SbP-35

9.3K 800 556
                                    

Happy reading

Tandai typo kalau ada

===

"Akh!" Crystal memekik saat suaminya mematahkan tulang leher Dyren.

Gadis itu tidak mau melihat adegan pembunuhan secara langsung, kematian Jasmine saja ia masih belum bisa melupakan sebuah kepala yang menjadi hadiah. Kini ia disuguhkan dengan pemandangan sang suami yang tengah membunuh Dyren, ia benar-benar tidak sanggup melihat pemandangan tersebut.

"Kak, jangan disini!" pergerakan Sultan terhenti.

Pria itu menoleh kearah istrinya yang tengah memejamkan mata, sepertinya sang istri sedang ketakutan dengan aksinya. Sultan mempercepat tugasnya, ia hanya perlu melepaskan kedua tangan dan kepala Dyren.

Krek!

Suara retakan tulang yang begitu nyaring, membuat Crystal meringis ngilu. Pantas saja penampilan suaminya sangat menakutkan, setelah membunuh orang—ternyata pria itu membunuh orang seperti tengah membunuh hewan liar. Sultan tidak memiliki perasaan sama sekali, meskipun pria itu memang sudah hilang rasa kalau sudah dikuasai oleh emosi.

"Saya sudah selesai, kamu bisa membuka matamu!" bisik Sultan tepat ditelinga istrinya.

Bau anyir membuat gadis itu kembali pusing, namun ia menahannya. "Gak mau! Kakak beresin dulu mayatnya, aku gak tahan sama bau darah!"

"Kenneth, bereskan kekacauan ini. Tinggalkan kepala dan kedua tangannya!" titah Sultan kepada sekretarisnya.

"Baik Tuan," Kenneth segera memanggil beberapa orang khusus yang memiliki tugas untuk membereskan potongan tubuh para korban.

"Tidak perlu takut, ini tidak menyeramkan sama sekali. Saya membunuhnya di hadapanmu, agar kamu tidak sakit hati lagi. Kamu sendiri yang mengatakan kalau dia harus mati ditangan saya," Sultan membantu istrinya untuk mengingat apa yang sudah gadis itu ucapkan kepada Dyren waktu di perpustakaan.

Crystal membuka matanya, gadis itu menatap sang suami. "Aku cuma bercanda, itu juga aku lagi kebawa emosi."

"Tapi saya tidak menganggapnya sebagai candaan, setiap permintaanmu akan saya kabulkan." Pria itu beranjak pergi menuju ke tempat kepala dan kedua tangan Dyren berada.

"Ini hadiah untukmu, karena orang ini yang membuatmu sakit sampai tidak sadarkan diri," Sultan menarik satu tangan istrinya untuk memegang kepala Dyren.

"Kak lepasin!" Crystal tidak mau memegangnya, tetapi tangan gadis itu ditahan agar tetap memegang kepala tersebut.

"Apa kamu ingin menaruh kepalanya di kotak kaca yang dihiasi dengan berlian?"

"Gak mau!" tolak Crystal.

"Kamu tidak menyukai hadiahnya? Apa kamu menginginkan potongan tubuh yang lain?" pria itu ingin memberikan hadiah yang mengesankan untuk sang istri, tetapi melihat respons istrinya—Sultan menarik kembali kepala tersebut.

"Kamu tidak suka dengan kepalanya, saya memberikanmu kedua tangan ini. Tangan yang sudah membuat tanganmu terluka," kini berganti kedua tangan Dyren yang ada di telapak tangan gadis itu.

Sultan; Sweet but Psycho (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang