23

10 2 1
                                    

Pagi itu di salah satu ruang sidang pengadilan tidak begitu banyak orang yang datang menyaksikan siding perceraian Wonho dan Ziyi setelah melewati masa mediasi selama seminggu yang semakin menguatkan mereka untuk bercerai.

Atas izin Leo, disini lah Irish berada. Duduk di kursi paling belakang bersama Suinn yang bersedia menyempatkan waktunya untuk menemani sepupunya ini.
Hal gila bagi Irish datang kesini, tapi mau tidak mau ia harus berdamai dengan masa lalunya.

Dengan ketukan palu sebanyak tiga kali dari hakim, Wonho dan Ziyi resmi bercerai.

Hak asuh Nana sebenarnya jatuh ke tangan Wonho, karena Ziyi tidak bekerja. Tapi setelah diskusi lebih dalam dengan Nana, mereka memutuskan bahwa Nana akan tinggal dengan Sangyeon selaku kakak tirinya untuk sementara sampai Ziyi mendapatkan pekerjaan. Apalagi Ziyi memutuskan untuk sementara waktu kembali ke Chicago mengurus beberapa hal.

Sangyeon yang juga hadir di sidang terakhir ini dengan setia menemani Nana.
ia merangkul Nana saat hakim mengatakan kedua orang tua mereka bercerai. Ia berjanji pada dirinya sendiri akan merawat dan menjaga Nana. Hanya Nana saudara yang ia punya.

Wonho dan Ziyi bersalaman. Wonho menarik Ziyi dalam pelukannya.
"Maafkan aku. Hiduplah bahagia. Jangan khawatirkan Nana, biaya hidupnya aku yang tanggung. Aku mohon bahagialah." Lirihnya.

Ziyi tersenyum dan membalas pelukan tersebut. "Maaf dan terimakasih Wonho. Kau juga harus hidup dengan bahagia. Jangan ganggu kehidupan keluarga Luo lagi."
"Tidak akan."

Wonho menghampiri Nana, memeluk anak semata wayangnya."Maafkan Appa."
"Kamu yakin tidak ingin tinggal bersama appa?"
Nana mengangguk. "Itu lebih adil kan?"

"Kalau butuh sesuatu katakan pada appa ya, uang sekolah kamu serahin ke appa."
"Terimakasih Appa."

"Irish, kita pulang sekarang?" bisik Suinn.
Irish masih terdiam memperhatikan Wonho yang tengah memeluk Nana.
ia menghela nafas, "Ayo kita pulang sekarang."

"Irish!!"
Irish menutup kembali pintu mobil yang sebelumnya ia buka ketika mendengar namanya dipanggil oleh suara yang begitu familiar.
"jangan Irish." Suinn mengingatkan.

"Bisa kita bicara sebentar?"
Irish menoleh pada Suinn meminta ijinnya.
Suinn menghela nafas, "bicara di mobil. Gue tunggu di luar."

Suinn menurunkan jendela mobil dan mencabut kunci mobil.
Sebelum memberi jarak, Suinn kembali bertanya.

"Gwenchana oppa. Aku juga harus berdamai dengan semuanya kan."
Suinn melirik Wonho yang masih menunggu.
"5 Menit." Ia kemudian berbalik dan duduk di cap mobil.

Irish masuk kedalam mobil. Ia menunggu Wonho untuk berbicara.
"Aku tau kamu sekarang benci dan gak mau ketemu aku. Aku janji ini yang terakhirnya kok."

"Kau baik baik saja? dengan semua yang terjadi padamu?'
Akhirnya Irish bersuara membuat Wonho sepenuhnya menatap Irish.
"Aku harus baik baik saja bukan. Aku janji ini terakhir kalinya kita ketemu."

"Sampaikan maafku pada Leo. Maaf juga jika aku menyakitimu begitu dalam."
Wonho tertunduk,
Irish tersenyum, "Aku sudah memaafkan semuanya Oppa. Oppa harus menemukan bahagianya Oppa, dan itu bukan aku atau pun Ziyi."

"Aku akan kembali ke Chicago malam ini. Aku akan tinggal disana dan melanjutkan kehidupanku disana."
"Nana bagaimana? Ziyi juga kembali ke Chicago."

Wonho tersenyum "Aku sekarang hanya bisa mengandalkan Sangyeon. Aku boleh minta tolong?"
"Apa?"
"Aku titip Sangyeon dan Nana."

"Aku tidak bisa. Aku juga harus kembali ke China."
Mereka terdiam.
"Aku tau siapa. Mungkin ini sebagai bentuk balas budi."
"Siapa?"
"Anak Perempuanku. Hanya dia yang bisa aku percaya. Gegenya saja sudah kembali China. Jadi hanya dia."

Born To Love | TOS Sequel (Di Tunda)Where stories live. Discover now