10 : sweet mode

1.1K 176 99
                                    

Juni dimintai keterangan oleh polisi berkaitan dengan kejadian yang menimpanya kemarin malam untuk kepentingan penyelidikan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Juni dimintai keterangan oleh polisi berkaitan dengan kejadian yang menimpanya kemarin malam untuk kepentingan penyelidikan. Dan polisi sudah mengantongi bukti berupa CCTV toko. Jadi, sudah jelas lah bahwa Siwoo akan segera mempertanggungjawabkan perbuatannya. Ditambah dia dan pacarnya, Ahreum (yang saat ini DPO) juga dijerat pasal penipuan serta penggunaan obat-obatan terlarang. Untuk saat ini, Siwoo juga dicurigai sebagai kurir narkoba dari sebuah kartel yang markasnya berada di daerah Seokcho, Korea Selatan.

Setelah petugas itu pulang, Dae pun muncul. Tapi, pria itu hanya bicara pada Boram, secara sengaja menanyainya di depan Juni tentang keadaan wanita itu.

Saat Juni masuk ke kamarnya. Dia duduk di tepian ranjang dan berdecak sebal akan tingkah Dae. Entahlah semua terasa salah baginya. Ditanyai dia bakal judes, tidak ditanyai dia juga kesal.

Hormon ibu hamil memang membingungkan.

Pintu itu diketuk. Juni menoleh dan bahunya merosot saat melihat Boram.

"Apa kau baik-baik saja?"

"Tentu. Katakan juga padanya dia seharusnya tak perlu pulang. dia kan orang sibuk."

Boram menipiskan bibir. Dia menghela sebelum ikut duduk di samping Juni.

"Nyonya Kim, kau tidak tau ya Dae itu sangat mengkhawatirkanmu."

"Kalau bibi mau menasihatiku untuk bersikap baik sebagai istri, seharusnya bibi tau apa yang dilakukannya padaku pada masa lalu."

"Kenapa? ceritakan sedikit padaku."

Juni diam. Lalu dia menggelengkan kepala. "Entahlah, sepertinya semua hal-hal baik yang dilakukannya padaku adalah caranya menutupi dirinya yang sebenarnya."

"Jujur aku ingin dengar cerita lengkapnya. Tapi sekarang, bagaimanapun dia yang menolongmu tadi malam. Setidaknya ucapkanlah terima kasih. Ya?"

Juni menatap Boram. Wanita itu sepertinya kesal padanya.

Helaan Juni keluar bersamaan dengan ucapannya, "Benar. Seharusnya aku bilang terima kasih."

"Kalau begitu sana temui dia. Dae sedang membuatkanmu makan siang."

"Bibi mau kemana?" Juni melihat dandanan Boram. Dia seperti hendak pergi. "Aku mau menemui anakku. Kami ada janji makan siang."

Setelah Boram pergi, Juni melangkah pelan-pelan ke dapur. Dilihatnya Dae. Pria itu masih mengenakan kemeja putihnya. Ahli sekali menggunakan pisau, gerakan-gerakan sibuknya memasak sedikit memicu rasa bersalah Juni.

Tapi dia tak langsung menghampiri. Sebab dia perlu menata ulang kalimat terima kasih yang mendadak sulit diucapkan.

Dari sini, Juni mengaagumi postur lelaki itu. Dia tinggi, bahunya lebar, punggungnya bidang dan caranya bergerak selalu seperti mengagumkan. Walaupun itu gerakan kecil sekedar minum, makan, atau mencicipi kuah sup dari panci.

 I Hate To Love You ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang