SbP-06

31.1K 3K 310
                                    

Happy reading

Tandai typo

===

Tidak ada pertikaian diantara Sultan dan adiknya, sebab Kenneth—tangan kanan pria itu tiba-tiba datang dan meminta Sultan untuk kembali ke perusahaan. Meeting yang berlangsung, tidak bisa ditunda ataupun diganti dengan hari lain. Terpaksa, Sultan kembali ke kantor dan meminta Kenneth menyeret Ellio untuk pergi dari Mansionnya.

"Kenneth!" sang empu terlihat menunduk takut, ini adalah cara agar atasannya tidak membuat masalah lagi dengan keluarganya sendiri.

"Meeting apa yang kau maksud?" Sultan menatap tajam sang tangan kanan yang sejak tidak mengeluarkan suaranya sama sekali.

"Kau sudah bosan hidup?" Kenneth menggeleng cepat, pria itu bersimpuh dibawah kaki atasannya.

"To—tolong ampuni saya, Tuan. Saya terpaksa membohongi anda, karena jika tuan muda Ellio terluka. Maka posisi Nona semakin buruk di keluarga Maharaja, saya mengerti kalau Tuan ingin melindungi Nona dari kegilaan tuan muda Ellio. Tetapi, Tuan harus bisa melihat siapa targetnya, saya tidak ingin menggurui—saya hanya ingin membantu agar Tuan bisa memperbaiki hubungan Nona dan keluarga Maharaja," Kenneth memejamkan matanya, sebuah benda runcing menyentuh keningnya.

"Ini adalah yang terakhir kalinya kau mencampuri urusan saya!" Sultan menarik kembali pisau lipat yang tadi ia rebut dari adiknya.

"Sa—saya mengerti, Tuan!" Kenneth sangat bersyukur, karena hari ini bukan hari terakhirnya.

Kenneth tidak ingin lagi mencampuri urusan pribadi sang atasan, karena Sultan tidak akan pernah mendengarkan dirinya. Mungkin ia akan meminta bantuan Crystal yang merupakan istri dari atasannya, karena setelah gadis itu tersadar dari komanya—Sultan terlihat sedikit berbeda dan Kenneth meyakini bahwa perubahan sang atasan berasal dari sang nona.

"Atur meeting ulang, saya beri waktu lima belas menit!" Kenneth hampir mengumpat, namun pria itu tahan didalam tenggorokannya.

Sultan memang suka berbuat seenaknya sendiri, tanpa memikirkan resiko yang akan diterima oleh bawahannya. Beruntungnya Kenneth sudah sepuluh tahun bekerja dibawah tekanan Sultan, jadi ia tidak terlalu terkejut dan sudah terbiasa terserang penyakit jantung ringan disetiap detiknya.

"Baik Tuanku!"

Kenneth berdiri dan bergegas keluar dari ruangan atasannya, ia harus cepat-cepat mengumpulkan orang untuk memulai meeting yang tadi ditinggalkan oleh Sultan.

Sultan duduk di kursi kerjanya, pria itu menatap telapak tangannya yang mengeluarkan darah segar. Pisau lipat milik Ellio, ia genggam begitu erat sampai melukai tangannya sendiri. Tetesan darah mulai mengotori lantai ruangannya, tidak ada ringisan atau ekspresi kesakitan dari pria itu.

"Beraninya Ellio menyentuh Crystal, saya belum memotong tangan kurang ajarnya!" Sultan melempar pisau lipat yang sudah bengkok itu ke lantai sampai menimbulkan suara yang cukup nyaring.

Pintu ruangannya diketuk dari luar dan terdengar suara Kenneth, Sultan menyuruh orang kepercayaannya itu untuk masuk. "Semuanya sudah berkumpul di ruang meeting," ucap Kenneth yang masih terengah.

"Kita kesana dua menit lagi, saya ingin memintamu mencarikan beberapa orang yang terlihat seperti preman atau perampok. Kumpulkan sepuluh orang dan bawa mereka ke basement apartemen saya tepat jam tujuh malam!" perintah Sultan yang terdengar sedikit mencurigakan.

"Maaf sebelumnya kalau saya sedikit lancang, kenapa Tuan ingin mengumpulkan orang-orang seperti itu? Bukankah orang-orang anda, jauh lebih baik dari mereka? Saya bisa mencarikan beberapa bodyguard yang terbaik untuk anda," Kenneth mengeluarkan ponselnya, pria itu menunjukkan beberapa orang terpilih yang bisa menjadi bawahan sang atasan.

Sultan; Sweet but Psycho (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang