Berikanlah aku petunjuk, untuk menemukanmu. Sayangku, sungguh aku ingin bertemu denganmu apapun itu caranya.
-bbyaechu-
—S A C R I F I C E—
Suara gemuruh air hujan terdengar ditelinga Emellie yang tengah duduk di teras rumah sembari meminum teh hangat buatannya.
Tak lama saat ia menatap sekeliling rumah mewah itu, gerbang rumah terbuka dan mobil Seokjin terparkir di sana.Emellie tersenyum dan berdiri.
Hendak melangkahkan kakinya, gadis itu terhenti saat ia menatap Seokjin yang keluar tidak sendirian. Melainkan Jiyeon bersamanya di sana.
Emellie menarik napasnya dalam-dalam.
Gadis itu tersenyum menatap Seokjin dan Jiyeon yang saling bergandengan tangan masuk ke rumah.
"Tuan biar aku bawakan."
Saat Seokjin ingin menjawab agar Emellie masuk saja, Jiyeon mengambil tas Seokjin dan melemparnya ke arah Emellie.
"Bagus jika kau sadar diri."
Seokjin hanya diam, Jiyeon menarik Seokjin dan meninggalkan Emellie yang sedang mengambil tas Seokjin yang jatuh.
Tak lelah berusaha, Emellie berjalan mengekor di belakang Jiyeon dan Seokjin yang kini sudah masuk ke rumah yang dimana rumah itu adalah rumah milik Seokjin dan Emellie sebagai suami istri.
"Sayang, rumah ini bagus sekali. Aku menginginkannya."
Emellie menatap Jiyeon sembari menekuk alisnya.
"Sayang, ini rumah ibuku. Aku tidak bisa memberikannya padamu."
Jiyeon menekuk bibirnya. "Kalau begitu aku ingin rumah yang seperti ini."
Seokjin menghela nafasnya.
"Jiyeon, aku tidak sekaya itu. Aku bukan mesin uang."
Jiyeon menekuk alisnya. "Kau bilang mau menuruti semua keinginanku."
Seokjin menggeleng. "Tapi tidak semua dengan materi. Aku ingin berada di salah satu keinginan mu itu, Jiyeon."
Emellie menunduk, entah kenapa gadis itu langsung meneteskan air matanya sembari merekas baju yang ia kenakan.
Jiyeon mengusap pipi Seokjin.