Zilong

930 123 0
                                    

.

.

Zilong x Reader

"Melindungi."

.

.

Zilong terhempas jauh dan membuat tubuhnya terluka cukup parah. Di hadapannya, seorang Pria naga yang baru saja menyerangnya menatap Zilong dengan datar.

"Aku benar-benar tidak mengerti dengan prinsip orang sepertimu. Bukankah kau lebih baik menyerah saja daripada harus bersusah payah untuk melindungi semuanya?" Zilong berusaha berdiri dengan tubuhnya yang bergetar kesakitan dan menatap nanar ke arah sang lawan.

"Seorang kesatria sejati, akan selalu melindungi nyawa banyak orang sampai dia mati! Aku tidak sepertimu, Yu Zhong!" Yu Zhong hanya menampilkan senyum miringnya.

"Kalau begitu, bukankah ini saatnya kau untuk mati dan tugasmu sudah selesai?" Zilong terdiam. Dia tidak masalah jika harus mati, tapi siapa yang akan menjaga nyawa banyak orang di luar sana. Dia tidak peduli jika harus dihajar babak belur seperti ini, tapi dia tidak akan bisa melihat banyak orang yang tidak bersalah terkena percikan api yang seharusnya hanya dia yang terbakar.

Yu Zhong sudah siap dengan serangan terakhirnya, sampai tiba-tiba suara alunan musik Guzheng masuk ke indra pendengaran mereka. Kedua insan itu menoleh menelusuri sekitar untuk mencari asal suara tersebut.

Di saat yang bersamaan, sebuah gelombang suara melesat cepat ke arah Yu Zhong dan berhasil memukul mundur dirinya. Yu Zhong menggerang marah dan menoleh ke arah tebing. Netra violetnya menangkap sosok gadis muda yang sedang duduk santai sambil memainkan Guzheng di pangkuannya.

Tangan yang lembut nan lentik itu kembali menari-nari dengan senar Guzheng dan menciptakan melodi yang indah, namun mematikan. Satu lagi serangan dia luncurkan ke arah Yu Zhong.

"Sudahlah, Yu Zhong. Kau tidak akan bisa melawannya dengan keadaan seperti ini." Yu Zhong mendecih kesal mendengar ucapan Lou Yi. Wanita itu menatap gadis muda yang masih memainkan Guzheng di atas tebing.

"Dasar pahlawan kesiangan." Sinar melodi yang diciptakan oleh Guzheng yang dimainkan hampir saja mengenai kepala Lou Yi. Jika dia terlambat sedetik saja, maka sudah dipastikan kepala itu akan terpisah dari tubuhnya.

Pada akhirnya kedua villain itu melarikan diri dengan kekuatan teleportasi yin-yang Lou Yi. Gadis di tebing itu menghela nafas lega dan menatap ke arah Zilong yang masih terkulai lemas di tanah.

Layaknya sihir, Guzheng itu menghilang entah ke mana. Gadis itu turun dari tebing dan berlari ke arah Zilong.

"Oh tidak, lukanya cukup parah." Gumam gadis itu.

"Aku baik-baik saja..." Sahut Zilong dengan suara parau sebelum akhirnya pingsan.

. . . .

Netra hazel itu perlahan terbuka. Setelah pandangannya benar-benar jelas, Zilong langsung merubah posisi baringnya menjadi duduk dengan nafas yang tersenggal-senggal sebelum rasa sakit kembali menyerang tubuhnya dan membuatnya meringis kesakitan.

"Shh...sakit sekali..."

Pasang mata itu menelusuri ruangan sekitar. Dia berada di sebuah kamar dengan kondisi tubuhnya yang dibalut oleh perban dan surai coklat gelapnya yang terurai.

"Ah, kamu sudah sadar rupanya." Zilong menoleh ke ambang pintu dan melihat seorang gadis muda yang baru saja menyelamatkannya dari ambang kematian.

"(Y/N)?" Gadis muda itu hanya tersenyum simpul ketika mendengar namanya diucap oleh sang pemuda. (Y/N) mendekati Zilong sambil membawa segelas teh herbal yang baru saja ia racik sendiri.

"Minumlah, tidak akan menyembuhkanmu secara instan, tapi setidaknya rasa sakitmu akan berkurang." Zilong menerima segelas teh itu dan meneguknya secara perlahan.

"Ini...enak?" (Y/N) menatap dengan raut wajah bingung.

"Kau adalah orang pertama yang mengatakan kalau teh racik itu enak." Yah, pada intinya mana ada sih orang sakit dikasih minum es teh?

"Oh iya, masih ada beberapa waktu lagi sebelum Ling, Wanwan, dan Baxia datang." Ucapan itu mengundang raut wajah bingung pada Zilong.

"Untuk apa repot-repot memanggil mereka?" Tanya Zilong.

"Tentu saja untuk menjemputmu. Aku tidak akan bisa mengantarmu sampai ke rumahmu karena di wilayah ini tidak ada kapal atapun kereta kuda." Jelas (Y/N).

"Dan untuk yang tadi...kau bisa saja kehilangan nyawamu, Zilong. Yu Zhong bukan tandinganmu untuk saat ini." Ujar (Y/N) menatap prihatin Zilong.

Zilong tidak membalas ucapan (Y/N), tapi dia dapat melihat tangan Zilong yang mengepal kuat hingga terlihat uratnya. Sepertinya dia sedang menyalurkan emosinya.

"Aku mengerti kau ingin melindungi banyak orang. Tekadmu kuat juga, ya." Zilong kembali menatap (Y/N) yang kembali menyunggingkan senyum hangatnya.

"Aku...melakukannya untuk melindungimu." Gumam Zilong tanpa bisa didengar oleh (Y/N). Hingga sebuah suara menginterupsi kedua sejoli itu.

"Ah, sepertinya mereka sudah datang." Di ambang pintu terlihat Wanwan dan Ling. Wanwan terlihat cemas sedangkan Ling hanya menatap datar Zilong.

"Ya ampun, kau ini memang keras kepala, Zilong!" Seru Wanwan.

"Terimakasih, (Y/N). Kau selalu menyelamatkannya." Ujar Ling. (Y/N) tersenyum sambil menggeleng.

"Tidak apa, lagipula hanya ini yang bisa aku lakukan untuk membalas budi pada Zilong yang selalu melindungiku." Wanwan mendekat dan meraih kedua tangan (Y/N).

"Terimakasih, ya! Berkunjung lah ke kuil kami kapan-kapan." Masih dengan senyumannya, (Y/N) mengangguk.

"Kau harus sering menghabiskan waktu dengan Zilong, dia selalu memikirkanmu." Wanwan berbisik, membuat gadis itu terkejut dan menatap Wanwan dengan rona merah di pipinya. Wanwan yang melihat itu hanya terkikik geli.

"Baiklah, sudah saatnya kita pergi." Kedua perempuan itu menoleh ke arah Zilong yang sudah memakai baju zirahnya.

"Heh! Cepat sekali!" Seru Wanwan.

"I-ingat...jangan terlalu banyak latihan atau bertempur dulu. Kondisimu..belum stabil." Ucap (Y/N) yang tiba-tiba gugup. Zilong hanya tersenyum hangat dan mengusap lembut pucuk kepala gadis itu, membuatnya tambah malu.

"Baiklah, kalau begitu kami pergi, (Y/N)! Dadah!" (Y/N) hanya melambai melihat kepergian tiga orang itu.

Dia kemudian menutup pintu kamar dan bersandar di pintu sambil memegang dadanya.

"Sepertinya aku sudah jatuh hati..."

.

.

.

.

Finish.

Sepenggal Kisah [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang