SbP-19

13.9K 1.5K 113
                                    

Happy reading

Tandai typo kalau ada

===

"Mmhhh," Crystal langsung terbangun saat rasa sakit mulai menjalar dari perutnya.

Gadis itu melihat seseorang tengah menggores perutnya menggunakan sebuah pisau kecil yang sudah terlumuri oleh darah, Crystal mencoba menghentikannya. Tetapi mulut gadis itu disumpal oleh kain, kedua tangan dan kakinya dirantai pada sisi tempat tidur.

"Mmpphh!" gadis itu meronta sampai Sultan berdecak kesal.

"Bisakah kau berhenti? Pisaunya menusuk lebih dalam!" bentak pria itu yang melihat pisaunya menusuk lebih dalam dari sebelumnya.

Crystal memejamkan matanya, rasa sakit diperutnya semakin menjadi. Ia tidak mengerti apa yang membuat sang suami melakukan hal seperti kepadanya. Tiba-tiba saja dirinya dibangunkan dengan keadaan perut yang diukir nama Sultan—tetapi ukirannya dibuat menggunakan pisau.

"Mmpphhh!" gadis itu mencoba menggerakkan tubuhnya, meskipun perutnya sedang terluka.

Sultan hanya menatapnya dingin, manik biru gelap pria itu terlihat berkilat penuh amarah. Crystal kembali memejamkan matanya, gadis itu mengahalau air mata yang hendak keluar. Ia tidak boleh menangis dihadapan Sultan, karena itu akan semakin membuatnya dalam bahaya.

"Tidak perlu menahannya, kau bisa menangis—Crystal!" Sultan menarik rambut cokelat sang istri, tarikannya cukup kuat sampai Crystal merasakan rambutnya akan terlepas dari kepalanya.

"Menangislah, Crystal!" bisik pria itu dengan suara beratnya.

Crystal menggeleng, ia tidak akan mengeluarkan air matanya untuk pria seperti Sultan. Tarikan pada rambutnya kian menguat dan luka diperutnya terlihat menganga dengan darah yang terus mengucur sampai mengotori sprei yang berwarna putih. Sultan menyeringai, saat menyadari tubuh sang istri mulai gemetar.

"Beraninya kau berbicara dengan lelaki lain, apa kau melupakan peringatan dari saya?" tangan pria itu menjauh dari rambut istrinya.

Crystal menggeleng, karena ia tidak pernah berbicara dengan lawan jenis—kecuali dengan fotografer waktu dirinya mengambil pemotretan. Ia melakukan itu, karena tidak mau Sultan marah dan melukainya. Namun sekarang, gadis itu sudah membuat suaminya marah dan kembali melukainya lebih parah dari sebelumnya.

"Kau ingin menjawabnya dengan jujur atau saya akan memaksamu berkata jujur dengan cara lain?"

Tatapan Sultan kian menggelap, pria itu tidak suka dibohongi. Apalagi kebohongan itu berasal dari istrinya sendiri, ia akan memberikan hukuman yang membuat Crystal berpikir dua kali untuk kembali membohonginya.

"Mmpphh!"

Bagaimana caranya Crystal menjawab, kalau mulutnya saja disumpal dengan kain. Gadis itu tidak bisa menahan rasa sakitnya lagi, sekujur tubuhnya terasa kaku dan dingin. Ia tidak tahu sampai kapan bisa menahan air matanya, rasa sakit ini benar-benar menyiksanya.

"Kalau kau tidak mau jujur, saya memiliki hadiah untukmu. Coba lihat ke kananmu!" Sultan memaksakan kepala istrinya untuk menoleh kearah nakas.

Mata Crystal melotot sempurna, tubuh gadis itu semakin gemetar saat melihat kepala seseorang yang ia kenali berada diatas nakas. Perutnya bergejolak, untuk sesaat ia melupakan luka yang ada diperutnya. Crystal menggerakkan kepalanya sampai cengkeraman sang suami pada rahangnya terlepas.

Manik legam gadis itu menyorot penuh kebencian pada sosok yang hampir seminggu ini menghilang, ia tidak menyangka kalau orang yang dimaksud Sultan adalah fotografer yang hanya melakukan pekerjaannya. Crystal hanya berbicara tentang pemotretan dengan fotografer tersebut, tetapi suaminya menganggap hal tersebut adalah tindakan yang salah.

Sultan; Sweet but Psycho (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang