Frank berjalan dengan kepala tertunduk menyusuri lorong. Banyak pasang mata memandangnya sembari berbisik pada teman mereka. Sebagian ada yang tutup hidung begitu Frank lewat.
Frank sendiri dapat mencium bau dari telur busuk yang mendarat di punggungnya. Sialnya, Sekarang waktunya istirahat hingga banyak siswa yang berada di luar kelas dan menyaksikannya.
Anak berkacamata itu hanya ingin cepat cepat sampai di toilet. Ia tak peduli bagaimana orang memandangnya. Toh kejadian seperti ini bukan hal baru untuknya.
"Buset bau tai. Lo berak ya?" Ucap salah seorang murid yang sedang duduk bersama gerombolannya di depan kelas.
"Bukan bau tai bego, Bau telur busuk inimah."
"Bukan ege, Bau pecundang yang ngga punya temen hahahah."Meski sudah berjalan cukup jauh, Frank masih dapat mendengar obrolan anak anak itu. Ia terus melangkahkan kakinya hingga tiba di depan kamar mandi.
Frank segera mencari bilik yang kosong dan memasukinya. Ia tak langsung bersih bersih, Frank memilih untuk duduk diatas kloset yang sudah ditutup dan melamun.
"Gue salah apa ya sama mereka." Gumamnya, Ia masih tak mengerti mengapa orang orang itu melempar telur busuk padanya.
"Gue cape. Apa gue mati sekarang ya?" Kalimat itu meluncur begitu saja, Memang sering terlintas di pikiran Frank untuk mengakhiri hidupnya.
Lamunan Frank buyar saat mendengar suara dari luar, Ia mencoba membuka pintu untuk melihat apa yang terjadi. Beberapa kali ia berusaha untuk membuka pintu, Namun gagal. Pintunya dikunci dari luar. Setelah itu Frank dapat mendengar suara tawa dari anak anak nakal yang sukses menguncinya dari luar.
Frank menghela napas, Hari ini benar benar buruk. Ia hendak menelpon Nanon untuk meminta bantuan namun bel masuk sudah lebih dahulu berbunyi.
"Nanti aja deh, Nunggu Nanon pulang. Gue ngga boleh ganggu dia."
Begitulah, Frank melepas seragam yang ia kenakkan. Terlihat noda kuning berbau menyengat di kemeja putihnya.
"Mama pasti sedih ya kalo liat aku kaya gini." Lagi lagi Frank bermonolog, Ia mengelap matanya yang basah.
Saat sedang mengelap sisa telur menggunakan tisu toilet, Seseorang berbicara dengannya dari luar.
"Woi, Ada orang ngga di dalem?" Ucap orang itu yang ternyata seorang perempuan.
"Ada, Tolong bukain dong." Frank menyahuti.Butuh waktu bagi perempuan itu untuk membantunya membuka pintu. Begitu pintu terbuka, Frank dapat melihat seorang siswi cantik di hadapannya yang menutup hidung.
"Makasih ya, Makasih banyak. Sekali lagi makasih."
Sayangnya siswi itu tak membalas ucapan terima kasih Frank, Ia pergi karena tak tahan dengan bau telur busuk yang ada di baju Frank.
Saat itu, Frank tak menyadari kalau ia hanya memakai singlet. Ia baru sadar beberapa detik kemudian.
~~~
Mata Nanon menyusuri seisi kelas Frank namun tak menemukan sosok temannya itu. Yang ia lihat hanya bangku kosong dengan tas milik Frank di atasnya.
Tak lama, Kelas Frank dibubarkan. Nanon pun bertanya pada salah satu siswa di kelas Frank.
"Maaf, Frank nya kemana ya? Kok ngga keliatan."Alih alih menjawab, Siswa itu justru tertawa untuk beberapa saat. Sejujurnya tawa itu terdengar sedikit menyebalkan di telinga Nanon.
"Maaf, Frank kemana ya?" Nanon mengulangi pertanyaannya.
"Tadi sebelum istirahat sih dia masih di kelas ya, Cuma abis istirahat ngga tau deh tuh anak kemana. Denger denger sih dilempari telur busuk sama kakak kelas." Akhirnya siswa itu menjawab, Meski masih diselingi tawa."Kalo menurut lo ini lucu, Selera humor lo sampah banget." Ucap Nanon. Ia tak suka jika temannya ditertawakan seperti itu.
Nanon menerobos memasuki kelas dan mengambil tas milik Frank. Ia tak peduli bagaimana orang orang menatapnya.
"Anak anak di kelas ini ngga ada yang punya hati."
Tak sengaja Nanon membaca tulisan diatas meja Frank. Kalimat itu ditulis menggunakan pulpen dan dibuat sekecil mungkin. Nanon tak dapat membayangkan bagaimana Frank mengikuti pembelajaran ditengah orang orang yang tak peduli padanya.
Tidak ingin membuang waktu lebih lama lagi, Nanon bergegas mencari Frank. Tujuan utamanya adalah toilet. Dan benar saja, Di dalam toilet ada Frank yang duduk di lantai sambil melamun dengan pakaiannya yang basah kuyup.
"Frank..." Nanon memanggil Frank dan mendekati temannya itu. Melihat kehadiran Nanon, Frank yang semula melamun lantas tersenyum.
"Lo kenapa ngga masuk kelas? Diapain lagi sama kakel kakel itu?"
"Baju gue bau banget Non, Basah juga. Kalo gue masuk gue pasti ganggu anak anak kelas."Nanon merasa bersalah karena tak berada di dekat Frank saat kejadian.
"Lo kan bisa nelpon gue buat nemenin lo disini. Gue ngga masalah kok bolos setengah hari."Sebab Nanon rela membolos lah Frank jadi enggan memberi tahu. Ia tak mau temannya kehilangan waktu belajar hanya untuk menemani pecundang sepertinya.
"Jadi lo dari tadi pake baju basah? Apa ngga dingin? Mereka ada masalah apa sih sama lo? Mending lo kasih tau Om New tentang masalah ini deh Frank."
"Non, Gue ngga mau bikin bokap gue kepikiran. Sejauh ini gue bisa nanganin sendiri kok, Gue ngga papa, Beneran deh." Frank memaksakan diri untuk tersenyum.
Nanon mendengus, Ia kesal sendiri mendengar jawaban Frank. Sambil melepas jaket yang ia pakai, Nanon menggerutu.
"Sumpah ya Frank, Jangan ngga papa ngga papa mulu, Coba deh sekali kali lo teriak 'ANJING LO SEMUA, MAJU SINI BANGSAT!' Di depan mereka. Nih pake, Copot baju lo, Ntar masuk angin malah makin ribet urusannya."
Frank tertawa, Nanon selalu punya cara untuk menghiburnya.
"Ngga usah deh Non, Ntar jaket lo bau telur busuk."
"Ngga papa, Yang penting temen gue ngga sakit. Lo pulang naik apa? Naik ojek ya? Pulang bareng gue aja. Mampir ke rumah gue buat bersih bersih, Ntar gue pinjemin baju yang kering."Mata Frank berkaca kaca. Ia tak kuasa menahan air matanya. Di saat semua orang menertawakannya, Tuhan mengirim malaikat dalam bentuk Nanon untuk membantunya.
"Thanks Non, Gue bener bener beruntung punya temen kaya lo."
Vote nya jangan lupaaaa
KAMU SEDANG MEMBACA
RESTU ( END )
FanfictionOrang bilang umur hanya angka, Gender hanya huruf. Tanpa orang sadari, Mereka punya cinta namun dunia punya norma. Hal ini menyulitkan kisah cinta dua insan yang harus terhalang restu. Restu Tuhan, Restu semesta dan restu anak anak mereka.