Ketik Hai dulu👋
🌸Gimana kabar kalian?🌸
Tetap jaga kesehatan, pola makan, dan ibadahnya ya. Stay safe semua🐨🌸🌸
Jangan lupa tinggalin jejak komentar kalian di setiap paragrafnya ya🌸🐨
Selamat membaca kisah Navas dan Vanesya🌸🐨
5. NAVAS TERTEKAN
“Ibaratnya, rasa suka aku ke Napas itu murni tulus dari hati. Kadang, ngeliat Napas masih bernafas di depan aku aja udah cukup.”—Vanesya Isha Narayana
“Serius kayak lagi mimpi bisa punya pacar seganteng Napas hehe,” ucap Vanesya menatap wajah Navas tanpa berkedip. Kini keduanya sedang berada di kantin SMA Bratasanjaya, duduk saling berhadapan dengan meja kantin sebagai penghalang keduanya.
“Gue malah ngarep ini mimpi,” balas Navas cuek. Navas mengeluarkan sebungkus rokok dari saku baju seragam dan menaruhnya di atas meja.
“Napas suka ngerokok?” tanya Vanesya ketika melihat Navas mulai membakar putung rokoknya.
“Kenapa? Lo nggak tahan sama asep rokok? Bagus, jauh-jauh lo dari gue!” ucap Navas setengah mengusir Vanesya.
“Ihhh kata siapa? Koko aku juga ngerokok,” kata Vanesya memberi tahu.
“Lo punya kakak cowok?” tanya Navas sekadar ingin tahu.
Vanesya mengangguk. “Punya, namanya Genta. Koko aku galak, kalau ngamuk kayak siluman banteng.”
“Koko lo galak gara-gara udah frustasi sama lo,” ucap Navas membenarkan. Navas tidak bisa membayangkan jika dirinya menjadi Kakak dari Vanesya. Hidup serumah dengan gadis sejenis Vanesya. Sepertinya Navas akan kena mental.
“Masa sih?! Tapi, emang kadang-kadang koko suka ketawa-ketawa sendiri sih,” ujar Vanesya mulai ragu dengan kondisi psikologi kakaknya.
“Napas, aku suka mie ayam,” celetuk Vanesya tiba-tiba.
“Terus?” tanya Navas menaikkan satu alisnya.
“Biasanya kalau orang pacaran terus ke tempat makan. Cowok tuh tanya ke ceweknya gini 'Mau makan apa sayang?' Ketimbang Napas tanya aku mau makan apa. Iya udah, aku bilang aku suka mie ayam. Berarti Napas sekarang harus pesenin aku mie ayam,” jelas Vanesya panjang lebar.
“Kaki lo masih utuh. Pesen sendiri!” balas Navas.
“Ihhhh kaki aku lagi sakit tau, gara-gara tadi sama Pak Bambang ditunjuk suruh kerjain soal matematika di papan tulis,” ucap Vanesya seraya menyentuh kakinya.
“Apa hubungannya?” tanya Navas tidak mengerti.
“Jarak tempat duduk aku dikelas sama papan tulis tuh ada sebelas langkah loh Napas! Jauh kan?! Makanya, kaki aku pegel. Dahi aku juga lagi memar. Masa Napas tega biarin aku antri di kerumunan gitu?” tanya Vanesya memelas seraya menatap kerumunan anak yang sedang mengantri memesan makanan di kantin.
“Allahuakbar! Lo bisa gak sekali aja lo gak bikin gue tertekan?” tanya Navas sangat lelah menghadapi Vanesya.
“Aku enggak bikin Napas tertekan kok. Aku kan sayang sama Napas hehe...” ucap Vanesya menyengir tanpa berdosa.
“Gue gak!” balas Navas. Navas mematikan rokoknya pada asbak yang ada di meja. Mood merokoknya sudah hilang.
“Napas, Pesenin mie ayam sama lemon tea,” pinta Vanesya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Navas's
Ficção Adolescente"𝚃𝚎𝚛𝚞𝚗𝚝𝚞𝚔 𝚔𝚊𝚖𝚞 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚜𝚞𝚍𝚊𝚑 𝚊𝚔𝚞 𝚐𝚊𝚙𝚊𝚒 𝚍𝚊𝚗 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚔𝚒𝚗𝚒 𝚝𝚊𝚗𝚐𝚊𝚗𝚗𝚢𝚊 𝚜𝚎𝚍𝚊𝚗𝚐 𝚊𝚔𝚞 𝚐𝚎𝚗𝚐𝚐𝚊𝚖."-𝙽𝚊𝚟𝚊𝚜 𝙷𝚊𝚒𝚍𝚊𝚛 𝙱𝚛𝚊𝚝𝚊𝚓𝚊𝚢𝚊. Navas Haidar Bratajaya seorang ketua geng motor elite bern...