Are u ok?

805 105 9
                                    

       Hari sudah mulai gelap, Sudah saatnya mobil mobil milik pekerja memenuhi jalanan. Salah satunya mobil New, Ia beruntung hari ini dirinya bisa bekerja tanpa banyak berurusan dengan Tay.

       Berbicara tentang Tay, Setelah New mengajukan permohonan agar Tay berhenti memperjuangkan hubungan mereka malam itu, Tay sepertinya mulai menyerah. Ia mulai membiasakan diri untuk bersikap biasa saja seperti yang New lakukan.

       Harusnya New merasa senang karena permintaannya telah dituruti, Namun pada kenyataannya ia justru merasa kehilangan. Ia merindukan sosok Tay.

       Memikirkan Tay membuat suasana hati New memburuk. Ia memutuskan untuk mampir ke sebuah kafe sebelum pulang ke rumah. Secangkir kopi mungkin akan membuat hatinya menjadi lebih baik.

       Siapa yang menyangka, Di sana New bertemu dengan Namtan yang sedang menyender di bahu seorang laki laki. Mereka terlihat mesra, Dengan tangan laki laki itu yang sesekali mengusap bahu Namtan. New agak ragu untuk menyapa Namtan, Ia takut kehadirannya justru mengganggu momen kebersamaan Namtan dan orang yang New duga merupakan kekasihnya.

       Untungnya Namtan menyadari kehadiran New dan memanggil laki laki itu untuk bergabung.
       "New! Sini sini. Wah lama ya ngga ketemu. Oh iya kenalin ini Kay, Pacar aku. Kay, Ini New, Pacar mantan suami aku." Kedua alis Kay terangkat. Ucapan Namtan membuatnya terkejut. Pacar mantan suaminya?

       "Sekarang udah jadi mantan." Ucap New lirih.
       "Oh ayo dong, Kalian ngga bener bener putus kan? Sedih banget kalo beneran putus."
       "Demi kebaikan semua orang. Ngga papa, Mungkin emang udah jalannya. Ngomong ngomong, Kamu ngga pernah cerita apa apa ke aku loh, Tiba tiba udah punya pacar aja."

       Namtan menceritakan awal pertemuannya dengan Kay. Berawal dari pertengkaran dirinya dengan Tay yang membuatnya stres hingga memutuskan untuk memotong rambut di salon Kay. Namtan terus bercerita dan New antusias mendengarkannya. Cara berbicara perempuan itu sama sekali tak membosankan. Public speaking Namtan memang tak perlu diragukan lagi.

       "Jadi Kay ini masih mahasiswa ya? Wah keren banget. Dengan jarak usia yang cukup jauh kalian bisa nyambung." Ucap New terkagum kagum.

       "Iya Kak New, Umur cuma angka. Apalagi dengan penampilan kaya Namie ini, Banyak orang yang ketipu. Aku aja awalnya sempet ngga percaya."
       "Tapi Nanon udah tau tentang hubungan kalian kan?"

       Namtan menggeleng. Sejauh ini ia masih merahasiakannya dari Nanon. Dirinya takut kejadian yang menimpa Tay dan New akan terjadi juga padanya.

       "Kamu tau kan Nanon anaknya gimana. Aku sama Kay lagi mikir gimana caranya ngasih tau Nanon tanpa nyinggung perasaan dia." Jawab Namtan.

       "Iya sih, Mending jangan gegabah. Kalo mantan suami kamu? Dia udah tau kamu lagi deket sama orang?"
       "Aku belum ngasih tau Tay sih. Tapi aku yakin dia pasti bakal tau dengan sendirinya."

       New mengangguk, Ia percaya Namtan jauh lebih bijak darinya dalam menentukan pilihan.

~~~

       New menghempaskan tubuhnya di sofa. Ia meregangkan tubuhnya dan berbaring sembari menatap lampu hias yang tergantung di atas. Lampu itu ia beli setelah menyisihkan gajinya berbulan bulan. Lampu yang dipilih langsung oleh Jane.

       Saat sedang tenang menikmati keheningan, New dikejutkan oleh suara jeritan kucing kecil dari bawah sofa. Ia segera mencari dari mana asal suara itu. Sebelumnya rumah ini tak pernah memiliki peliharaan apalagi anak kucing.

       Suara itu terdengar untuk yang kedua kalinya. New yakin suara itu berasal dari kamar Frank. Benar saja, Saat didatangi di kamarnya, Frank sedang bermain dengan seekor kucing kecil menggunakan seutas tali.

       "Dek, Itu kucing siapa?" Tanya New. Frank menoleh dan tersenyum. Ia lalu mengangkat Loren dan meletakkan di pangkuannya. Tak mendapat jawaban, New lantas masuk dan duduk di kasur putra bungsunya itu.

       "Ini kucing kamu? Dapet dari mana? Kotor loh."
       "Ini namanya Loren, Pa. Aku temuin tadi siang sepulang sekolah di tempat sampah. Dia dibungkus pake kantong plastik dan dibuang gitu aja. Tadinya ngga mau aku bawa, Tapi dia ngikutin aku terus. Diliat liat kasian juga, Yaudah aku bawa pulang. Loren udah aku elap pake tisu basah kok pa, Tenang aja."

       New menatap Frank lekat lekat. Anak itu benar benar memiliki hati yang lembut dan hangat.
       "Kalo udah mutusin buat bawa Loren ke rumah, Jangan lupa dirawat yang bener. Bikin dia ngerasa beruntung udah kamu selametin. Ngomong ngomong kamu dapet nama Loren dari mana?" Tanya New. Ia turut mengelus badan ringkih Loren.

       "Loren itu singkatan dari loreng oren. Namanya sesuai kaya corak badan dia. Loren ini cewe pa, Kalo Loren gede dan punya anak, Anaknya pasti lucu banget. Hari ini gimana pa? Berat ngga?"

       New tersenyum, Memiliki seseorang yang selalu menanyakan keadaannya adalah sebuah anugerah. Ia memiliki kesempatan untuk bercerita, Berkeluh kesah dan bertukar pikiran dengan orang tersebut.

       "Pa, Papa masih belum baikan sama Om Tay ya?"
       "Kita udah baikan kok, Frank. Kamu tenang aja."
       "Kalo udah baikan, Papa ngga bakal kaya gini. Aku kangen banget liat papa yang sumringah tiap berangkat dan pulang kerja."

        Benar, New bisa membohongi siapapun termasuk Pluem tapi tidak untuk Frank. Anak itu selalu menyadari kalau orang di sekitarnya tak baik baik saja. Meski dirinya sendiri tengah hancur, Meski harinya berjalan penuh rintangan, Meski orang orang itu mematahkan semangatnya, Frank akan terus bertanya pada seseorang yang kepalanya tertunduk, Apakah kamu baik baik saja?




Jangan lupa vote nya yaa

RESTU ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang