SbP-15

20.1K 1.9K 83
                                    

Happy reading

Tandai typo kalau ada

===

Saat ini Crystal sedang menemani sang suami yang sedang menyelesaikan pekerjaannya. Mereka belum kembali ke Mansion, Sultan mengatakan kalau malam ini mereka akan tidur di penthouse milik pria itu. Crystal tidak bertanya kenapa mereka tidak pulang ke Mansion, karena emosi suaminya belum terkontrol sepenuhnya.

"Jangan menjauh!" Sultan menarik pinggang istrinya, agar gadis itu tidak duduk jauh darinya.

"Mau ambil minum sebentar," Crystal merasa bosan menunggu suaminya yang hanya fokus dengan IPad ditangannya, sehingga gadis itu ingin pergi ke dapur untuk membuat cokelat hangat.

"Saya selesai sebentar lagi," pria itu semakin menarik tubuh istrinya, agar Crystal tidak bisa pergi kemana-mana.

Gadis itu hanya bisa pasrah, kata sebentar menurut Sultan adalah setengah jam. Dengan posisi seperti itu, Crystal harus bisa menahan diri agar tidak menerjang suaminya. Kali ini gadis itu merasakan frustasi yang luar biasa, karena tamu bulanannya. Biasanya ia tidak seperti ini, tetapi saat berdekatan dengan suaminya—Crystal merasa kepala pening, hanya dengan aroma pekat yang menguar dari tubuh suaminya.

"Wajahmu pucat, apa kamu sakit?" pria itu menyadari raut frustasi dari istrinya.

"Red day." gadis itu melepaskan tangan Sultan dipinggangnya, ia berlalu pergi ke dapur untuk menghindari sang suami.

Tentu saja Sultan mengikutinya, karena pria itu tidak bisa jauh-jauh dari sang istri. Saat mereka sampai di dapur, Crystal menyibukkan diri dengan dua cangkir cokelat yang akan ia buat.

"Biar saya yang membuatnya!" Sultan langsung merebut sendok yang dipegang oleh istrinya.

"Tanganku udah gak sakit, biar aku aja yang buat!" gadis itu mencoba merebut sendok yang dipegang Sultan, tetapi pria itu menjauhkannya dari jangkauan sang istri.

"Jangan keras kepala, Crystal. Saya tidak mau tanganmu semakin parah, cukup diam dan tunggu cokelatnya selesai!" Sultan menahan geramannya, pria itu cukup paham dengan kondisi istrinya yang sedang datang bulan.

"Padahal aku mau buat sendiri, soalnya aku kurang suka kalau dibuatin sama orang lain," Crystal memberengut kesal.

"Saya suamimu, bukan orang lain!"

Gadis itu mengalihkan pandangannya, pesona Sultan saat sedang memasak atau membuat minuman—terlihat berbeda. Pria itu membuat dirinya benar-benar frustasi, Crystal mundur dua langkah.

Hug!

Pergerakan tangan Sultan terhenti, pria itu merasakan sepasang tangan yang melingkar dipinggangnya. Dengan gerakan cepat, pria itu berbalik dan mengangkat tubuh sang istri kedalam gendongannya.

"Begini lebih nyaman," ucap Sultan yang kini menggendong tubuh istrinya dengan satu tangan, sedangkan tangan yang satunya kembali mengaduk cokelat.

Crystal menyembunyikan kepalanya diceruk leher sang suami, ia menyesal sudah memeluk Sultan lebih dulu. Padahal dirinya ingin pria itu yang memeluknya dulu, karena pelukan Sultan terasa sangat nyaman dan membuatnya jauh lebih tenang.

"Katanya kalau perempuan datang bulan, perutnya akan sakit. Kalau kamu kesakitan, beritahu saya—nanti kita pergi ke rumah sakit," pria itu mengecup puncak kepala istrinya.

"Perutku gak pernah sakit atau kram, cuma mood aja yang cepet berubah," Crystal menjauhkan kepalanya, gadis itu menatap suaminya yang ternyata juga sedang menatapnya.

Sultan; Sweet but Psycho (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang