Anger

647 103 4
                                    

*Brak!

Jeongyeon membuka kasar pintu ruangan ayahnya dan langsung memukul wajah ayahnya dengan sangat kencang.

"APA APAAN?!!" Marah ayahnya.

"KAU YANG APA APAAN?!!! APAKAH SEBEGITU BENCINYA KAU KEPADAKU SAMPAI KAU INGIN MEMBUNUH ANAKMU SENDIRI?!!" Jeongyeon tak lagi dapat menahan emosinya.

"OMONG KOSONG APA INI?!!" Pekik ayahnya.

"ANAK BUAHMU MEMBAKAR CAFEKU DISAAT SALAH SATU PEGAWAIKU MASIH DI DALAM! AKU PERGI MENYELAMATKANNYA DAN KAMI SAMA SAMA PINGSAN DI DALAM KARENA TAK DAPAT MENEMUKAN JALAN KELUAR KARENA ASAP YANG BEGITU TEBAL!! JANGAN BERMAIN MAIN DENGANKU LAGI!!" Marah Jeongyeon.

"Mwo??" Kaget sang ayah.

"APA? KAU TAK SADAR KAU HAMPIR MEMBUNUH ANAKMU SENDIRI KARENA AMBISIMU?! DASAR ORANG TUA GILA!! AKU MEMBENCIMU!!!" Teriak Jeongyeon dengan air mata yang mengalir deras.

"KAU MENGHANCURKAN USAHA YANG KU BANGUN SUSAH PAYAH DAN KAU HAMPIR MEMBUNUHKU!! SEHARUSNYA KAU MALU MENYEBUT DIRIMU SENDIRI ORANG TUA!!" Ibu Jeongyeon pun menghampiri sang anak dan memeluknya.

"BERITAU SUAMI EOMMA, JIKA MEMILIKI AMBISI JANGAN MELAKUKAN SEGALA CARA! APA LAGI HINGGA HAMPIR MEMBUNUH ANAKNYA SENDIRI!" Amarah bercampur tangisan Jeongyeon membuat sang ayah tak mampu berkata kata lagi.

"PEGAWAIKU MENDAPATKAN LUKA BAKAR KARENAMU!! USAHAKU BANGKRUT KARENAMU!! AKU HAMPIR MATI KARENAMU!! JIKA KAU MEMBENCIKU, MENGAPA KAU MEMBAWAKU KE DUNIA INI?!! MENGAPA?!!" Sang appa hanya dapat terdiam.


.
.
.




Setelah kembali dari rumah ayahnya, Jeongyeon pun pergi menemui kedua pegawai sekaligus teman dekatnya.

"Bagaimana lukamu Chaeng?" Tanya Jeongyeon.

"Sudah lebih baik dari pada beberapa hari yang lalu." Jawab Chaeyoung sambil tersenyum tipis.

"Baguslah." Jeongyeon ikut tersenyum.

"Jadi hari ini aku ingin bertemu kalian berdua karena ingin memberikan ini." Jeongyeon menyerahkan 2 buah amplop tebal berisi uang kepada keduanya.

"Ini.." Kaget Dahyun.

"Terima kasih sudah bekerja selama ini untukku. Aku sedang berusaha mencari dana untuk memulihkan cafe, tapi itu akan memakan waktu lama. Jadi aku tidak mau memberatkan kalian. Ini kartu nama temanku yang memiliki restoran. Hubungilah dia dan katakanlah bahwa kalian adalah rekomendasi dariku. Kalian akan mendapatkan pekerjaan di sana sebagai barista." Jelas Jeongyeon.

"Bagaimana denganmu, boss?" Tanya Dahyun.

"Aku akan baik baik saja, percayalah." Jawab Jeongyeon.

Setelah menyelesaikan urusannya dengan kedua pegawainya, Jeongyeon pun kembali ke rumahnya. Disana ia bertemu dengan Irene yang di dampingi oleh seorang pria.

"Jeong, mulai hari ini aku akan pulang ke rumah Minhyuk. Orang tuaku menyuruhku agar kita bisa menjadi lebih dekat." Cerita Irene.

"Benarkah?? Aku turut senang." Jeongyeon tersenyum.

"Terima kasih telah membiarkan aku tinggal disini. Hubungilah aku jika kau membutuhkan apapun." Irene memeluk Jeongyeon.



.
.
.


Malam ini Jeongyeon duduk di tangga yang ada di depan pintu rumahnya sambil meminum beer. Kepalanya hampir pecah setelah kebakaran yang menimpa cafenya. Saat ini ia tak punya penghasilam dan harus membayarkan banyak hal.

"Apakah aku jual saja tanah cafe itu?" Ia bertanya tanya dalam kesenduannya.

*Tin.

Mina tiba tiba datang dengan mobilnya. Setelah turun dari mobilnya, Mina pun memandang sendu ke arah Jeongyeon yang nampak lelah dan berantakan.

"Hey.." Sapa Mina.

"Hey.." Balas Jeongyeon.

"Kau terlihat berantakan." Mina merapihkan rambut Jeongyeon.

"Kejadian kemarin membuat aku berpikir kenapa saat itu aku tidak mati saja." Ucap Jeongyeon dengan lesu.

"Hush, jangan biacara begitu." Ucap Mina.

"Aku kehilangan segalanya, Mina. Pegawaiku, cafeku, wanita yang menyukaiku juga baru saja diajak tinggal bersama oleh pria yang dijodohkan orang tuanya. Saat ini aku hanya sendirian." Ucap Jeongyeon.

"Lalu kau pikir aku ini apa?" Tanya Mina.

"Ayo masuklah, aku libur seminggu jadi aku akan menginap disini untuk menemanimu." Mina menarik tangan Jeongyeon.

Sesampainya di dalam, Mina duduk bersama Jeongyeon di sofa.

"Kapan terakhir kau mandi?" Tanya Mina.

"Aku lupa kapan terakhir aku mandi ataupun makan. Terlalu banyak hal yang aku pikirkan hingga aku tak bisa memikirkan diriku." Jawab Jeongyeon.

"Aku menyayangimu, Jeongyeon." Ucapan Mina membuat Jeongyeon menoleh.

"Aku sangat sangat menyayangimu, maka dari itu jangan pernah lagi merasa sendirian." Ucap Mina sambil mengelus pundak Jeongyeon.

Perlahan Jeongyeon menunduk dan menangis begitu saja. Emosi dan rasa lelahnya betul betul tak lagi dapat tertahankan. Merasakan kehilangan semuanya membuat Jeongyeon berkali kali memikirkan hal hal yang buruk. Beruntung malam itu Mina datang dan menemaninya.

"Kemarilah." Mina membawa Jeongyeon ke dalam pelukannya.

"Haishh.. Aku mau mati saja." Lirih Jeongyeon.

"Jangan berani berbicara begitu disaat aku ada disini bersamamu." Mina memeluk erat tubuh Jeongyeon.

"Aku sangat sangat menyayangimu, jadi jangan berpikir yang aneh aneh." Lanjutnya.

Jeongyeon pun menangis semakin kuat. Malam itu, rasa sayangnya pada Mina jauh meningkat dari sebelumnya. Malam itu ia menyadari bahwa wanita yang saat ini memeluknya adalah dambaan hatinya.

Sweet CreatureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang