16 : that day

905 152 117
                                    

Makin ramai komen makin cepat dan panjang aku update

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Makin ramai komen makin cepat dan panjang aku update. Jadi bantu ramaikan ya gais.

Sentuhan Dae mempengaruhi pikiran Juni-mengacaukannya hingga ia jatuh dalam pesona mematikan pria itu. Ciuman itu terasa lembut dan terjadi dalam waktu sekian detik yang ditemani oleh semilir angin, aroma laut, serta suara tawa dari kejauhan. Bibirnya membelai bibir Juni, membuka dan melumat pelan-pelan. Jemari besarnya memegang sisi wajah wanita itu dan terasa hangat pun penuh. Hingga di satu momen, Dae menyudahi pagutannya dan melihat wajah Juni yang memerah. Pria itu pun tersenyum tipis.

Kala sadar Dae telah menjauh, Juni pelan-pelan melihat beberapa orang yang ada di pantai itu, seperti yang barusan tadi cuma sekadar lamunan semata.

Keluarga kecil yang mereka lihat tadi sedang membuat istana pasir. Ada juga sekumpulan remaja yang berswafoto. Pun lansia berpakaian lusuh tengah memungut sesuatu dari atas pasir.

Dae melirik Juni yang menggosok hidung dan menoleh ke arah penjual kalung dan anak laki-laki sedang bermain bersama teman-temannya.

"Aku barusan memikirkannya. Bagaimana kalau kau ikut aku ke Paris?"

Juni akhirnya menatapnya. Tampak tertarik. "Kalau butikku sering tutup aku takut kehilangan pelanggan."

"Makanya terima tawaranku untuk merekrut karyawan. Satu orang saja sudah cukup. Bagaimana dengan sepupu-sepupumu?"

"Percaya pada mereka sama saja meletakkan tanganku ke closet."

Dae melipat bibir. "Yasudah rekrut karyawan saja. Kalau tidak percaya orang lain, kau bisa minta tolong sepupumu. Siapa namanya? Sena dan Nuri?"

"Aku tidak mau kalau harus membuat daftar pengeluaran lagi. Dan perjalanan ke Paris juga kan harus pakai uang. Sekarang saja aku masih berusaha mencari pinjaman untuk membeli bahan-bahan yang dibutuhkan rancanganku."Juni menghela. "Banyak yang harus kupikirkan jadi sepertinya pergi denganmu ke Paris buang-buang waktu dan buang-buang uang."

Dae seperti serba salah. Ingin bilang "Tidak usah cemas soal biaya", tapi ekspresinya seperti takut menyinggung harga diri wanita ini.

"June, kenapa tidak pakai uangku dulu?" Pria itu menggosok-gosok dagu. "Atau kau boleh pinjam uangku dulu?"

Juni mengerjap lalu menatap ke depan. "Jumlah yang kubutuhkan lumayan. Aku takut malah memberatkanmu."

Cengiran Dae terbit melihat adanya kemajuan. "Tidak masalah. Katakan saja, aku akan memberikan ... meminjamkannya."

"Sungguh?" tanya Juni dengan tatapan serius yang lugu.

Dae pun mengangguk antusias.

"Baiklah. Aku kalkulasi dulu berapa total keseluruhan anggaran yang aku butuhkan."

"Beritahu detailnya segera."

Juni tersenyum dan Dae seolah tidak bisa berpaling melihat itu. Saat angin berembus ke arah mereka dan meniupkan beberapa helai rambut Juni, tangan Dae terulur untuk merapikannya ke belakang telinga.

 I Hate To Love You ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang