Lingkungan

751 107 5
                                    

       "Lo pada inget ngga sama Jason? Dia ternyata gay woi. Pacar dia orang amrik."
       "Hah sumpah? Jason temen SMA kita kan? Dia yang sekelas sama lo kan Mon? Untung aja dia ngga kuliah bareng kita. Najis banget gue punya temen bentukan kaya dia ewh."
       "Bener banget, Kalo ada keluarga gue yang jadi gay atau jadi lesbi, Beuh bakal gue bakar idup idup sih."

       Pluem terdiam mendengar pembicaraan teman temannya. Mereka terlihat sangat membenci Jason hanya karena dia seorang gay.

       "Pluem, Gimana pendapat lo soal hubungan sesama Jenis?" Tanya Chimon.
       "Menurut gue? Wah kacau banget sih. Kayak... Kaya ngga ada cewe lain di dunia ini."

       Dari sini Pluem tahu apa yang akan terjadi jika ia bercerita mengenai masalah yang sedang menimpanya. Pluem pasti akan dijauhi dan dibenci oleh teman temannya. Dibanding kehilangan teman temannya, Pluem lebih memilih untuk menghancurkan kebahagiaan sang papa.

       Pluem berada di lingkungan orang orang yang tak dapat menerima jenis cinta seperti itu, Ia sudah terdoktrin untuk menjadi pembenci. Dengan senjata andalannya yaitu rasa malu, Pluem terus mendesak sang papa untuk mengakhiri hubungan hingga hubungan itu kini benar benar berakhir.

       Apa yang Pluem dapat setelah itu? Ia tak mendapat apa apa. Tak ada rasa puas di hatinya meski ia berhasil memisahkan papanya dengan sang kekasih. Yang terjadi kini justru keluarganya kian merenggang. Sejak berpisah dengan Tay, New berubah menjadi seseorang yang lebih banyak diam. Sementara Frank mulai menjaga jarak dengan Pluem dan fokus pada papanya.

~~~


     Sudah setengah jam Tay duduk di sebuah restoran korea. Ia mendapat pesan dari Frank melalui instagram yang meminta untuk bertemu dengannya di restoran tersebut.

       Dari lubuk hati Tay yang terdalam, Ia berharap ada satu hal baik yang akan terjadi. Frank tak mungkin mengajaknya bertemu tanpa alasan.

       "Om Tay, Udah lama ya?" Tay menoleh, Ia melihat Frank tersenyum mendekatinya sembari menggandeng sang papa.

       "Frank, Kamu apa apaan sih. Kamu bilang mau nyari peralatan buat tugas sekolah. Papa ngga suka ya kamu boong kaya gini. Ayo pulang, Jangan main main kaya gini ah." Ucap New panik setengah mati.

       Bukannya menuruti ucapan New, Frank justru menarik tangan papanya dan duduk di hadapan Tay. Mereka terlihat canggung.

       "Pa Sorry... Kalo ngga gini papa pasti ngga mau ikut." Frank menggenggam erat tangan New, Berharap agar laki laki itu tak marah padanya.

       "Aku tau ini berat buat papa dan Om Tay. Aku cuma papa senyum lagi kaya waktu bareng Om Tay."

       "Frank, Ada banyak cara buat tersenyum. Kita ngga bisa balik lagi, Banyak yang hancur berantakan semenjak kita bersama." New mencoba menjelaskan pada Frank pelan pelan.

       "Bukan, Bukan sejak kalian bareng tapi sejak kalian mulai terbuka soal hubungan ini. Emang banyak cara buat tersenyum, Tapi Om Tay adalah alasan papa tersenyum lebar. Balikan ya, Please. Kalian bisa sembunyi sembunyi lagi kaya dulu."

       New menatap Tay, Ia tak tahu harus berbuat apa. Sementara Tay tersenyum, Hal baik benar benar terjadi pada mereka. Setidaknya kini satu putra New mulai menerimanya dan bahkan meminta mereka untuk bersama kembali.

       "Gimana, Hin? Kamu ngga masalah kalo kita harus sembunyi sembunyi kaya dulu?"
       "Aku ngga yakin soal itu. Aku takut Pluem tau dan dia malah makin kecewa sama aku."

       "Papa ngga usah khawatir, Aku bakal bantu sebisaku. Selama Bang Pluem ngga tau soal ini, Kalian aman kan?"
       "Frank... Kamu ngga perlu bertindak sejauh ini. Kita bisa urus masalah ini kok, Makasih buat bantuannya ya."

       Frank menghela napas. New terlihat sangat takut pada Pluem. Bisa dimaklumi, New begitu menyayangi keluarga kecilnya. Ia tak mau anak anak yang dicintainya terluka.

       "Kita emang perlu menghargai perasaan orang, Tapi sesekali kita harus menghargai perasaan sendiri, Pa. Aku ngga yakin papa bisa urus ini sendiri. Papa terlalu takut untuk melangkah dan milih buat lari dari tanggung jawab. Hubungan ini bukan cuma Om Tay yang ngejalanin. Pa, Dunia ngga seserem itu."

       Tay cukup terkejut mendengar cara Frank berbicara. Anak itu sangat dewasa, Sangat berbeda dengan putranya sendiri.

       "Kamu yakin kalo papa balik sama Om Tay, Semua akan baik baik aja? Gimana sama pertemanan kamu sama Nanon?"
       "Sssst... Jangan pikirin apapun sekarang. Ayo jadi egois untuk beberapa saat. Mengesampingkan aku, Nanon dan Bang Pluem, Papa mau balikan sama Om Tay kan?"

       Mata New berkaca kaca. Perlahan ia mengangguk. Beberapa detik kemudian ia memeluk Frank. Anak yang berusaha keras untuk mempersatukan kembali dirinya dengan Tay.

       "Bukan aku yang harus papa peluk sekarang. Ayo dong peluk pacarnya hehehe." Frank menggoda papanya. Ia memberi kode pada Tay untuk bertukar tempat.

       Tay berdiri dan bertukar tempat dengan Frank. Duduk di dekat New membuat jantungnya berdetak kencang. Rasa cintanya untuk New masih sama, Tak berubah sedikitpun.

       "Kamu ngga kangen pelukan aku?" Tanya Tay, Ia merentangkan tangannya. New pun menyambut rentangan tangan tersebut dengan perasaan haru.

       Di hadapan mereka, Ada Frank yang tersenyum puas. Setidaknya saat ini, Tay dan New kembali memiliki satu sama lain sebagai sandaran dan sumber senyuman.

      

Jangan lupa vote yaa

RESTU ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang