12. PARTNER CRIME
Sesampainya di ruangan kerja Baron, Near menemukan Baron tengah sibuk berbicara dengan seseorang melalui sambungan telepon. Baron melirik sekilas kehadiran Near di ruangannya.
"Kita bahas lagi nanti," ucap Baron menyudahi pembicaraannya dengan orang di seberang sambungan telepon sana.
"Apa maksud dari Kak Baron memberikan fasilitas pada Navas?!” tanya Near tanpa basa-basi lagi setelah mengetahui jika Baron sudah memberikan fasilitas seperti motor, atm, dan apartemen mewah kepada Navas tanpa persetujuannya.
Baron menoleh pada Near."Tidak ada maksud apa-apa. Aku cuma mau memastikan Navas tidak kekurangan apapun," jawab Baron dengan santai.
"Kakak tau kalau aku sedang menghukum Navas karena dia sudah lancang!" ujar Near.
"Dengan cara membiarkan anak mu jadi gelandangan di luar sana?" balas Baron membuat Near terdiam. "Bukan seperti itu cara menghukum anak yang benar Near."
"Navas bukan anak kecil lagi yang harus selalu kamu atur kehidupannya. Dia sudah bisa menentukan mau kemana arahnya pergi," ujar Baron.
Begitulah Baron, selalu bijak dalam menghadapi situasi apapun. Tidak heran jika mendiang Atlantis-Ayah Baron dan Near memberikan takhta pewaris utama kepada Baron bukan kepada Near.
"Navas anak aku! Aku tau yang terbaik buat Navas!" ucap Near merasa paling mengetahui tentang anaknya. "Lebih baik Kak Baron tidak ikut campur urusan keluarga aku!"
"Navas keponakan ku, masih ada hubungan darah antara aku dengan Navas. Apapun yang masih berkaitan dengan keluarga Bratajaya. Aku berhak ikut campur!" balas Baron dengan tegas.
"Lima belas menit lagi ada meeting penting dengan kolega dari Prancis. Lebih baik kita tidak memperpanjang masalah ini di kantor," ujar Baron.
****
Motor Navas berhenti tepat di depan pintu gerbang rumah Vanesya. Seperti biasa, Navas selalu mengantar dan menjemput Vanesya.
"Cepet turun!" titah Navas pada Vanesya yang masih setia duduk di atas motor.
"Napas enggak ada rencana ajak aku jalan-jalan gitu?" tanya Vanesya, walaupun sudah tahu jawabannya apa nanti. Tentu saja Navas akan menolak.
"Gak ada," jawab Navas sesuai dugaan Vanesya.
"Padahal seru kalau pulang sekolah kita jalan-jalan romantis."
"Gue sibuk!"
"Napas sibuk ngapain sih?! Napas aja pengangguran. Sibuknya udah ngalahin presiden," ucap Vanesya.
"Lo pikir cuma presiden yang sibuk?!" tanya Navas.
"Iya enggak juga sih hehe..." balas Vanesya cengengesan. "Tapi Napas aku bosen di rumah."
"Lo mau turun gak?! Kalau gak gue bawa ke markas juga lo!" peringat Navas.
"Boleh! Boleh!" balas Vanesya justru kegirangan. "Dari pada di rumah, bosen."
Navas sampai kehilangan akal harus berbuat apa supaya Vanesya mau turun dari atas motornya. Ada banyak hal yang harus Navas persiapkan untuk melaksanakan rencananya malam ini.
"Napas, kata Taara Napas di usir dari rumah gara-gara aku. Emang bener ya?" tanya Vanesya sedikit merasa tidak enak.
"Itu lo sadar!" balas Navas.
"Terus Napas sekarang tinggal di mana? Kalau makan gimana? Terus Napas mandinya gimana? Ihh jangan-jangan Napas tadi ke sekolah nggak mandi ya?"
"Gue mandi di markas!" jawab Navas dengan kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Navas's
Teen Fiction"𝚃𝚎𝚛𝚞𝚗𝚝𝚞𝚔 𝚔𝚊𝚖𝚞 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚜𝚞𝚍𝚊𝚑 𝚊𝚔𝚞 𝚐𝚊𝚙𝚊𝚒 𝚍𝚊𝚗 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚔𝚒𝚗𝚒 𝚝𝚊𝚗𝚐𝚊𝚗𝚗𝚢𝚊 𝚜𝚎𝚍𝚊𝚗𝚐 𝚊𝚔𝚞 𝚐𝚎𝚗𝚐𝚐𝚊𝚖."-𝙽𝚊𝚟𝚊𝚜 𝙷𝚊𝚒𝚍𝚊𝚛 𝙱𝚛𝚊𝚝𝚊𝚓𝚊𝚢𝚊. Navas Haidar Bratajaya seorang ketua geng motor elite bern...