27 : Aku Tidak Perduli!

375 43 17
                                    

Sorry for typo dan kata yang hilang 🙏

❄️❄️❄️💙💙💙❄️❄️❄️

"Kenapa kemarin-kemarin handphone mu gak aktif? Baterai nya habis ya yank? Atau kamu lagi sibuk tuk persiapan ujian?" Akhirnya Meen bisa juga menghubungi Perth, senangnya dia.

Perth tidak merespon, dia sedang menenangkan perasaannya yang bergejolak.

"Sayang kenapa diam, suaraku tidak kedengaran ya?" Kata Meen lagi mulai melihat layar handphonenya, siapa tahu sinyal jelek. Tapi nyatanya sinyal malah H+.

"Sayang, kamu di sana kan?" Meen bertanya begini siapa tahu Perth pergi ke toilet setelah mengangkat teleponnya.

Perth tersenyum, pacarnya selalu positif thinking perihal apapun. Perth sedang rebahan di kasurnya, sudah seminggu lamanya dia tidak keluar kamar, lemes. Selain itu, dia baru sembuh dari demam panasnya. Dan baru tadi pagi dia mandi setelah 7 hari.

Dan selama seminggu itu Perth tidak boleh berpikir yang berat-berat oleh orang tuanya. Mereka khawatir kondisi Perth akan semakin parah jika Perth berpikir yang berat-berat. Ini saja kondisinya sudah turun drastis.

Mengenai hutang keluarganya, orang tua Perth serta kedua saudaranya patungan untuk bayar hutang, tapi hanya bisa bayar 1/4 dari hutang mereka yang 9 Triliun. Lalu mengenai sisanya, keluarga mereka diberi waktu 3 tahun untuk melunasinya.

Awalnya New mau menjual rumah ini, tapi Perth larang, karena rumah ini peninggalan dari kakeknya. Jika dijual, maka hilang sudah kenangan berharga keluarga mereka.

Sebenarnya jika rumah ini dijual maka bisa 1/2 dari hutang mereka.

Saat inipun keluarganya masih sibuk cari uang untuk bayar hutang mereka. Saking sibuknya, mereka jadi jarang di rumah tapi Monnat sudah diwanti-wanti keras untuk tetap di rumah guna merawat Perth yang diluarnya tampak tersenyum, tapi begitu dia berada sendirian di kamar, dia menangis.

Monnat juga diberi mandat untuk tidak mengizinkan Perth bertemu dengan keluarga Zee apalagi dengan Zee.

Dan mengenai masalah Zee dan Perth, orang tua Zee masih mencari tahu kebenarannya.

"Sayang..." Seru Meen lagi, dia sudah resah bahkan sudah garuk-garuk kepala. Untuk menenangkan dirinya, dia coba untuk ganti posisi duduk sehingga sekarang dia sudah duduk selonjoran di kasur.

Jika di Bangkok baru jam 9 pagi, maka di Amerika sudah 9 malam.

"Iya, ada apa?" Sahut Perth sudah bisa menenangkan dirinya agar tidak menangis.

"Akhirnya aku mendengar suara kamu juga! Tapi suara kamu kok beda? Kamu sakit?"

"Iya, tapi sekarang sudah sembuh! Maaf ya, kemarin-kemarin handphone ku sengaja aku matikan supaya tidak menganggu waktu istirahat ku!" Jelas Perth berkilah, alasan dia mematikan handphonenya supaya Zee tidak bisa menghubunginya. Nomor handphone Zee memang sudah dia blokir, tapi Zee meneleponnya dengan nomor baru, diblokir lagi, ada lagi nomor baru dan begitulah seterusnya hingga akhirnya Perth memutuskan untuk mematikan handphonenya.

Perth tidak tahu apa alasan Zee menelepon, tapi yang pasti, Perth tidak ingin mendengar suara Zee apalagi bertemu dengan dia.

"Iya! Ouh ya sayang... Program aku dibeli mahal oleh pihak Google, dan ada juga dua program aku yang lainnya dibeli oleh pihak Apple. Selain itu aku juga sudah bekerja di Google. Aku tidak harus ke kantor, bahkan aku bisa bekerja walaupun aku berada di luar negeri bahkan di rumah. Jadi karena itulah, aku berencana membuka usaha disamping aku bekerja di Google!" Cerita Meen antusias, ingin sekali dia memeluk Perth saat ini juga untuk membagi betapa bahagianya dia saat ini.

I Am Happy - EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang