35 : Tersenyum

465 47 7
                                    

Sorry for typo & kata yang hilang 🙏

❄️❄️❄️💙💙💙❄️❄️❄️

"Maaf Pa... Aku tidak bisa!" Tolak Perth dengan berbagai pertimbangan. Salah satu alasan dia menolak adalah karena dia tahu Meen pasti tidak mengizinkan dia bertemu dengan Zee.

Sebentar saja, please!" Mohon keluarga Zee. Mereka paham dengan penolakan Perth tapi bagaimana dengan Zee?

"Maaf tuan, tapi aku tidak bisa! Putra anda terlalu berbahaya tuk Perth temui! Bagaimana jika nanti Perth diapa-apain? Apa anda sudah lupa, putra anda sudah membunuh anaknya sendiri hanya karena dia tidak suka. Dan sekarang anda minta Perth untuk menemui dia di saat Perth tidak bisa dia miliki!"

"Kami juga mendampingi pertemuan itu! Jadi tidak akan..."

"Tidak bisa, aku tidak akan mengizinkan Perth menemui Zee apapun situasi dan kondisinya!" Potong Meen tidak peduli dengan nasib Zee. Bukan tak berhati hanya saja Zee itu sudah berulang kali menyakiti Perth.

Mereka terdiam, mencoba mencari kata-kata terbaik untuk membujuk Meen. Perth sendiri dilema.

"Kami mohon! Hanya sebentar, Zee sungguh ingin bertemu dengan Perth! Tolonglah!" Mohon Achawin berharap Meen luluh hatinya.

"Perth, walau bagaimanapun Zee pernah menjadi kekasih mu kan! Ingat kenangan baiknya, jangan kenangan buruknya saja yang kamu ingat! Setidaknya pandanglah kami! Temui dia demi kami!" Sambung Singto memelas mulai gerimis mata cantiknya.

Perth melirik Meen yang tak pernah mengendur ketegasan tatapannya.

Meen menggeleng, dia tahu apa arti tatapan mata indah Perth. Permohonan tuk minta izin.

Perth menghela nafas berat, kasihan dia dengan orang tua Zee.

"Suamiku... Please! Semuanya pasti baik-baik saja... Jadi..."

"Tidak! Sekali tidak tetap tidak! Jangan memancing emosiku Perth!" Ucap Meen penuh penekanan pada setiap kata-katanya nan berat suaranya.

"Tapi..."

"Kamu mau melihat aku marah, hembn?" Potong Meen tidak ada manis-manisnya apalagi tatapan matanya, dia bahkan sudah melepas lingkaran tangan dia dari pinggang Perth.

Bibir Perth sukses tertutup rapat nan dalam tatapan matanya untuk Meen, dia pegang tangan Meen, memelas nan menghiba-iba.

"Silahkan pulang, karena aku tidak akan pernah mengizinkan Perth menemui Zee! Biar aku yang menemui Zee, yah itupun jika kalian tidak keberatan!" Putus Meen sudah berbaik hati menawarkan bantuan.

"Baiklah!" Sahut Achawin setelah berdiskusi dengan orang tuanya.

⏩⏩

Perth menahan erangan erotisnya ketika Meen menciumi telinga serta leher jenjangnya, dia bahkan memberi akses sebebas-bebasnya kepada Meen menikmati tubuhnya.

Melihat Perth menahan suara erangannya membuat Meen tersenyum jahil. Dia sungguh ingin mendengar suara erangan erotis Perth.

"Akhhh Meen..." Jerit Perth sakit bercampur nikmat takkala Meen menggigit leher jenjangnya.

Meen tidak peduli, sebab setelahnya dia melepas pakaian yang melekat di tubuh Perth sehingga tidak butuh lama bagi keduanya untuk telanjang.

Ini malam minggu, dan ini malam minggu yang panas sebab sepanjang malam ini Meen terus memasuki Perth.

"Suamiku..." Seru Perth serak disertai pusing ketika dia membuka matanya, mereka tidur berpelukan, saling menghangatkan.

Matahari sudah bersinar cerah, wajar, karena sudah jam 8 pagi.

I Am Happy - EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang