Pagi ini dokter memperbolehkan Farsha pulang setelah dipastikan tidak mengalami luka dalam. Seraya menunggu selang infus dicabut, ia membantu Halwa yang sedang membereskan beberapa barang yang dibawanya kemarin. Tak banyak, hanya dua buah selimut dan peralatan makan yang sudah dicuci bersih oleh Haidar.
Tadi malam ia dijaga oleh Halwa atas perintah Gibran--ayah Haidar--yang mengaku tak percaya dengan anak lelakinya. Lelaki yang berusia kepala empat itu sangat ramah dan bawel. Sesekali ia menyelipkan Farsha di antara guyonan yang ia buat bersama Haidar, meski hanya dijawab dengan pipi yang merona karena Farsha tak mampu bersuara.
Setelah selesai dengan kegiatannya, Halwa kembali duduk di kursi yang posisinya tepat berada di sebelah brankar Farsha. Perempuan paruh baya itu tampak kepanasan
"Neng, tadi Haidar nitip pesan ke Bunda. Katanya ibu yang nabrak kamu mau mampir sebelum kamu pulang," ujar Halwa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gambarasa (revisi)
General Fiction"Hidup segan mati tak mau." Farsha tidak pernah meminta kebahagiaan pada Tuhan, karena semakin banyak doanya, realita terasa semakin menyakitkan. Di usia 20 tahun, satu-satunya hal yang bisa ia percaya hanyalah waktu yang terus berputar. Tak pernah...