2.0 Sosok bernama Haidar Natapra(?)

38 6 0
                                    

"Gue Haidar, Haidar Nataprawira," ujar lelaki itu seraya menjulurkan tangan. "Gue tadi habis nongkrong di kursi sana, tapi pas liat ada cewe cantik lagi galau sendirian gue susulin. Bahaya tau sendirian malam-malam, mana di sini gelap," jelas Haidar saat menangkap raut kebingungan dari gadis yang berada di hadapannya.

Farsha menatap aneh tangan yang terulur. "Lo kira kita rekan kerja sampai harus jabat tangan? Turunin tangan lo!" Setelahnya Farsha memalingkan pandangannya ke ponsel yang tergeletak mengenaskan. Pecah sudah pasti, ia bukan hanya menjatuhkan, tapi juga membanting karena terlalu terkejut. Ponsel gue! batin Farsha berseru.

"Galak bener, Neng, Biasanya orang galau tuh mewek, lah elu masih aja galak. Gue temenin biar kaga sendirian deh, ya?"

Lelaki bodoh, itu adalah pendapat Farsha kepada laki-laki bernama Haidar ini. Seharusnya siapa saja yang melihat dapat menyadari kalau dirinya sedang dalam suasana tidak bisa diganggu, tetapi lelaki itu seakan tidak melihat itu. Bisa-bisanya juga ia berceloteh mengenai keamanan seorang perempuan di malam hari tanpa berkacau bahwa dirinya bisa saja menjadi ancaman itu sendiri. Manusia asing yang sok kenal sok dekat dan mengajak berkenalan di tempat gelap, etiskah?

"Putus cinta?"

"Banyak tugas?"

"Anak broken home?"

Farsha mendelik, apa-apaan laki-laki ini? Didiamkan bukan berarti boleh melunjak. "Lo tahu yang namanya batasan antara orang asing gak?"

Haidar malah tersenyum lebar. "Alhamdulillah, lo mau ngomong," ujarnya. "Yaudah, ayo kita kenalan biar enggak asing lagi. Lo siapa?"

"Aneh."

"Nama lo Aneh? Wah, sungguh nama yang unik. Kalau gue panggil Goose boleh?"

Farsha tak menjawab, baginya Haidar terlalu aneh untuk diajak berbicara. Ia jadi yakin kalau sebentar lagi akan tiba Ambulance dan beberapa perawat dengan rumah sakit jiwa yang mencari lelaki di sisinya. Ya, Farsha harus pergi sebelum pikirannya benar-benar terjadi dan ia akan ikut terseret. Terlibat kasus dengan salah satu pasien rumah sajit jiwa tentu bukan pilihan yang baik. 

"Eits, lo mau ke mana?" 

Desir aneh menyergap. Refleks Farsha menghentakkan tangan kiri yang ditahan dan mengusapnya pelan. Gestur yang menunjukkan kalau ia tidak nyaman dengan skin ship  yang barusan terjadi. "Lo bener-bener kurang ajar, ya?"

"Gue cuma pegang tangan kali, bukannya nyium lo."

Farsha mengabaikan ucapan laki-laki itu dan berlari kencang Berdekatan dengan ODGJ bukanlah salah satu hal yang baik di saat psikisnya juga sedang rusak. Bisa-bisa mereka akan saling membunuh karena sama-sama tidak waras. Jam sudah menunjukkan pukul 7 malam, layar ponselnya retak di segala sisi. Namun, bukan itu yang menjadi pikirannya saat ini.

"Malam ini tidur di mana, ya?" ujarnya saat ia melambatkan langkah. Taman yang ramai itu jauh tertingal di belakang, yang tersisa kini ialah trotoar yang berada di sisi kiri jalan protokol. Farsha meneruskan langkah tanpa tahu tujuan, pulang bukanlah pilihan bahkan di posisi terakhir. Ia ingin hilang meski hanya semalam.

Farsha bukanlah si introvert yang memiliki sedikit teman, ia lebih parah dari itu. Tak memiliki teman sama sekali. Jika orang lain memiliki tempat pulang di saat rumahnya tidak baik-baik saja, maka Farsha adalah gadis kurang beruntung yang tidak memiliki pilihan itu. Masa SMA-nya habis dibicarakan oleh orang sekitar. Status antara ia dan Dimas yang tidak terungkap membuatnya dicap jelek hingga lulus sekolah. 

Awalnya banyak yang mengira jika Dimas dan ia tengah menjalani proses pendekatan, tetapi melihat kembarannya itu malah pacaran dengan orang lain membuat ia dipandang sebelah mata. Pelakor adalah sebutan terparah, ditambah kalimat tidak tahu diri. Hal itu terjadi karena beberapa kali mereka terpaksa berangkat bersama dan Dimas enggan menurunkannya di tempat selain parkiran sekolah. Jika diingat-ingat, Dimas tak sekalipun membela atau melindunginya selama tiga tahun itu. 

Farsha menghela napas demi mengurangi rasa sesaknya. Baru menyadari bahwa bukan hanya kedua orang tuanya saja yang tak mau melindungi, Dimas yang selama ini ia sayangi pun sama tak acuhnya. Ia merasa bodoh karena merasa selama ini Dimas menyayanginya dengan cara lain, tapi mungkin memang benar. Namun, orang mana yang menyayangi tanpa mengetahui keadaan orang yang disayanginya?

~Gambarasa~

Di sisi lain Haidar masih mengikuti Farsha diam-diam. Menilai dari bagaimana respon cewek itu di saat ia berusaha mengenalnya, bisa dipastikan jika ia akan digebuk warga jika terang-terangan membuntuti. Tipe gadis yang tidak suka diusik, Haidar sempat kaget saat mendapati itu dari diri Farsha. Bukan maksud menyombongkan diri, tetapi sejauh ini ia sangat mudah mengajak para cewek di awal perkenalan. Kata temannya, faktor wajah menjadi alasan, didukung ia gemar berbicara. 

Mengingat itu, ia semakin tertarik dengan sosok yang diyakini lebih tua darinya itu. Meski parasnya tidak seimut gebetannya yang sekarang, tetapi sifat jual mahal itu menjadi harga tersendiri. Apalagi malam ini tampaknya gadis itu sedang rapuh-rapuhnya, tak menutup kemungkinan akan melakukan hal bodoh jika tidak dijaga ketat. Maka dari itu mari biarkan dia melupakan sejenak tugas yang menggunung dan menjalankan misi rahasia.

"Gue berjanji atas diri gue, dana benerin Item dan demi keselamatan Goose bakalan menjaga meski harus menahan ngantuk dan besok diomelin Pak Jajang!"

Haidar bersumpah dengan tangan menyatu dan mata tertutup, langkah kakinya juga terhenti sebentar. Jika hal itu dilihat lagi oleh Farsha, bisa dipastikan pikiran perempuan itu akan semakin yakin bahwa yang mengajak bicaranya sebelum ini adalah ODGJ lepas pengawasan. Namun, tingkah lelaki itu adalah hal yang disesalinya beberapa saat kemudian. Karena beberapa detik sebelum matanya terbuka, Haidar mendengar suara hantaman yang keras dan pandangan pertama yang ia lihat ialah tubuh Farsha yang terbaring di depan sebuah mobil yang menabrak bahu jalan.

Detik itu dunia seperti berhenti berputar. Satu-satunya hal yang Haidar ingat hanyalah janjinya yang tak bisa ia tepati. Tubuhnya mematung beberapa saat meski matanya tetap memantau bagaimana tubuh Farsha masih bergerak sesekali.

"Mas itu ada kecelakaan tolong dibantu!"

Hingga suara dari pengendara yang menepi itu membantu Haidar untuk kembali sadar. Yang setelahnya ia berlari menghampiri gadis berbadan kecil yang baru ia buat kesal tadi. Jika tadi ia benci melihat wajah itu dipenuhi air mata, maka sekarang ia jauh lebih benci melihat wajah itu dipenuhi darah segar.

"Cuma kepala gue yang sakit, tapi badan lemes semua. Bantu duduk boleh?" ujar Farsha dengan suara lemas. Napas tersengal, mata yang terbuka tertutup, serta darah yang membuat rambut tampak lepek adalah penampilan Farsha malam ini.

"Lo diem aja deh! Tetap tahan mata lo siapa gak tidur, sebentar lagi ambulans bakal datang. Plis bertahan, Goose!"

Bersambung ...
Hari kedua - 05 April 2022
Jumlah kata : 1010 kata.

Gambarasa (revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang