"Duh, mas Hikam kemana ya? Kok belum pulang sih? Harusnya kan ini jam kerjanya sudah selesai," ucap Alifia cemas.
Nayla yang baru saja kembali dari dapur, sambil membawa camilan serta minuman untuknya dan Alifia pun tampak dibuat pusing melihat sahabatnya yang sejak tadi uring-uringan.
"Fia, udah sini deh, duduk dulu yuk, tenang, ini aku bawain camilan," ucap Nayla menenangkan.
Alifia tersenyum simpul, "Syukron, ya Nay, tapi- aduh, ini mas Hikam kemana sih? Di telpon juga gak diangkat dari tadi," ucapnya sambil mengerucutkan bibir.
Nayla menggeleng-gelengkan kepala, "Sabar, Fi. Siapa tau suamimu itu lagi di jalan, macet kali, husnudzon aja," ucap Nayla seraya mengusap punggung sahabatnya.
Alifia mengangguk lesu, kemudian, sedikit demi sedikit ia mulai menyentuh makanan yang telah di sediakan oleh Nayla tadi.
Tok tok tok
Suara ketukan pintu terdengar dari luar, Alifia bergegas menghampiri arah suara tersebut, guna mengetahui siapa gerangan yang datang.
"Assalamualaikum, jauzati," ucap Hikam seraya tersenyum manis, kemudian mengecup kening sang istri cukup lama.
"Eh, Fi, siapa yang dat--, astaghfirullah, Nayla gak lihat keuwuan mereka kok ya Allah, beneran deh," ucap Nayla heboh, sambil berpura-pura menutup wajahnya dengan telapak tangan.
Kedua manusia yang terpergok tengah uwu-uwuan itu pun langsung mengakhiri aksi bermesraannya dan malah tersenyum kikuk.
"Udah, Nay, buka mata kamu, gak ada apa-apa kok," ucap Alifia.
"Beneran nih? Kalian udah selesai menebar keuwuannya?" ucap Nayla yang masih menutup kedua matanya.
"Iya, Nay, coba aja lihat kalau gak percaya," ucap Alifia.
Kemudian, dengan perlahan, Nayla membuka kelopak matanya. Dan ternyata benar, pasangan suami istri itu sudah tak sedang melakukan hal seperti tadi lagi.
"Hufhhh, alhamdulillah, kalian tuh kalau mau mesra-mesraan lihat dulu dong di rumah lagi ada orang apa enggak!" ucap Nayla dengan nada kesal yang dibuat-buat.
Sementara kedua insan itu hanya menanggapi dengan kekehan, "Kenapa sih Nay? Iri ya? Mau juga ya?" tanya Alifia jahil.
Nayla menatap Alifia sejenak, kemudian berkata, "Ya jelaslah! Hufhh, pake ditanya lagi! Ya Allah, kapan aku bisa pacaran halal?" ucapnya memelas.
Alifia dan Hikam saling bertatapan, kemudian tiba-tiba ide cemerlang muncul begitu saja dibenak Alifia.
"Mas, gimana kalau Nayla kita kenalin sama teman kamu, yang waktu itu ketemu di klinik itu loh pas kamu sakit, siapa tuh namanya?" tanya Alifia.
"Oh iya, dokter Arifin? Kayaknya dia juga belum punya calon sih, atau mau sama dokter Ilham juga boleh, kebetulan kalau dokter Ilham satu tempat kerja sama aku, meski kadanh beda jadwal sih," ucap Hikam.
Nayla yang mendengar dirinya dijodoh-jodohkan dengan teman Hikam pun hanya dapat menggeleng-gelengkan kepalanya, agaknya pasutri ini sangat antusias sekali untuk mencomblangkan dirinya.
"Hus hus, kalian ini malah sibuk jodoh-jodohin," ucap Nayla.
"Ya gak apa-apa kali Nay, siapa tau cocok, kalian coba ta'arufan aja dulu nanti, biar aku dan mas Hikam yang jadi perantara untuk kalian deh, mau ya?" ucap Alifia dengan mata yang berbinar.
Nayla tampak menimang-nimang tawaran dan sahabatnya itu, entahlah, Nayla masih tampak bingung untuk sekarang.
"Gak tau deh, Fi, aku pikir-pikir dulu deh, eh, lagian, emang dianya mau gitu?" tanya Nayla.
KAMU SEDANG MEMBACA
Imam Untuk Alifia ( End )
Fiksi Remaja[ Religi-Romance ] ( Belum Revisi ) Alifia tidak pernah menyangka jika di usianya yang baru menginjak 20 tahun ia harus di jodohkan dengan lelaki bernama Muhammad Hikam Al-Ghifary. Seorang lelaki Shalih lulusan dari salah satu Universitas dan pond...