Estes (Modern)

830 108 2
                                    

.

.

Estes x Reader

"Aku suka, dia bisa menjadi istri yang sangat baik."

.

.

Matahari menunjukkan dirinya dari ufuk timur, pertanda segera akan bermulanya hari ini. Di sebuah gedung kantoran yang sangat tinggi, seorang Pria bersurai putih panjang baru saja bangun dari tidur lelapnya. Dia membuka tirai jendela dan membiarkan sinar matahari masuk, menerangi seluruh ruangan yang gelap.

Dia sedikit merapikan kemejanya yang terbalut oleh jas kerjanya sebelum akhirnya dia pergi ke kamar mandi kantor untuk mencuci muka dan menggosok gigi.

Terlihat nama Estes Moonlight di Nametag yang berpegangan di jas kerjanya. Estes, seorang Pria berusia 22 tahun yang saat ini sedang meniti karir di suatu perusahaan. Sepertinya dia baru saja lembur menginap di kantor untuk menyelesaikan pekerjaannya.

Tangannya mengambil tas kerja dan segera turun ke lobby. Dia ingin cepat-cepat pulang.

"Pagi, Tuan Estes." Manik abu milik Estes menangkap seorang wanita. Di nametag tertulis 'Karina'.

"Pagi, Nona Karina." Balas Estes.

"Seperti biasa, lembur lagi?" Tanya Karina.

"Yah, seperti yang kau lihat. Beruntung aku mendapat cuti 2 hari." Jawab Estes.

"Benarkah? Aku iri. Mungkin setelah ini aku harus bicara dengan Bos." Estes hanya diam, tidak tahu harus merespon apa.

"Baiklah, kalau begitu saya akan langsung pulang."

"Sampai jumpa."

. . . .

Estes membuka pintu rumahnya. Tidak ada siapapun di sana, hanya dia seorang. Hidup seorang diri tanpa ada yang menemani. Terasa hampa, tapi terbiasa dan terus berharap.

Selama ini yang Estes pikirkan hanyalah bagaimana caranya dia untuk bertahan hidup tanpa terpikirkan seseorang yang harus mendampingi hidupnya. Rumah itu menjadi saksi bisu untuk kehidupan Estes yang senyap, hidup tapi tak terasa.

Estes menghela napas berat, bekerja membuat otaknya seperti baru saja lar berkilo-kilo meter jauhnya. Akhir-akhir ini memang Pria itu bekerja keras, bahkan bisa dibilang terlalu bekerja keras.

Pergi ke kamar mandi untuk membasuh tubuhnya dari bau badan yang menempel adalah hal yang pertama ia lakukan. Setelah itu ia hanya menyeduh kopi hangat sambil bersantai di teras rumahnya.

Tidak tahu apa yang harus dia lakukan selama dua hari ini. Hari libur memang hari impian hampir semua orang untuk beristirahat dan menenangkan pikiran setelah bergelut dengan tugas dan pekerjaan, tapi hal itu sepertinya tidak berlaku untuk Estes. Karena baik hari libur atapun tidak, dirinya sama-sama merasakan lelah. Jadi apa gunanya hari libur untuk Estes jika dirinya masih merasakan apa yang harus dia kurangi.

"Aku terlalu banyak berpikir. Mungkin nongkrong di Cafe tidak ada salahnya."

Pria itu kembali masuk ke dalam rumahnya mengganti baju untuk pergi ke Cafe. Kalau tidak salah dia mendengar kabar tentang Cafe yang baru saja buka beberapa hari yang lalu. Dia memutuskan untuk pergi ke sana, sekedar menenangkan pikiran dengan kopi dan kue.

. . . .

Cafe itu berdiri dengan estetika seni bangunan yang mampu menyegarkan mata di antara bangunan lainnya. Estes masuk ke dalamnya dan disambut oleh dentuman musik yang menenangkan dan aroma kopi yang menyeruak masuk ke dalam indra penciumannya, seakan menggodanya mengeluarkan secarik kertas untuk mendapatkannya.

"Selamat datang, Tuan. Apa ada yang bisa saya bantu?" Estes menoleh dan mendapati seorang gadis yang tengah tersenyum ramah ke arahnya dengan suara lembut nan manis miliknya menggelitik masuk ke telinga Estes.

"Iya, saya ingin memesan Cafe Latte dan Choco Shortcake." Jawab Estes tanpa mengalihkan pandangan dari manik (e/c) milik gadis itu.

"Baiklah, pesanan akan segera di antar. Anda bisa memilih tempat duduk untuk menunggu." Ah, suara serta senyumannya bagaikan sesuatu yang memabukkan. Tak heran jika banyak sekali pemuda yang menatap gadis itu sedari tadi.

Estes mengangguk dan pergi ke salah satu meja yang berada di dekat jendela. Bukannya memperhatikan pemandangan di luar jendela, Pria itu hanya menatap sang gadis yang tadi melayaninya tadi.

"Silakan dinikmati, Tuan." Estes bahkan tak menyadari jika pelayan sudah membawakan pesanannya. Tak lupa mengucapkan terimakasih sebelum menyantap makanan manis yang ada di mejanya sekarang.

Tak terasa semua hidangan manis itu telah habis disantap olehnya. Seseorang datang ke mejanya untuk membersihkan. Estes mendongak dan melihat gadis berwajah ayu itu sedang tersenyum hangat ke arahnya. Sambil tangannya mengait piring kecil serta gelas di meja Estes. Estes kembali terpukau oleh senyuman itu.

"Bagaimana? Apa anda menikmati hidangannya?" Tanya gadis itu dengan nada lembut.

"Iya, sangat manis..." Jawab Estes sambil terus menatap wajah gadis itu.

"Kalau boleh tahu, siapa namamu?" Tanya Estes.

"Nama saya (Y/N), Tuan sendiri?"

"Saya...Estes."

"Senang bisa bertemu dengan anda, Tuan Estes." Ujar (Y/N) kembali mengukir senyuman seindah senja yang mengait banyak hati, termasuk Estes sendiri.

"Itu, apa besok kau sibuk?" Tanya Estes.

"Kebetulan besok saya kebagian cuti. Memangnya ada apa Tuan Estes bertanya?"

"Apa kau mau jalan denganku besok?" (Y/N) benar-benar dibuat terkejut. Sungguh, dari sekian banyaknya Pria yang ia kenal, baru Estes seorang yang berani mengajaknya jalan. Bisa gitu ya.

"Tentu, tapi kita akan ke mana?" Tanya (Y/N) sedikit memperlihatkan keantusiannya dan tidak sadar kini dirinya duduk di kursi, berhadapan dengan Estes.

"Aku tidak bisa memberitahu, ini sebuah kejutan." Jawab Estes tersenyum tipis.

"Baiklah, kalau begitu kita mengobrol nanti, ya. Aku harus kembali bekerja." Estes hanya tersenyum dan mengangguk.

'Aku rasa, aku telah menemukannya.' Batin Estes.

.

.

.

.

Finish

Sepenggal Kisah [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang