10 : Kenangan

549 54 5
                                    

Sorry for typo dan kata yang hilang🙏

❄️❄️❄️💙💙💙❄️❄️❄️

*Aku sudah di depan, kamu dimana?
Perth mendesah malas setelah membaca pesan dari Zee.

*Iya, ini mau OTW!
Balas Perth enggan. Dia berdiri sambil mengambil tasnya.

"Aku duluan ya!" Ucap Perth kepada Plan, Samantha dan Fluke.

Mereka mengangguk.

"Hati-hati ya!" Seru Fluke ramah seperti biasanya. Dia mencemaskan Perth mengingat banyak gosip miring tentang Perth akhir-akhir ini.

"Apa Perth sudah cerita masalah apa yang dia hadapi saat ini. Kamu tahukan, akhir-akhir ini raut wajah Perth selalu gelap tak cerah seperti biasanya!" Ujar Samantha juga cemas perihal Perth.

Dia bertanya kepada Plan dan langsung dijawab tidak tahu oleh Plan.

"Biasanya Perth cerita sama siapa perihal masalah dia jika bukan kepadamu?" Yang bertanya ini Fluke.

Plan sedang memutar otaknya, mencoba mengingat seseorang yang berarti dalam hidup Perth.

"Phinya, Jisoo!" Kata Plan setelah ingat seseorang yang sangat tahu seperti apa Perth.

Jawaban Plan membuat dua orang itu menghela nafas.

⏩⏩

Zee sudah menunggu Perth di dekat mobil mewahnya sambil main game, dia mengabaikan tatapan mahasiswa mahasiswi lainnya yang berusaha menarik perhatiannya.

Zee tersenyum ketika melihat Perth. Tak terasa sudah satu bulan mereka bertunangan.

Perth lebih kalem dan penurut karena dia tidak punya pilihan. Dia harus ikhlas menjalani takdir hidupnya. Sekalipun dia tidak mencintai Zee tapi Zee itu tunangannya, jadi mau tidak mau dia harus menerima Zee dalam hidupnya.

Blammmn!
Suara pintu mobil tertutup. Perth duduk di depan untuk menghindari ocehan Zee.

Perth juga membiarkan Zee memasang seatbelt nya.

Cup!
Zee mengecup sebentar bibir ranum Perth, bibir yang sangat ingin dia monopoli hak kepemilikannya.

Mata Perth membola saat Zee mengecupnya sedangkan Zee malah bersikap seperti biasa seolah-olah tidak ada yang telah terjadi.

Zee mengusak lembut rambut Perth, kemudian baru dia menjalankan mobilnya.

"Ini bukan jalan kerumahku!"

"Benar!" Jawab Zee singkat, matanya menatap fokus jalanan di depannya. Dia memang tidak berniat mengantar Perth pulang, dia mau mengajak Perth pergi main.

"Kemana kau mau membawaku?" Ucap Perth tidak suka. Sebisa mungkin dia tidak mau menghabiskan banyak waktu dengan Zee.

Zee menghela nafas.

"Aku lebih tua dari mu, jadi panggil aku dengan sebutan phi!" Kata Zee datar, dia melihat sekilas Perth. Sudah sering dia bicara seperti ini.

Perth mendengus kesal, mana sudi dia memanggil Zee dengan sebutan Phi. Daripada bicara, dia lebih memilih diam. Terserah Zee mau membawa dia kemana.

Jauhnya perjalanan membuat dia tertidur.

Zee menepikan mobilnya, melepas almamater nya tuk menutupi tubuh Perth.

Zee membelai rambut hitam Perth, dia kecup sebentar pipi tembem tunangannya. Andaikan Perth tahu betapa dia mencintai Perth dan sayangnya Perth tidak mau tahu akan hal itu, hatinya sudah terlanjur tertutup rapat untuk Zee.

I Am Happy - EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang