan Pluem pulang. Mereka bertiga lantas mendekati pusara Frank yang sudah bertabur bunga.

       Nanon membungkuk, Ia meletakkan sebungkus roti pisang yang sudah dibawanya sedari tadi didekat nisan. Hatinya sangat hancur saat ini. Ia masih menyesali tindakan Frank dan berpikir kalau dirinya juga alasan Frank memilih untuk mengakhiri hidup.

        "Istirahat yang tenang ya anak baik. Salam buat mama kamu di surga." Ucap Namtan sembari mengelus nisan. Pagi ini, Langit kelabu seolah turut berduka atas kepergian anak baik bernama Frank.




Hai, Jangan lupa vote ya

RESTU ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang