30

0 0 0
                                    

Pagi itu ketika Gu baru saja menyelesaikan Workout nya dan beristirahat. Ponselnya berdenting. Pesan dari ibunya bahwa mereka akan menyaksikan pertandiang Eric hari ini bersama sama. Irish juga memberitahu nya untuk mengantarkan Qing ke kediaman Hwang Minhyun untuk mengambil formulir volunteernya sebelum ke stadion.

Gu tersenyum. Tidak mungkin orang tuanya melarang anak anak nya untuk melakukan kegiatan yang menjadi passion mereka selama itu tidak merugikan diri sendiri. Dia harus belajar banyak dari kedua orang tuanya untuk rumah tangganya kelak.

"Ge, ayo. Kita ambil flower bouquet sekalian yaa," Qing menghampiri Gu sembari mengecek tas nya.
"Kita kerumah Minhyun samchon dulu. Kata Mama, Minhyun samchon nitipin sesuatu ke kamu."
"apaan?"
Gu hanya mengangkat bahunya dan keluar dari apart.

Mereka sampai di halaman rumah kediaman keluarga Hwang Minhyun. Qing tampak ragu untuk turun.
"Ayo, keburu pertandingannya Eric mulai."
"Tapi..."

"Kamu takut ketemu Aren?"
Qing menggeleng, "Lalu?"
"Tenang aja. Ge liatin dari mobil. Sana turun. Keburu mulai pertandingannya."

Menuruti perkataan kembarannya, Qing turun dari mobil dan berjalan menuju pintu utama.
Ia mengatur nafasnya dan kemudian membunyikan bel. Selang beberapa menit, Pintu terbuka.
"Qing Eonni!! Masuk masuk, mau ketemu siapa? Far, atau Aren oppa?"

"Ngapain lo nyariin gue?" nada dingin itu terdengar dari ruang tengah dimana Aren sedang berkutat dengan laptopnya.
"Gue enggak sudi buat ketemu lo." Ujar Aren sinis.

"HWANG AREN!" suara gertakan dari sang ibu terdengar.
ia berjalan menghampiri anak lelakinya itu.

"Sekali lagi mor dengar kamu bicara seperti itu pada Qing. Mor akan sangat marah padamu. Kalau Far kamu tahu. Habis kamu." Tegurnya.

Bona menghampiri Qing dan merangkulnya, "Qing itu tamu far kamu. Dia mau ketemu Far, bukan kamu. Jangan kepdean kamu."

Bona menoleh pada Qing, "Maafkan perkataan kurang ajar dari anak imo yaa. Ayo imo anter ke ruangan Samchon."
Masih dengan merangkul Qing, mereka melewati Aren yang menatap benci pada Qing, mata itu bertemu dengan ibunya. Ia kemudian berarih kembali pada laptopnya.

Perhatian Minhyun pada berkas berkas teralihkan saat Bona dan Qing datang.
"Kamu datang sendirian?"
Qing menggeleng, "Gu gege ada didepan. Aku cuman sebentar Samchon. Mau nonton pertandingan Eric setelah ini."

"Kamu duduk dulu, imo bikinkan minum."
"Jangan imo. Ngerepotin. Qing cuman sebentar kok. Disuruh ambil titipannya mama di samchon."
Bona melirik Minhyun dan tersenyum.
"Yaudah, Imo tinggal ya. Nanti keluar minta anter Samchon, biar enggak di gangguin Aren."

"loh, Aren gangguin kamu? Apa yang dilakukan dia ke kamu?" Tanya Minhyun yang duduk di hadapan Qing setelah mengambil berkas yang diperlukan.

"Enggak Samchon. Gapapa. Jadi berkas apa ya Samchon?"
"Kamu lihat sendiri." Qing mengambil berkas yang diserahkan oleh Minhyun.
Qing yang membaca judul dari berkas itu menoleh pada Minhyun "Samchon?"

Minhyun, "mama papa kamu sudah mengijinkan. Kemarin mereka hanya memastikan, tempat yang kana kamu tinggali aman atau tidak, apa saja fasilitas yang akan kamu dapat, mereka memastikan kmau untuk selalu aman kedepannya. Jadi berjuanglah disana."

Qing berhambur ke pelukan Minhyun. "Samchon terimakasih. Qing tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini."
Minhyun menepuk pelan punggung Qing, "Bagus. Sekarang, kamu harus segera ke stadion kan?"

"Oh iya. Kalau gitu aku duluan samchon."
"Ayo samchon antar sampai mobil."
"Tidak perlu samchon."
Minhyun tersenyum dan merangkul Qing, "Samchon enggak mau kamu dijahatin sama Aren."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 07, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Born To Love | TOS Sequel (Di Tunda)Where stories live. Discover now