SbP-16

18.6K 1.8K 64
                                    

Happy reading

Tandai typo kalau ada

===

"Semua sudah saya perhitungkan, hanya tempat tersebut yang cocok untukmu. Bagaimana?"  Sultan menatap istrinya yang masih terdiam, setelah pria itu memberikan sebuah kontrak kerjasama yang mungkin bisa membuat Crystal membungkam keluarga Maharaja.

"Aku mau!" gadis itu langsung memberikan tanda tangannya di beberapa lembaran kertas yang sudah ia baca sebanyak tiga kali.

Sultan menyandarkan punggung pada sandaran sofa, pria itu menatap puas lembaran yang baru saja ditandatangani oleh sang istri. Setelah lewat seminggu kejadian di Mansion, Sultan memutuskan untuk mengambil langkah lain. Ia tidak akan menjadikan Crystal sebagai asisten pribadinya, tapi ia akan membuat keinginan tersebesar sang istri terkabul.

"Akhirnya gue bisa jadi model lagi," gumam pelan Crystal.

"Pemotretannya dimulai minggu depan, tiga hari sebelum kamu menyelesaikan magang disini. Seminggu ada dua jadwal pemotretan yang dilakukan dari jam tiga sore sampai jam sembilan malam, saya harap kamu bisa membagi waktu dengan baik!"

"Kakak tenang aja, aku pasti bisa bagi waktu dengan baik. Termasuk urusan kuliah, aku janji bakalan lulus sebelum akhir tahun," jawab gadis itu.

Sultan menatap lurus manik legam sang istri, "saya harap dengan cara ini—kamu bisa membuat keluarga saya bungkam dengan kesuksesanmu sebagai model!"

Crystal mengangguk, gadis itu sudah tidak sabar untuk membuat keluarga suaminya tidak bisa mencela dirinya lagi. Sebentar lagi Crystal Garystia akan muncul kembali dengan nama Crystal Florencia. "Tentu saja, aku akan menjadi salah satu model yang terkenal dan gak akan ngecewain kepercayaan Kakak. Tapi—"

"Katakan!" Sultan meraih dagu sang istri.

"Agensi tempat aku jadi model, apa salah satu properti milik Kakak?" tanya gadis itu.

Keluarga Maharaja tidak akan diam saja kalau agensi yang akan Crystal naungi adalah salah satu bisnis milik suaminya, itu sama saja dirinya memakai orang dalam. Meskipun sekarang, kontrak yang ia dapatkan juga berasal dari Sultan—yang artinya, Crystal menggunakan orang dalam untuk bisa mendapatkan kontrak disalah satu agensi ternama di negaranya.

"Bukan, Kenneth yang saya tugaskan untuk mencari agensi yang cocok untukmu. Dimana pakaian dan produk-produk yang mereka ambil, cukup aman untukmu. Saya hanya membantu untuk membuat kontrak, setelahnya—kamu sendiri yang harus melakukannya dengan baik," jawab pria itu, sebelum menumpukan kepalanya dibahu sang istri.

"Kamu tenang saja, tidak ada yang tahu kalau saya membantumu sedikit. Untuk manajer, kamu bisa menggunakan pelayan pribadimu itu. Kata Kenneth, dia cukup cekatan dan saya bisa mempercayainya sebagai manajermu."

Tangan Sultan mulai merambat ke pinggang istrinya, ia menarik Crystal agar lebih dekat dengannya. Seperti biasa, saat jam makan siang mereka akan makan bersama dan mengobrol ringan sampai jam makan siang selesai. Bedanya, sekarang pembahasan mereka cukup panjang.

"Kakak mau dimasakin apa buat makan malam nanti?" gadis itu akan membuatkan makan malam spesial untuk Sultan, sebagai bentuk terima kasihnya.

"Apapun masakanmu, saya menyukainya," jawab pria itu yang semakin menenggelamkan wajahnya diceruk leher Crystal.

Memang akhir-akhir ini Sultan membiarkan sang istri untuk bebas melakukan apa saja di Mansion, termasuk memasak dan membereskan kamar mereka. Sebab Crystal tidak bisa diam saja, karena gadis itu sering disibukkan dengan pekerjaannya sebagai model dan dirinya juga sering membersihkan apartemennya sendiri kalau sedang tidak ada pemotretan.

"Hari ini Kakak lembur lagi?"

"Hm, saya akan usahakan pulang lebih cepat hari ini," Sultan menarik tubuh istrinya hingga terjatuh diatas tubuhnya, karena pria itu tiba-tiba tiduran di sofa tempat mereka duduk.

"Besok jadwal Kakak pergi ke psikiater, kali ini jangan di skip lagi! Kakak harus kesana, besok aku temani."

Crystal menatap tajam manik biru gelap sang suami, ia cukup kesal karena minggu kemarin Sultan tidak mau pergi ke psikiater dengan alasan ada meeting diluar. Tetapi itu hanya kebohongan, ternyata Sultan tidak ada meeting sama sekali.

"Besok saya ada meeting di perusahaan Papa, saya tidak bisa menolaknya—karena ini perintah dari Nenek," pria itu memegang tengkuk Crystal.

Ting...ting...

"Udah selesai jam makan siangnya, aku balik dulu."

Gadis itu menarik tubuhnya, setelah alarm ponselnya berbunyi. Tanpa menunggu jawaban dari suaminya, Crystal sudah keluar dari ruangan tersebut. Bisa dikatakan kalau hubungan keduanya semakin dekat, tetapi perasaan mereka masih sama seperti sebelumnya.

"Kenapa jam makan siang sekarang lebih cepat dari sebelumnya?" Sultan melonggarkan dasi yang semakin mencekik lehernya, lalu ia mengambil ponselnya yang ada di atas meja.

"Kenneth, tambahkan waktu lima belas untuk jam makan siang!"

*****

Tepat saat jarum jam berada diangka tujuh lewat dua puluh menit, sebuah mobil berhenti di halaman sebuah Mansion yang sangat besar. Sultan keluar dari mobilnya dengan langkah lebar, ternyata hari ini dirinya pulang lebih lama dari kemarin. Harusnya ia selesai satu jam yang lalu, tetapi Kenneth memberinya beberapa laporan yang harus ia periksa.

"Kakak mau mandi dulu apa mau langsung makan?" Crystal sejak tadi menunggu di ruang tamu, berdiri dan mengambil jas yang ada ditangan suaminya.

"Makan," jawab pria itu yang memang sudah kelaparan dari tadi.

"Cuci tangan dulu!"

Sultan berlalu ke arah dapur untuk mencuci tangan, karena tempat itu yang lebih dekat dengan ruang makan. Selesai mencuci tangan, pria itu kembali ke ruang makan dan melihat piringnya udah terisi beberapa menu masakan sang istri.

"Segitu udah cukup?" tanya gadis itu.

"Hm."

Keduanya mulai makan malam tanpa ada pembicaraan sama sekali, Crystal mengerti kalau suaminya hari ini benar-benar lelah. Meskipun wajah Sultan terlihat tanpa ekspresi, tetapi dari matanya terlihat jelas kalau ini adalah hari paling sibuk bagi pria itu.

"Masakanmu adalah yang terbaik, terima kasih untuk makan malamnya," kata Sultan yang baru menyelesaikan makan malamnya, tidak lupa sebuah kecupan hangat selalu pria itu labuhkan dikening sang istri.

"Terima kasih pujiannya!" Crystal berdiri dari duduknya, gadis itu mendekati kursi suaminya dan memberikan balasan atas pujian manis dari Sultan.

"Kamu memang sangat mengerti saya," ucap pria itu disela-sela ciuman mereka, tangannya memeluk erat pinggang Crystal agar lebih dekat dengannya.

Gadis itu hanya tersenyum tipis, dari ekor matanya—Crystal dapat melihat seseorang yang tengah membidik kamera kearah mereka. Itu adalah orang suruhan Ellio, karena lelaki itu sudah beberapa kali mengirim mata-mata ke Mansion sang kakak. Namun orang-orang itu kembali dengan kepala dan tubuh yang sudah terpisah.

"Saya harap tindakanmu ini adalah kemauan dari hatimu, Sayang!" Sultan menyudahinya lebih dulu, pria itu menatap tajam istrinya yang kini tengah mengusap pelan pipinya.

"Aku gak munafik, siapa juga yang gak mau ciuman sama orang kayak kamu?" ujung telinga Sultan sedikit memerah, istrinya mengatakan kalimat tersebut tanpa ada keraguan sama sekali.

"God dammit!"

Crystal membelalak saat suaminya kembali menciumnya, kali ini berbeda dengan ciuman mereka yang sebelum-sebelumnya. Gadis itu tidak bisa mengimbanginya, bahkan ia kewalahan sendiri. Sedangkan orang yang sejak tadi menguntit mereka, sudah menghilang entah kemana—yang pasti ini adalah ulah dari salah satu penjaga di Mansion.

"Kak—stop!"

===

TBC

Next Ga???

Vomen ya!!!

Sultan; Sweet but Psycho (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang