12. 💍 Ungkapan Isi Hati 💍

7.4K 511 83
                                    

Hadits riwayat Ahmad, Rasulullah SAW bersabda:

Sesungguhnya orang-orang yang saling mencintai, kamar-kamarnya di surga nanti terlihat seperti bintang yang muncul dari timur atau bintang barat yang berpijar. Lalu ada yang bertanya, "Siapa mereka itu?", "Mereka itu adalah orang-orang yang mencintai karena Allah 'Azzawajalla."

Beberapa waktu lalu pasangan suami istri itu sudah menempati rumah barunya, rumah yang sudah Hikam persiapkan jauh-jauh hari untuk di tempati bersama dengan pendamping hidupnya.

Pukul 02.30 kedua pasangan suami istri itu tengah melaksanakan ibadah shalat tahajjud bersama, Hikam mengimami Alifia dengan sangat baik, lantunan surah-surah yang ia kumandangkan sangatlah merdu dan khusyuk.

Setelah melaksanakan shalat sunnah itu, mereka berdzikir dan berdo'a bersama, bermunajat kepada Allah dengan kerendahan hatinya sebagai seorang hamba di hadapan Tuhan-Nya.

Kemudian, mereka bertadarus bersama, saat ini Hikam tengah melantunkan surah Ar-rahman dengan sangat khusyuk dan lembut. Alifia yang sedang menyimak suaminya membaca kalamullah itu tampak kagum dan terpesona.

Selain wajahnya yang tampan, tapi akhlaknya juga sangatlah baik, Alifia merasa bersyukur sekali karena sudah diberikan kesempatan untuk menjadi pendamping hidup dari lelaki yang kini telah menjadi suaminya.

Beberapa saat kemudian, keduanya telah menyelesaikan aktifitas ibadahnya, dan mereka memutuskan untuk berbincang-bincang ringan, sampai pada akhirnya Alifia menanyakan sesuatu pada sang suami.

"Mas, aku mau tanya sesuatu, boleh?" ucap Alifia.

"Na'am ya Habibati, mau tanya apa, hmm?" jawab Hikam, sambil mengelus puncak kepala Alifia.

"Saat hari pernikahan kita, kenapa mas engga kasih mahar surah Ar-rahman, seperti para Hafiz Qur'an yang lain?" ucap Alifia.

"Hmmm, itu ya? kenapa hmm? kamu mau juga?" tanya Hikam kembali.

"Ish mas, aku kan nanya, masa Mas malah tanya balik sih?" ucap Alifia merajuk.

"Kamu tuh selalu aja bikin mas gemes ya, gini loh Habibati, mas bukannya tidak ingin memberimu mahar berupa surah Ar-rahman, hanya saja mas ingin memberikan sesuatu yang nantinya bisa kamu pakai, lagi pula kalau kamu ingin mendengarkan mas membacakan surah Ar-rahman untukmu, setiap hari mas bisa melakukan itu," ucapnya sambil menyentuh hidung Alifia.

Alifia tersenyum mendengar jawaban dari suaminya, sungguh manis sekali, tapi apakah mungkin jika perlakuan manis dari suaminya ini memang karena ia sudah mulai mencintai Alifia?

"Mas bisa aja deh, aku boleh bertanya lagi?" ucap Alifia gugup.

"Tentu boleh, Habibati," ucap Hikam lembut.

"A-apakah M-mas sudah mencintai Alifia?" tanya Alifia, sambil tertunduk.

Hikam menghembuskan napasnya perlahan, ia merapatkan tubuhnya pada sang istri, lalu menggenggam kedua tangannya, sambil menatap lekat-lekat netra hazel milik Alifia.

"Habibati, coba sini lihat mas, apa kamu masih meragukan rasa cinta mas padamu?" tanya Hikam.

"M-mas, b-bukan gitu, maksud Alifia---," ucapnya terputus, jari telunjuk Hikam menempel di bibirnya.

"Syutt, dengerin mas ya, mas sudah mencintaimu sejak saat pertama kamu mencium tangan mas saat hari pernikahan kita, kamu tahu? Rasa itu, tiba-tiba saja muncul di hati mas, sejak saat itu mas sudah mencintaimu Fia, mungkin terdengar terlalu cepat ya? Tapi begitu adanya, mas mencintaimu karena Allah, Habibati," ucap Hikam meyakinkan.

Setelah mendengar penjelasan dari suaminya, Alifia merasa terharu dan merasa bersalah karena sudah meragukan cinta dari suaminya, sungguh ia tak bermaksud demikian, Alifia hanya ingin memastikan saja.

"M-maafin Alifia ya mas, Alifia gak bermaksud meragukan rasa cinta mas, hanya saja Alifia ingin mendengar ungkapan hati mas yang sebenarnya," lirihnya.

"Hmm, iya gak apa-apa Habibati, mas paham kok, yang penting sekarang kamu sudah tau kan, isi hati mas?" ucapnya sambil membawa Alifia dalam dekapannya.

Alifia mengangguk, sungguh ia benar-benar merasa menjadi wanita yang sangat beruntung karena memiliki suami yang selalu mengerti dirinya, rasanya ia akan semakin mencintai suaminya itu.

"Oh ya, kamu libur kuliah kapan?" tanya Hikam.

"Hmmm, kemungkinan bulan depan mas, kenapa?" tanya Alifia.

"Kita liburan, mau?" tanya Hikam.

Alifia mengangguk, raut wajahnya terlihat sangat antusias sekali, rasanya ia sudah sangat ingin menghirup udara segar di luar sana.

Hikam tersenyum melihat reaksi bahagia dari istrinya, ia selalu suka ketika melihat wanitanya ini merasa bahagia seperti sekarang.

"M-mas, Alifia mau tanya satu hal lagi, t-tapi Alifia malu," ucap Alifia.

"Tanya apa Habibati, gak usah malu-malu gitu, aku ini suamimu loh," jawab Hikam.

"I-itu, p-perihal hak mas yang ada dalam diri Alifia, a-apa mas tak ingin memintanya?" ucap Alifia, sambil tertunduk malu.

Wajahnya bersemu kemerahan ketika ia menanyakan hal itu, memang suatu hal yang wajar sebenarnya.

Hikam tersenyum simpul ketika pertanyaan itu terlontar dari bibir mungil istrinya, tentu saja ia ingin, sangat ingin, namun ia enggan memaksa jika wanitanya ini belum siap, ia akan menunggu waktu itu tiba.

"Tentu saja mas mau, tapi mas tahu kamu belum siapkan? gak apa-apa kok, mas akan menunggu sampai kamu siap," ucap Hikam sambil mendekap istrinya lebih erat.

"Maaf ya mas, Alifia janji akan memberikan hak ini secepatnya, saat ini Alifia hanya butuh sedikit waktu lagi," ucap Alifia.

"Iya Habibati, tenang aja, mas gak akan menuntut kok," ucapnya lembut.

Kemudian, Hikam pun memutuskan untuk mandi, karena sebentar lagi adzan subuh akan berkumandang, jadi ia memutuskan untuk bersiap-siap untuk melaksanakan ibadah shalat subuh di masjid.

Sementara Alifia akan melaksanakan shalat subuh di rumah, karena memang sebaik-baiknya tempat ibadah bagi wanita adalah di rumah.

"Sebaik-baik masjid bagi kaum perempuan adalah rumah mereka." (HR Ahmad dari Ummu Salamah RA).





Hallooo, gimana-gimana? semakin kesini semakin seru kan? 😂😂... Jangan lupa tinggalkan jejak yaaa ❤❤

Imam Untuk Alifia ( End ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang