19 : Aku Akan Kembali

368 45 33
                                    

Sorry for typo dan kata yang hilang🙏

❄️❄️❄️💙💙💙❄️❄️❄️

"Di sini ada jasa laundry nya kan?" Tanya Meen saat reservasi hotel. Bukan hotel berbintang, hanya hotel murah namun bersih.

"Ada tuan!" Jawab si resepsionis sambil memasukkan data Meen ke dalam komputer. Perth sendiri masih di dalam mobil.

"Terus apa sarapan pagi dan siangnya bisa di request?"

"Bisa tuan! Memangnya tuan mau makan apa?" Jawab resepsionis lagi, setelahnya Meen menuliskan apa saja menu makanan yang dia inginkan.

Begitu Meen selesai reservasi dan sudah mendapatkan kunci kamarnya, Meen kembali ke tempat Perth, dia kembali bersama staff hotel yang bertugas pada bagian laundry.

"Hanya ini tuan?" Tanya staff hotel sambil memegang pakaian basah Perth serta hoodie hitam Meen.

"Iya!" Sahut Meen sambil menggendong Perth yang sudah berkelumun tuk menghangatkan tubuhnya sendiri tapi tetap saja dia kedinginan sebab dinginnya sudah sampai ke tulang.

Meen menggendong Perth dengan ala bridal. Setelah sampai di kamar, dia turunkan Perth sehati-hati mungkin seolah-olah Perth itu porselen mahal yang gampang pecah.

Greph!
Perth enggan melepas Meen yang hendak beranjak dari ranjang, saat ini Perth sungguh butuh sesuatu yang mampu menghangatkan tubuhnya.

"Dingin Meen..." Ucap Perth menggigil kedinginan.

Meen menghela nafas berat.

"Iya, aku tahu... Makanya aku pergi mencari obat herbal yang mampu menghangatkan tubuh mu!" Ucap Meen mencoba melepas genggaman tangan Perth tapi genggaman tangan Perth malah semakin erat.

"Perth..."

"Hangatkan aku dengan tubuh mu!" Kata Perth nyaris tidak terdengar akibat suaranya yang bergetar. Perth tidak bisa menunggu, dia butuh kehangatan sekarang juga. Andaikan Perth bersama Zee, mungkin Perth sudah dia tiduri

"Yakin, hembn?" Tanya Meen untuk mengkonfirmasi permintaan Perth.

Perth mengangguk dan setelahnya dia melihat Meen melepas pakaiannya sendiri sehingga beberapa detik kemudian mereka sudah sama-sama bugil.

Karena pandangan Perth tidak begitu jelas akibat kedinginan, maka dia tidak melihat jelas tubuh telanjang Meen. Yang dia tahu, setelahnya dia merasakan ada kehangatan yang melekat di tubuhnya.

Meen memeluknya sembari menahan nafsunya untuk tidak memasuki Perth saat ini juga. Dia sungguh menginginkan Perth.

Perth merebahkan kepalanya dengan nyaman di dada bidang Meen. Pelukan Meen yang posesif membuat dia merasa terlindungi nan menenangkan.

Tangan Meen tak henti-hentinya mengusap punggung Perth seraya terus berpikir. Jika dia pergi nanti, apa Perth akan baik-baik saja? Dia sungguh enggan pergi tapi mau bagaimana lagi, ini demi masa depannya. Tapi Perth juga masa depannya.

Dan begitu dia ingat dengan Zee, dia langsung sakit hati sekaligus iri sebab Perth rela menunggu Zee sampai pagi. Andaikan dia menjadi Zee, pasti akan dia bahagiakan Perth semampunya.

"Meen..."

"Iya... Ada apa?" Lembutnya respon Meen apalagi tatapan matanya untuk Perth.

"Terima kasih!" Ucap Perth tulus, dia sungguh bertemu kasih dengan kedatangan Meen.

Meen tersenyum, setelahnya dia mengecup singkat pucuk kepala Perth.

Perth tidak marah, dan dia malah semakin menenggelamkan wajahnya di dada bidang Meen.

I Am Happy - EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang