SbP-23

11.5K 1.2K 36
                                    

Happy reading

Tandai typo kalau ada

===

Bukan hanya dokter Lingga yang datang ke Mansion milik Sultan, tetapi ada seorang wanita tua yang juga ikut dengan sang dokter. Sultan sangat mengenali wanita tua itu, bahkan ia juga menghormatinya. Rambut putihnya yang diisanggul, kebaya yang selalu menjadi pakaian sehari-hari dan mata biru gelap yang terlihat begitu teduh saat menatap orang.

"Nenek?"

"Sultan Elfarehza Maharaja, bawa nenek ke cucu menantu!" Jessyline Maharaja—neneknya Sultan yang usianya kini memasuki 75 tahun.

"Iya," Sultan menggandeng neneknya untuk dibawa ke kamar utama.

Dokter Lingga dan Kenneth, mengikutinya dari belakang. Kebetulan saat Kenneth menghubungi dokter Lingga, sang dokter sedang memeriksa nenek Jessy. Sehingga beliau juga ikut bersama dokter Lingga untuk menemui cucu kesayangannya dan juga cucu menantunya yang sedang jatuh sakit.

"Dokter Lingga, periksa Crystal dan katakan semuanya tanpa ada yang ditutupi!"

Sultan mengalihkan pandangannya, saat sang nenek meliriknya sekilas—baru kali ini ia melihat tatapan sang nenek yang terlihat begitu marah.

"Baik," dokter Lingga mulai memeriksa keadaan Crystal yang terlihat cukup memprihatinkan.

Sultan menatap tajam dokter pribadinya, karena telah berani menyentuh istrinya. Pria itu mencoba menahan gejolak yang membuat tubuhnya seakan terbakar, Sultan tidak suka lelaki lain menyentuh istrinya. Hanya dirinya yang boleh menyentuh Crystal, karena gadis itu adalah istrinya.

Sultan terlalu sibuk dengan lamunannya, sehingga pria itu tidak menyadari kalau dokter Lingga sudah selesai memeriksa Crystal. Nenek Jessy meminta dokter Lingga dan Kenneth untuk keluar dari kamar utama—setelah keduanya menceritakan apa yang sebenarnya terjadi kepada Crystal, tatapan teduhnya kini tidak terlihat lagi.

"Sultan Elfarehza Maharaja, apa begini caramu memperlakukan Crystal?" Sultan terhenyak dari lamunannya.

"Maksud nenek?" tanya pria itu yang berpura-pura tidak tahu.

"Kau hampir membunuh istrimu sendiri, Sultan! Marah boleh, tapi harus pakai otak juga!" nenek Jessy terlihat begitu marah, bahkan ini adalah kali pertamanya beliau membentak cucu kesayangannya.

"Crystal bersama dua lelaki lain dibelakang saya, dia pantas mendapatkan hukuman seperti itu agar tidak mengulangi kesalahan yang sama lagi!" Sultan tetaplah orang yang egois dan juga keras kepala, ia bahkan berani melawan neneknya sendiri.

"Kamu kira nenek tidak tahu apa yang kamu lakukan kepada istrimu? Setiap manusia tidak bisa menghindari manusia lainnya, jika berada tempat terbuka. Begitupun istrimu, dia tidak bisa menghindari setiap orang yang tiba-tiba datang kepadanya. Pernikahan bukan hanya sekedar mengerti perasaan suami, tetapi harus saling mengerti satu sama lain," nenek Jessy mendekati cucu menantunya.

"Istrimu sudah berusaha keras untuk mengertimu, tetapi kamu tidak bisa mengerti bagaimana perasaan istrimu. Perempuan adalah makhluk lemah yang mengandalkan perasaannya, seorang suami seharusnya melindungi istrinya—bukan menyakitinya. Kalau kamu tidak bisa menghargai istrimu, ceraikan saja—Crystal bisa mendapatkan pria yang lebih baik—"

"Tidak!" Sultan langsung memotong pembicaraan sang nenek.

"Saya tidak akan pernah menceraikan Crystal, dia akan tetap menjadi istri saya! Tidak ada yang boleh mengambil Crystal dari saya!" pria itu bergegas menarik Crystal kedalam pelukannya, seakan-akan takut sang istri dibawa pergi oleh neneknya.

Sultan; Sweet but Psycho (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang