Just A Regular Day

1.8K 133 11
                                    

15 Tahun lalu..

Di suatu hari yang cerah dan indah, di SMA Cloakwood, Texas.

"Good morning, Mrs. Eve." Sapa seorang siswi yang berjalan menyusuri lorong.

"Good morning, Jeongyeon!" Sang guru menoleh dan tersenyum.

"Hey, Jeongyeon!" Sapa seorang pria yang berlari menyusuri lorong.

"My boy, Mikey!" Jeongyeon memberi tos kepada Mikey.

"Mike Swarofsky, dilarang berlari di lorong!" Omel seorang guru laki laki.

"Maaf, Mr. Ruel!" Mikey kabur begitu saja.

"Hey, Jeongyeon." Mr. Ruel menepuk pundak Jeongyeon sambil berjalan disebelahnya.

"Mr. Ruel! Senang bertemu anda." Sapa Jeongyeon.

"Hey bisakah kita berbicara sebentar?" Tanya Mr. Ruel.

"Sure, ada yang bisa saya bantu?" Tanya Jeongyeon.

"Yeah, soal bergabung di klub buku, apakah kau sudah memikirkannya?" Tanya Mr. Ruel.

"Ahh soal itu.." Jeongyeon terlihat berpikir.

"Look, aku tau kau adalah siswi paling terkenal dan paling sibuk karena semua klub mencoba mengajakmu bergabung, tapi ayahmu memintaku untuk membujukmu masuk ke klub buku. Maksudnya bukan mencoba membuatmu menjadi kutu buku, tapi ayahmu menginginkanmu untuk lebih banyak belajar dan membaca. Kau adalah calon pewaris keluarga Yoo, wawasanmu harus luas. Aku tau masa SMA mu indah saat semua orang mengenalmu, tapi percayalah itu takkan membuatmu berhasil di dunia nyata." Ucap Mr. Ruel.

"Mr. Ruel, no. Maksudku uncle Yoo Ruel, aku baru 18 tahun. Ini adalah saatnya aku menikmati masa mudaku. Tak bisakah kau biarkan aku untuk bersenang senang? Lagipula aku adalah anak bungsu dari 5 bersaudara. Satu satunya anak perempuan dan memiliki 4 kakak laki laki yang super cerdas. Kukira mereka cukup untuk menjadi pewaris perusahaan Appa dan Eomma yang begitu banyak itu. Aku hanya ingin menjadi enterpreneur yang memulai usaha kecil dari nol. Aku tidak suka bermanja manja dengan uang Appaku." Jeongyeon pun beranjak pergi.

"Oh ya, soal membaca buku, aku cukup sering membaca buku." Jeongyeon mengeluarkan buku komik biografi Mahatma Gandhi.

"Komik?" Tanya Mr. Ruel.

"Yeah, yang bergambar lebih menarik dan mudah dipahami." Jeongyeon pun pergi meninggalkan guru sekaligus pamannya itu.

.
.
.

*Klek.

"Good morning, everyone~" Sapa Jeongyeon sambil memasuki kelasnya.

"Ayyyy, Jeongyeon." Sapa teman temannya.

Jeongyeon adalah anak dari sepasang pengusaha kaya raya yang saat ini tinggal di Texas, USA. Jeongyeon adalah anak perempuan paling muda di keluarganya, sehingga ayah dan ibunya kerap membiarkan anak itu melakukan segala hal yang anak kesayangan mereka inginkan. Jeongyeon adalah anak yang paling dikenal diseluruh SMA karena keceriaan dan keaktifannya. Sejak tahun pertamanya bersekolah, ia sudah banyak berteman dengan anak anak lain. Bahkan sekarang teman temannya selalu ingin melakukan apa yang Jeongyeon lakukan. Kepribadiannya yang bersemangat, membuat orang merasa apapun yang ia lakukan terlihat mudah dan menyenangkan.

"Good morning, class.." Mrs. Smithson sang guru matematika memasuki kelas.

"Good morning, miss." Para murid pun duduk di kursi masing masing.

"Di pagi hari yang indah dan cerah ini, bagaimana jika memulai pelajaran dengan pembacaan nilai ulangan harian 2 hari lalu?" Semua murid pun mengeluh.

"Im Nayeon 70." Ucap Mrs. Smithson.

"Oh ayolah... Sedikit lagi.." Kesal Nayeon.

"Carolina Ash 85." Lanjut Mrs. Smithson.

"Let's go!" Senang Ash.

"Yoo Jeongyeon 45." Mendengar itupun Jeongyeon menepuk keningnya.

"Jeongyeon, aku suka kepribadianmu, honey. Tapi belajarlah lebih giat lagi karena ujian final akan datang 5 bulan lagi." Nasehat Mrs. Smithson.

"Got it." Jeongyeon mengangguk paham sambil tersenyum.

"Myoi Sharon Mina 98. Girl, kamu hanya salah sedikit di bagian akhir, sayang. Kamu luar biasa, tapi lain kali lebih hati hati." Ucap Mrs. Smithson.

"Woaa, lihatlah si ghost girl mendapatkan nilai tertinggi." Ucap Somi.

"Pasti teman hantunya memberitahu dia jawaban." Nayeon terkekeh bersama Somi dari bangku belakang.

Sementar itu Mina hanya terdiam.

"You're doing great." Jeongyeon menoleh kebelakangnya.

"Thanks." Mina tersenyum tipis.

Sementara itu dari kejauhan, Nayeon menatap cemburu keduanya.

"Baik nama selanjutnya adalah.." Mrs Smithson melanjutkan pembacaan nilai.

.
.
.



"Aku mendapat nilai terendah di ujian matematika, Jean." Ucap Jeongyeon.

"Lagi??" Tanya Jean.

"Yeah, that's sucks." Angguk Jeongyeon sambil menutup lokernya.

"Omg girl, kau benar benar kacau. Ntah bagaimana kau akan menghadapi ujian finals." Ucap Jean.

"I mean, aku sudah berusaha belajar sebelum ujian. Tapi ntah mengapa itu tidak berhasil." Keluh Jeongyeon.

"Aku pikir kau butuh tutor. Bagaimana jika mencari tempat les?" Tanya Jean.

"Dan meminta uang pada ayahku? No, not gonna happend." Jeongyeon menggeleng.

"Bitch, ayahmu itu billionaire! Lagipula apa yang kau lakukan di Cloakwood? Seharusnya kau mendaftar di private school." Jean memutar bola matanya.

"Ayolah, kaukan tau mengapa." Jeongyeon menggeleng geleng.

"Ini adalah satu satunya boarding school terkeren diseluruh Texas. Satu satunya tempat terjauh dari rumahku dan satu satunya tempat dimana aku bisa bebas tanpa diatur atur oleh orang tuaku." Lanjutnya.

"Baru kali ini ada billionaire yang tidak suka kekayaan." Jean menggeleng geleng.

"Yang bilionaire itu orang tuaku, bukan aku. I'm just friendly and cheerful Jeongyeon." Ucap Jeongyeon.

Saat sampai kafetaria, teman teman Jeongyeon melambaikan tangan padanya untuk memberi tandanya untuk bergabung. Jeongyeon pun mengangguk dan pergi mengantri untuk mengambil makanan.

"Hey, bagaimana menurutmu dengan dia?" Tanya Jeongyeon sambil menunjuk pria dengan kacamata tebal.

"Seriously? Mat the crazy math? Bitch, dia adalah pilihan terburuk. Dia pintar tapi dia bahkan tidak bisa berkomunikasi dengan baik. Terakhir kali aku meminta tolong padanya, dia bahkan tak menoleh." Emosi Jean.

"Hahahaha." Jeongyeon tertawa.

"Pilih yang lain." Ucap Jean.
















































Walaupun self confidence crisis, upload story tidak boleh miss✨
Jadi mari menangis💅🏻

Sweet CreatureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang