Saat ini usia kandungan Alifia sudah memasuki bulan ke tujuh, seperti pada umumnya orang-orang akan mengadakan acara syukuran tujuh bulanan.
Tempat kediaman Alifia dan Hikam mulai ramai oleh para tamu yang datang ke acara tersebut, dari mulai para tetangga, sanak keluarga, dan para rekan-rekan dari kedua orang tua mau pun Alifia dan Hikam.
Alifia dan Hikam sebagai tuan rumah tentu saja menyambut mereka dengan sangat baik.
Beberapa saat kemudian, acara syukuran tujuh bulanan pun di mulai, lantunan-lantunan ayat suci Al-Qur'an serta shalawat Nabi tertengar begitu merdu.
Do'a-do'a pun dipanjatkan dengan begitu khusyuk, acara syukuran tujuh bulanan Alifia pun telah berjalan dengan lancar dan semestinya.
Sebelum para tamu undangan pulang, mereka sempat diberi buah tangan oleh sang tuan rumah, sebagai ucapan terima kasih.
"Alhamdulillah, acaranya berjalan dengan lancar," ucap Hikam seraya menggenggam jari jemari Alifia.
"Iya, mas, alhamdulillah," balasnya seraya tersenyum.
"Sehat-sehat ya, calon cucu kakek dan nenek, dua bulan lagi kita ketemu," ucap umi Alifia seraya mengelus perut buncitnya.
"Iya nih, semoga lancar dan sehat sampai hari kelahirannya nanti ya," ucap umma Hikam.
"Aamiin Allahumma Aamiin," ucap keduanya serempak.
****
Setelah acara selesai, kedua keluarga itu pun kini tengah berkumpul di ruang keluarga, sambil menikmati kebersamaannya.
"Alhamdulillah, ya, kita bisa kumpul bareng lagi kayak gini, sering-sering dong!" ucap umma Hikam.
"Iya, nih, anak-anak kita kayaknya sibuk pacaran terus, jadi kita terlupakan!" ucap umi Alifia.
"Eh, ini kenapa jadi pada ribut? Ya wajar, mi, dulu juga kita sewaktu muda sering begitu," ucap abi Alifia membela.
"Heheee, maaf ya, umi, abi, abati, dan umma, aku dan Alifia gak bermaksud kayak gitu kok, janji deh nanti kita bakal sering kumpul kayak gini," ucap Hikam dengan rasa bersalah.
"Iya, umi, abi, umma, abati, Alifia juga minta maaf ya, kita jarang main ke rumah, lain kali kita bakal sempatin mampir kok, akhir-akhir ini mas Hikam lagi sibuk banget soalnya," ucap Alifia.
Kedua wanita yang sudah paruh baya itu pun tersenyum, mereka sebenarnya tak masalah, karena sebagai orang tua, tentu mereka juga harus bisa memahami kondisi anak-anak mereka. Toh, kedua anaknya itu juga sudah memiliki kewajibannya masing-masing.
"Gak apa-apa, sayang, jangan pada sedih gitu ah, kita paham kok, tadi umi cuma bercanda kok, iya kan, besan?" ucap umi Alifia seraya melirik kepada besannya.
"Iya, anak-anak umma pasti juga sebenarnya pengen kan punya waktu lebih banyak untuk kumpul kayak gini? Gak apa-apa, nanti kalau si kecil udah lahir, kita sering-sering kumpul deh, sini peluk dulu!" ucap umma Hikam seraya memeluk anak dan menantunya.
"Makasih ya, umma, umi, udah mau mengerti kita," ucap Alifia.
Mereka pun saling berpelukan untuk menyalurkan rasa kasih sayangnya.
"Hmm, udah malam nih, istirahat yuk, gak baik tidur terlalu larut malam," ajak abati.
"Yaudah, ayo! selamat tidur," ucap Hikam.
Alifia dan Hikam pun menyalami para orang tuanya terlebih dahulu sebelum beranjak menuju kamarnya, malam ini orang tua keduanya memutuskan bermalam di kediaman Alifia dan Hikam.
****
Sepasang suami istri itu kini tengah bersandar pada tepi kasurnya, sang suami tampak tengah mengelus perut istrinya dengan sayang.
Lantunan-lantunan ayat suci Al-Qur'an yang ia ucapkan seakan terdengar menenangkan sekali, shalawat Nabi pun tak lupa ia lantunkan dengan begitu merdunya.
Keduanya berharap, kelak jika anak ini sudah lahir ke dunia, ia akan menjadi anak yang shalih/shalihah, berbakti kepada orang tua, agama, serta negara.
"Jadi anak yang berbakti ya, Nak, umma dan abi bahagia sekali sebentar lagi kamu akan lahir," ucap Hikam pada calon buah hatinya.
Alifia mengelus puncak kepala suaminya dan membelainya dengan sayang, "Iya, abi, aku juga gak sabar mau ketemu umma dan abi," ucap Alifia seraya menirukan suara khas anak kecil.
"Gemas banget sih, umma, sini peluk!" ucap Hikam seraya menarik tubuh Alifia untuk ia dekap.
Suasana mendadak hening sejenak, beberapa saat, keduanya melepaskan pelukannya.
"Udah, tidur yuk, kasian dedenya pasti udah ngantuk," ucap Hikam.
"Iya, mas, uhibbuka fillah, jauzi," ucap Alifia lembut.
Hikam tersenyum, kemudian mengecup kening Alifia sedikit lebih lama, "Ahabbaka-lladzii ahbabtanii lahu, jauzati," jawabnya.
Assalamualaikum, makin sweet aja nih kayaknya Alifia sama Hikam 😊... Yang jomblo harap bersabar yaa 😁... Candaaa 🙏😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Imam Untuk Alifia ( End )
Teen Fiction[ Religi-Romance ] ( Belum Revisi ) Alifia tidak pernah menyangka jika di usianya yang baru menginjak 20 tahun ia harus di jodohkan dengan lelaki bernama Muhammad Hikam Al-Ghifary. Seorang lelaki Shalih lulusan dari salah satu Universitas dan pond...