“Dae!” Sean bergegas menghampiri sahabatnya yang ada di balik jeruji. Duduk sambil kepalanya bersandar di dinding dengan tatapan yang menerawang. Ekor mata bulan sabitnya melirik presensi Sean dan sudut bibir Dae menyunggingkan senyum tipis. Karena Sean tampak sangat panik, bibir pria itu pucat dan napasnya tersengal seolah menempuh jarak belasan kilo untuk berlari ke kantor polisi.
Setidaknya, Dae punya teman yang benar-benar temannya.
Sean memegang besi jeruji. Sementara Dae beranjak dari duduk dan berdiri di depan Sean.
“Apa yang terjadi, Dude? Polisi bilang kau memintaku datang. Kau melakukan apa pada keparat Hoon? Dia dilarikan ke rumah sakit.”
Sean tahu karena tadi ada pegawai Leciel yang mengalami kecelakaan saat bekerja dan dilarikan ke rumah sakit. Kebetulan saat itu, dia tidak sengaja berpapasan dengan Hoon yang didorong oleh petugas menuju UGD. Keadaannya memang mengenaskan dengan wajah penuh luka dan darah. Lebih dari kata babak belur, seolah Hoon dipukuli dengan batu secara bertubi-tubu hingga kulitnya pecah.
Dan Sean mendadak ngeri. Seseorang selembut Dae, bisa bersikap bringas begitu?
Kali ini Hoon pasti membuat Dae teramat sangat murka.
“Apa mulutnya hancur? Aku berencana membuatnya tidak lagi bisa bicara.”
“Dia mengenaskan.”
“Bagus.”
“Ya. Bagus. Dan kau tahu apa? Kau jelas dalam masalah besar. Dasar bodoh. Kenapa tidak tahan dulu emosimu? Ini jelas jebakan mereka. Ya Tuhan Dae. Dimana kewarasanmu yang biasanya itu?”
“Aku sudah menahannya,” Dae menarik napas dalam-dalam lalu membuangnya perlahan. Ia menunduk lalu mengangkat kepalanya lagi guna menatap Sean. “Sudah lama aku menahannya dan aku tidak bisa menahannya lebih lama lagi.”
“Tapi …” Sean menggeleng prihatin. “Lalu sekarang bagaimana? Bagaimana dengan calon anakmu dan istrimu, June?”
Dae memejam. Pada akhirnya dia dengar seseorang mengingatkan kembali apa yang dia sesali dari semua tindakannya hari ini.
“Sebentar lagi persalinan Juni tiba dan kau bilang ingin sekali ada di sampingnya.”
Lelaki itu bergeming.
“Dae,” Sean mencoba menarik kembali tatapan Dae supaya melihat ke arahnya. “Keparat itu menuntutmu dan kau mungkin akan terjebak di sini dalam waktu yang membuatmu menyesali sikap gegabahmu hari ini. Jika saja kau mampu menahan diri dan tak terpancing umpan mereka, semua tidak akan begini!”
“Sial.” Dae membenturkan keningnya ke besi jeruji yang dingin berulangkali. Lalu, dia mengangkat kepalanya agar bisa menatap Sean lekat-lekat melalui matanya yang memerah itu—bersiap meneteskan air mata.
“Kau mau aku beritahu Juni?” tanya Sean. Mengejutkan sewaktu Dae menggeleng.
“Tidak,” katanya. “Aku mungkin tidak jamin dia akan sedih atau bahkan senang karena akhirnya bisa melihatku begini.”
KAMU SEDANG MEMBACA
I Hate To Love You ✓
FanficLantas akhirnya Juni tahu bahwa laki-laki yang bersamanya malam itu adalah Dae, pria yang membully-nya saat sekolah dulu yang dibencinya selama ini. 🌻Beberapa kali Highest Rank: #1 in Fanfiction Start: 1 April 2022 Finish: - 20 Agustus 2022