Granger

1.8K 164 36
                                    

.

.

Granger x Reader

"Berhenti mengatakan dirimu beban, aku tak suka."

.

.

"Jadi ini tempatnya..."

Granger menapakkan kakinya di sebuah hutan dengan kondisi yang sangat memprihatinkan. Benar apa yang dikatakan kaptennya, tempat ini baru saja menjadi tempat pertumpahan darah.

Itu terbukti dengan beberapa pohon yang tumbang, bekas cakaran di mana-mana dan beberapa area yang sedikit hancur akibat sebuah kekuatan.

Granger mendengar sebuah suara ledakan tak jauh dari tempatnya sekarang. Tak ingin membuang lebih banyak waktu, ia segera melesat ke lokasi ledekan untuk melihatnya.

DUAR!!

Semakin dekat, Granger mulai menyiapkan senapannya untuk mulai menembak. Namun, betapa terkejutnya dirinya ketika kedua matanya menangkap seorang gadis yang ia kenal, sedang berada di tengah-tengah kerumunan monster yang mau membawanya menuju kematian.

Tanpa membuang waktu lagi, dia langsung keluar dari semak-semak tempat dia mengintai dan menembak habis semua monster-monster yang menyerang.

Gadis yang terluka itu hanya diam tak berkutik. Dia masih terduduk dengan kaki yang terkilir serta luka goresan yang membuatnya tidak bisa berdiri dan berjalan.

Setelah Granger menghabisi semua makhluk itu, dia berbalik ke arah gadis yang terluka itu dan berjongkok menyamakan tinggi sang gadis.

"Kau tidak apa-apa?" tanya Granger.

Gadis itu pun sadar lalu menggeleng dan menjawab, "Aku tidak apa-apa. Hanya saja..."

Granger mengikuti arah pandangan gadis itu yang mengarah ke kakinya yang terluka. Granger mengambil sesuatu dari balik jubahnya. Ternyata itu perban.

Granger melilitkan perban itu ke bagian kaki yang terluka. Setelah selesai, gadis itu mencoba berdiri, tapi ternyata rasa sakit itu masih melekat. Beruntung Granger menangkapnya sebelum tubuh gadis itu menyentuh tanah.

"Kau tidak akan bisa berjalan."

Granger kemudian berjongkok, membelakangi sang gadis. Dia menyuruhnya untuk naik ke punggungnya.

. . . .

"(N/k)."

"Iya?"

"Apa yang kau lakukan di sana?"

"Aku...hanya ingin mencari tumbuhan herbal untuk ramuanku, tapi aku tidak menyangka kalau akan bertemu dengan monster-monster itu..." (N/k) menjawab dengan pelan.

"Tapi apa kau tahu? Itu daerah terlarang sekarang. Bukan seperti dulu." tanya Granger.

"I-iya..aku minta maaf."

Hening. Tidak ada satu pun dari mereka yang membuka obrolan. Mereka sibuk dengan isi pikiran masing-masing. Setelah cukup lama berjalan, (N/k) meminta Granger untuk berhenti. Dia yakin kalau Granger itu lelah karena setelah cukup lama berjalan sambil menggendongnya.

Granger menurut.

"Granger." yang dipanggil hanya membalasnya dengan deheman.

"Apa aku ini...beban bagimu?"

Kata-kata yang sukses membuat Granger mendelik tidak suka. Dia menatap (N/k), "Apa yang baru kau katakan?"

Nyali (N/k) mendadak ciut ketika mendengar terdapat penekanan dalam kata-kata Granger. Dia takut.

"Kau menyebut dirimu beban?" (N/k) mengangguk pelan.

"Sekarang aku bertanya, kenapa kau bisa berpikiran begitu?"

"Karena...aku hanya bisa menyusahkan orang lain." (N/k) menunduk.

Itu menurut pandangannya, dia hanya bisa menyusahkan orang lain. Di saat orang lain bertarung, dia yang duluan terluka dan harus diselamatkan. Meskipun orang lain tak menganggap itu sebagai masalah, tapi (N/k) justru mempermasalahkannya.

"Aku menyangkalnya." (N/k) mengangkat kepalanya dan menatap Granger.

Kenapa dia harus menyangkalnya? Apa semuanya kurang jelas? (N/k) sudah menyusahkannya berkali-kali, tapi--

"Menurutku, kau bukan beban, tapi sebaliknya."

"Apa kau tidak sadar? Kalau bukan karena dirimu, kami tidak bisa membuat medan perlindungan untuk melindungi Moniyan Empire, kau selalu menolong semua orang. Apa kau tidak sadar dengan apa yang kau lakukan? Kenapa kau masih menyebut dirimu beban setelah semua yang kau lakukan demi kami?"

Ah, benar.

(N/k) tidak pantas dikatakan beban karena dia sudah sangat berjasa. Tanpa dia, mungkin Moniyan Empire akan dengan mudah dihancurkan oleh lawan. Atas jasa yang ia lakukan, dia masih bisa menyebut dirinya beban?

Dia selalu melihat sisi buruk dirinya tanpa menyadari sisi baiknya.

"Sekarang katakan padaku, apa kau itu beban?"

(N/k) tersenyum, dia menatap Granger dengan penuh keyakinan dan percaya diri, "Bukan." jawabnya terdengar yakin.

Itu yang Granger suka, melihat gadis ini percaya pada dirinya dan tidak merendahkan dirinya.

Iya, Granger 'suka'.

"Kalau begitu ayo kita kembali, yang lain pasti sudah menunggu kita." Granger tersenyum tipis dan mengangguk. Dia kembali menggendong sang gadis di punggungnya.

Omake

"Ngomong-ngomong, termasuk hal langka mendengarmu berbicara panjang lebar seperti tadi. Apa terjadi sesuatu?" tanya (N/k).

"Tidak."

"Baiklah."

'Tidak mungkin aku mengatakan kalau aku menyukainya sekarang. Aku masih perlu waktu.' Granger kembali tersenyum tipis tanpa disadari.

.

.

.

.

Finish

Sepenggal Kisah [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang