Boyfriend

633 108 5
                                    

"Kau sudah berpacaran dengan orang lain disaat kita belum resmi putus. Hmm dasar." Jeongyeon menggeleng geleng.

"Apakah kau marah?" Tanya Mina yang terlihat panik.

"Aniyo, tapi aku rasa ini saatnya untuk meresmikan bahwa kita putus." Jawab Jeongyeon sambil tersenyum.

"Baiklah.. Kau sekarang adalah mantan pacarku." Mina mengangguk angguk.

*Klek.

"Selamat siang." Seorang pria tampan nanti tinggi datang ke ruangan mereka dan semua staff menyambutnya dengan ramah.

"Eoh? Bambam, kamu datang?" Mina melepaskan pelukannya dari Jeongyeon dan menghampiri pria itu.

Jeongyeon menoleh dan melihat keduanya saling berpelukan. Saat itu Jeongyeon hanya tersenyum tipis.

"Syukurlah dia memiliki seseorang yang dapat menjaganya dengan baik." Pikirnya.

.
.
.


Saat ini Jeongyeon sedang duduk di taman gymnasium sambil meminum jus yang ia beli.

"Aku kira kau sudah pulang." Sebuah suara membuatnya menoleh.

"Eoh? Jennie." Sapa Jeongyeon.

Jennie mendudukan dirinya di sebelah Jeongyeon.

"Apakah acaranya berjalan dengan lancar?" Tanya Jeongyeon.

"Yeah, semua member sekarang sedang beristirahat di ruang tunggu." Angguk Jennie.

"Apakah pekerjaanmu sudah selesai?" Tanya Jeongyeon.

"Yeah, sisanya akan di handle oleh rekanku. Jadi aku hendak pulang, tapi aku melihatmu sedang duduk disini, jadi aku hampiri." Jawab Jennie.

"Apakah Mina mencariku?" Tanya Jeongyeon.

"Kurasa tidak." Jawab Jennie.

"Dia cukup sibuk bersama pacarnya." Lanjutnya.

"Ahh.." Jeongyeon mengangguk.

"Apakah kau seseorang dari masa lalu Mina? Kalian terlihat sangat dekat jika hanya sekedar teman. Dari cara Mina takut padamu saat kau memarahinya, aku bisa melihat bahwa kau begitu disegani oleh Mina." Tanya Jennie.

"Kami dulu berkencan saat SMA. Tapi sekarang kami hanya teman biasa." Jawab Jeongyeon.

"Apakah kau cemburu pada pacarnya?" Tanya Jennie.

"Tidak juga." Jawab Jeongyeon.

"Kau terlihat tidak terlalu bahagia." Ucap Jennie.

Jeongyeon hanya terkekeh.

*Drrtt drrrtt.

"Halo? Ya, eum aku sudah kembali ke cafe. Maaf ya aku tidak pamit, aku akan berkunjung lagi lain kali." Jeongyeon mengangkat telpon dari Mina.

"Huft." Jeongyeon menghela napasnya begitu Sambungan telpon keduanya terputus.

"Mengapa kau berbohong?" Tanya Jennie.

"Kurasa karna aku tak telalu bahagia." Jawabnya sambil tersenyum lemas.

Jennie hanya terkekeh. Keduanya pun lanjut mengobrol sambil tertawa bersama. Dalam waktu singkat keduanya menjadi dekat dengan mengobrol mengenai fashion karena sahabat Jeongyeon Jean juga seorang yang bekerja di dunia fashion. Namun dari kejauhan, Mina yang baru saja keluar dari venue, melihat keduanya yang sedang bersenda gurau.

"Mengapa dia berbohong padaku?" Pikirnya.

"Kenapa ia malah bersenda gurau dengan Jennie unnie?" Cemburu Mina.






.
.
.


3 Hari kemudian...

Malam ini Jeongyeon mendapat panggilan mendadak dari sang ayah. Hal itu dikarenakan appa Jeongyeon ingin membicarakan sesuatu dengan sang anak bungsu yang paling dimanja.

"Ada apa appa?" Tanya Jeongyeon.

Bukan hal yang biasa jika sang ayah mengajaknya berbicara bedua di ruangan pria paruh baya itu.

"Bagaimana kabarmu, sayang?" Tanya appanya.

"Baik." Jawab Jeongyeon.

"Bagaimana coffee shopmu?" Tanya appanya lagi.

"Semua berjalan dengan lancar. Sebenarnya apa yang appa inginkan dengan memanggilku kemari? Ini sangat tidak biasa." Tanya Jeongyeon.

"Jeongyeon.. Appa dan Eomma sudah tidak muda lagi. Cepat atau lambat kami akan pergi meninggalkan kalian. Walaupun selama ini kamh terus menolak, kali ini appa akan kembali memintamu untuk mengurus anak perusahaan appa untuk membantu keempat kakakmu. Tidakkah kamu ingin seperti mereka yang sudah begitu sukses, jauh melampaui dirimu? Appa ingin melihatmu ikut andil didalam perusahaan besar, bukan hanya coffee shop kecilmu itu." Pinta sang appa.

"Jika ini yang appa ingin bicarakan, bukankah appa sudah tau jawabannya?" Tanya Jeongyeon.

"Jeongyeon, lupakanlah bisnis kecilmu dan jadilah milyuner dengan mengurus perusahaan appa." Sang appa mulai lebih memaksa.

"Tidak." Tolak Jeongyeon.

"Appa pikir aku akan melepaskan begitu saja bisnis yang aku bangun sendiri? Aku bekerja part time dan mengumpulkan uang jajanku selama kuliah untuk membangun bisnis ini. Coffee shop ini adalah pasionku dan aku benar benar merintis semua ini dari nol. Jadi sampai kapanpun appa memaksaku, aku takkan berubah pikiran." Lanjutnya.

"Appa hanya ingin yang terbaik untukmu." Sang ayah mulai menaikan suaranya.

"Appa menginginkan yang terbaik buat diri appa sendiri!" Jeongyeon mulai kesal.

"JEONGYEON!" Bentak sang appa.

"APA?!" Jeongyeon tak mau kalah.

"Apakah appa tak sadar selama ini telah merenggut cita cita 4 anak appa?! Masih perlukah appa merenggut kebahagiaanku?!" Lanjutnya.

"DASAR ANAK KURANG AJAR!" Marah sang appa.

"Tak taukah appa bahwa Jeonghan oppa ingin menjadi dokter, Jeongin oppa ingin mendaftar militer, Jeongsik oppa ingin menjadi jaksa, dan Jeongmin oppa ingin menjadi insinyur?! Semua mereka kesampingkan demi membuat appa senang!! Mereka selalu bilang padaku jika biar saja mereka yang bekerja untuk appa, agar aku si anak bungsu bisa dibiarkan appa untuk meraih mimpiku sendiri. Ternyata semua masih belum cukup bagimu. Kau masih ingin aku bekerja untuk perusahaanmu. Bukan aku yang kurang ajar, tapi appa yang tak pernah memandang kita sebagai anak, melainkan sebagai barang infestasi. Terima kasih atas segala fasilitas dan pendidikan yang appa cukupi. Tapi bagiku, aku tak pernah menemukan sosok appa yang penyayang dan perhatian. Aku mendapat banyak uang, namun tidak dengan kasih sayang." Ucap Jeongyeon sebelum akhirnya berjalan keluar dari ruangan.

"BAIKLAH! KELUARLAH DASAR ANAK MANJA! JANGAN SALAHKAN AKU JIKA NAMAMU TIDAK ADA DALAM DAFTAR AHLI WARIS!!" Teriak sang appa.

"Ya ya ya.. Keluarkan saja, aku sudah tidak peduli. Aku sudah cukup menerima uang darimu." Jeongyeon tak berbalik sedikitpun.

Saat diluar, keempat kakak dan eommanya yang sedari tadi mendengar pun hanya bisa menatap dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Aku akan pulang." Pamit Jeongyeon sambil mencium pipi sang mama dan kakaknya satu persatu.

Sweet CreatureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang