Beberapa hari menuju hari H pernikahan, kedua keluarga yang sebentar lagi akan berbesanan itu tampak tengah sibuk mempersiapkan segala sesuatunya.
Kedua calon mempelai pengantin lelaki dan perempuannya pun tengah melakukan sesi fitting baju untuk acara akad nikah dan resepsinya nanti, keduanya tampak sedang memilih beberapa pilihan gaun pengantin dan jas untuk mereka kenakan di hari istimewanya.
Setelah hampir tiga jam mereka memilih dan memilah akhirnya Hikam dan Alifia memutuskan untuk memilih gaun berwarna putih tulang yang polos dengan sedikit brukat di bagian atasnya, begitu pula dengan Hikam yang memilih jas yang berwarna senada.
Kemudian, untuk pakaian resepsinya mereka memilih gaun dan jas berwarna gold, yang memberikan kesan mewah namun tidak berlebihan.
Alifia pun akhirnya mencoba mengenakan gaun yang telah ia pilih tadi, untuk mengetahui apakah gaun tersebut pas atau tidak ukurannya di tubuh mungilnya.
Setelah mencoba gaun tersebut, ia kemudian keluar dari ruang ganti untuk memperlihatkannya kepada calon suaminya.
Hikam yang melihat calon istrinya keluar dari ruang ganti dengan menggunakan gaun itu pun tampak terpesona, ia berdiam sejenak tanpa mampu melontarkan kata-kata.
Setelah itu, akhirnya mereka selesai melakukan fitting baju pada hari itu, dan memutuskan untuk kembali ke rumah, tentu saja Hikam yang akan mengantarkan Alifia pulang ke rumah.
****
Saat ini, Alifia dan Hikam sedang berada dalam perjalanan menuju ke rumah Alifia, sepanjang perjalanan mereka hanya berdiam tanpa ada yang membuka percakapan sedikit pun, mungkin saja karena keduanya masih canggung.
Setelah sekitar lima belas menit di perjalanan, akhirnya Hikam dan Alifia telah sampai di kediaman Alifia, lalu, dengan sopan Alifia mempersilakan calon suaminya untuk masuk ke dalam.
"Assalamualaikum," ujar keduanya.
"Wa'alaikumussalam, eh kalian sudah pulang, ayo mari masuk," ucap umi Alifia.
"Iya umi, terima kasih," ucap keduanya.
Lalu, Hikam dan Alifia pun segera masuk ke dalam rumah tersebut, umi Alifia mempersilakan Hikam untuk duduk sejenak di ruang tamu, sementara Alifia tengah berada di dapur untuk membuatkan secangkir kopi untuk Hikam.
****
Alifia mulai membuatkan kopi tersebut dengan telaten, aroma kopi yang khas mulai menyeruak, namun Alifia sedikit lupa untuk menanyakan kepada Hikam, apakah ia menyukai kopi yang manis atau tidak.
"Astaghfirullah, aku lupa tadi gak nanya pada kak Hikam, dia suka kopi yang manis atau nggak ya? aduh gimana dong?" ujarnya cemas.
"Ah, udahlah terlanjur, semoga aja dia suka," ujarnya.
Lalu, ia segera pergi dari dapur untuk memberikan kopi itu pada Hikam.
"S-silakan di minum kak," ujar Alifia gugup.
"Terima kasih, maaf merepotkan," jawab Hikam sambil tersenyum simpul.
Alifia hanya dapat menganggukan kepalanya sebagai jawaban, lalu ia segera duduk di kursi yang berada di samping Hikam.
Tak lama, abi Alifia pun datang menghampiri anak dan calon menantunya itu. Dan segera bergabung bersama keduanya sambil menanyakan fitting baju yang mereka lakukan beberapa saat yang lalu.
"Bagaimana acara fitting bajunya? Lancar, nak?" tanya abi Alifia.
"Alhamdulillah, lancar bi," jawab Hikam.
"Iya, alhamdulillah bi," jawab Alifia.
"Syukurlah kalau begitu, semoga selalu lancar sampai hari H ya nak," ujar abi Alifia.
"Aamiin," jawab keduanya.
Lalu, mereka pun melanjutkan perbincangan-perbincangan lainnya, sampai pada akhirnya Hikam harus berpamitan pulang karena sudah cukup lama juga ia berada di rumah Alifia.
****
Kini, Hikam sudah kembali ke kediamannya, dan ia saat ini sudah berada di kamarnya, beberapa hari lagi ia akan segera menyandang status baru sebagai seorang suami, tentu saja ia merasa sangat gugup, namun, ia berusaha untuk tetap tenang.
Hikam melirik jam dinding yang berada di kamarnya sejenak, sudah pukul setengah empat sore ternyata, dan ia pun memutuskan untuk bergegas mandi dan berangkat ke masjid untuk melaksanakan ibadah shalat ashar berjama'ah.
Sekitar lima belas menit ia berada di kamar mandi, lalu ia segera mengenakan baju koko berwarna biru navy yang sudah tergantung rapi di lemarinya.
Ia menatap cermin sejenak, sambil merapikan rambutnya yang basah oleh air wudhu, lalu segera mengenakan kopiah yang sudah ia letakan di atas kasurnya tadi.
Lalu, ia pun segera berangkat ke masjid bersama dengan abatinya serta para pemuda yang berada di komplek perumahan kediaman Hikam.
Asikkk sebentar lagi ada yang mau nikah nih 😂😂... Udah ga sabar nih pasti kalian nunggunya yaa 😅... Ikuti terus kisah mereka yaaa... Jangan lupa vote+komen, biar aku semakin semangat buat up nya ❤😍
KAMU SEDANG MEMBACA
Imam Untuk Alifia ( End )
Fiksi Remaja[ Religi-Romance ] ( Belum Revisi ) Alifia tidak pernah menyangka jika di usianya yang baru menginjak 20 tahun ia harus di jodohkan dengan lelaki bernama Muhammad Hikam Al-Ghifary. Seorang lelaki Shalih lulusan dari salah satu Universitas dan pond...