Coffee

587 111 5
                                    

Keenam member Twice pun saat itu ditemani oleh Jeongyeon dan kedua pegawainya. Mereka mengobrol santai dan Jihyo juga mewakili anggotanya untuk berterima kasih pada Jeongyeon. Karena insiden kemarin, keamanan Twice sekarang ditingkatkan dua kali lipat oleh agensi mereka.

"Bagaimana kopinya?" Tanya Jeongyeon sambil menoleh ke arah Sana yang duduk di sampingnya.

"Sangat wangi dan enak. Aku belum pernah mencoba yang seperti ini sebelumnya." Jawab Sana antusias.

"Bagaimana kau bisa membuat kopi seenak ini?" Tanya Momo.

"Apakah kau menggunakan biji kopi khusus?" Tanya Jihyo.

"Oh ayolah, ini semua hanya kopi biasa. Kalian semua memang sangat pandai mempromosikan sesuatu." Ucapan Jeongyeon membuat mereka terkekeh.

"Tapi ini memang terasa dari kopi biasanya. Apa yang membuat beda ya?" Tanya Mina.

"Teknik pembuatan yang diajarkan Jeongyeon memang sedikit berbeda dengan barista pada umumnya. Selain karena biji kopinya premium, cara penyeduhannya juga sedikit lebih rumit." Jelas Chaeyoung.

"Lihatlah orang yang sedang berusaha terlihat keren di depan idol yang ia sukai." Komentar Jeongyeon berhasil mengundang gelak tawa semua orang.

"Tidak bisakah kau membiarkanku terlihat keren sebentar saja?" Kesal Chaeyoung.

"Kenapa tidak menggoda Dahyun? Lihatlah dia menjadi batu saat duduk di samping Momo unnie." Lanjutnya yang mengundang tawa.

"Hey Dahyun, jangan lupa bernapas." Ucap Jeongyeon yang lagi lagi membuat semua orang tertawa.

Hari itu para member Twice menghabiskan waktu di coffee shop Jeongyeon yang mereka sewa seharian. Mereka banyak bercanda dan mengobrol, serta mengenal satu sama lain. Saat ini Jeongyeon baru saja menuntaskan urusannya di toilet, dan saat baru saja keluar, ia bertemu Mina yang sedang membetulkan lipstiknya di depan kaca. Melihat itu pun Jeongyeon hanya diam dan mencuci tangannya.

"Bagaimana?" Tanya Mina sambil menunjukan bibirnya.

"Bagus." Puji Jeongyeon tanpa menoleh.

"Ck, kau bahkan belum melihat." Gerutu Mina.

Jeongyeon pun hanya terdiam sambil hendak pergi.

*Greb.

Mina menarik tangan Jeongyeon dan mendorongnya ke tembok.

"Apa?" Tanya Jeongyeon saat tubuhnya dihimpit Mina.

"Tidak bisakah kau membiarkan aku memperbaiki hubungan kita? Mengapa kau tampak begitu keras kepala seakan begitu enggan memberikan aku kesempatan??" Tanya Mina dengan wajah kesal.

"Bukankah seharusnya kau tanyakan itu pada dirimu sendiri?" Balas Jeongyeon.

"Tanyakan apa?? Aku sudah mati matian mengatakan padamu betapa menyesalnya aku di masa lalu. Kumohon berikan aku kesempatan, Jeongyeon! Yang aku inginkan hanya supaya kita bisa memperbaiki hubungan ini.." Kedua mata Mina berkaca kaca, menunjukan betapa ia begitu frustasi.

"Kau tak membutuhkan aku lagi di hidupmu, Mina." Ucap Jeongyeon yang mulai goyah dengan keyakinan Mina.

"Aku sangat membutuhkanmu, Jeongyeon!" Setetes air mata jatuh begitu saja.

"Aku.. Aku sangat sangat merindukanmu.." Tulus Mina.

"Kumohon.. Berikan aku kesempatan untuk membuktikan bahwa aku sudah berubah." Pinta Mina.

Jeongyeon pun menghela napasnya dan mengambil pulpen yang ada di sakunya. Ia menarik tangan Mina dan menuliskan alamat rumahnya.

"Datanglah kesini untuk makan malam, kita bicarakan lebih lanjut masalah ini. Mari kita mulai semuanya dari awal lagi." Ucap Jeongyeon.

Hal itu berhasil membuat Mina tersenyum sambil kembali menangis.

"Oh ayolah, kau membuat aku terlihat buruk." Jeongyeon menyeka air mata Mina sebelum akhirnya membawa wanita itu ke dalam pelukannya.

"Hiks.. Hiks.. Terima kasih Jeongyeon.. Terima kasih.. Hiks.." Mina merengek.

"Haish berhentilah menangis." Jeongyeon mengelus lembut kepala Mina.








.
.
.




*Ting nong.

Tak lama setelah bel rumahnya berbunyi, Jeongyeon pun keluar dan berjalan ke arah gerbang untuk membukakannya bagi Mina. Wanita itu memasukan mobilnya dan memarkirkannya di samping mobil Jeongyeon. Begitu turun dari mobil, Mina disambut oleh senyuman Jeongyeon.

"Got trafict jammed, huh?" Sapa Jeongyeon.

"Ughh yeah.. Sangat sangat macet." Angguk Mina sambil berjalan menghampiri Jeongyeon.

"Kau sedang memasak?" Tanya Mina yang melihat Jeongyeon masih menggunakan apron.

"Baru selesai." Jawab Jeongyeon sambil merangkul pundak Mina.

"Wow.. Aku tak sabar memakan masakanmu." Mina terlihat begitu tertarik.

"Marilah masuk, di luar sangat dingin." Keduanya pun berjalan bersama.

Begitu masuk ke dalam rumah Jeongyeon, Mina pun dibantu oleh Jeongyeon untuk melepas dan menggantungkan coat yang ia pakai.

"Thank you." Mina tersenyum.

"Masuklah duluan." Jeongyeon mengangguk.

Mina terkesima dengan rumah Jeongyeon yang nampak modern minimalis dan begitu rapih.

"Kau sama sekali tak berubah masalah kerapihan." Komentar Mina.

"Well, itu terbawa sampai sekarang." Jeongyeon membawa nampan berisi ayam goreng bumbu dan beer ke meja ruang tamu.

"Baunya sangat enak!" Mina mengikuti Jeongyeon.

"Aku harap kau tak keberatan makan dibawah." Ucap Jeongyeon.

"Sama sekali tidak." Mina pun mendudukan dirinya di karpet.

Setelah Jeongyeon membuka apronnya dan merapihkan dirinya, ia menyusul Mina ke ruang tamu sambil membawa 2 buah mangkuk berisi nasi.

"Hanya menu sederhana untuk hari ini." Jeongyeon mendudukan dirinya di samping Mina.

"Menu sederhana dengan orang special." Ucap Mina.

"Oh ayolah.." Jeongyeon tersenyum tipis sambil menuangkan beer ke gelasnya dan gelas Mina.

Malam itu Mina begitu bersyukur karena pada akhirnya berhasil kembali berbicara santai bersama Jeongyeon seperti dulu, walau tak sebagai kekasih.



























Im back;)
Miss me already?

Sweet CreatureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang