Dalam sekejap, percikan air yang terjatuh di tanah rimbun itu bisa aku hitung.
-bbyaechu-
—S A C R I F I C E—
"Sayang, haruskah?" Seokjin menatap Emellie yang berdiri di hadapannya, lelaki itu tengah berada di sekitar tempat pembuatan ice cream di kedai langganan Emellie saat ini.
"Harus." Jawab Emellie tersenyum menatap Seokjin.
"Baik, Tuan Kim. Sebelumnya saya di sini akan mengajarkan anda untuk membuat ice cream khas kedai kami. Pertama,"
"Tunggu, sebentar." Emellie berdiri dan berlari kecil ke arah Seokjin.
Satu kecupan manis di bibir Seokjin membuat lelaki itu tersenyum samar.
"Buatkan dengan cinta. Mengerti?"
Seokjin mengangguk sembari tersenyum paksa.
"Bisa saya lanjutkan, Nyonya?"
Emellie menatap gadis yang merupakan pemilik kedai ice cream itu yang siap mengajari Seokjin.
"Silahkan."
Emellie tak henti tersenyum sembari menatap Seokjin yang fokus dengan adonannya. Lelaki itu tampak sangat serius dan hanya diam sedari tadi.
Tiba-tiba, di saat Emellie sibuk dengan pemandangan indahnya itu, ia merasakan pusing yang hebat membuat ia langsung duduk di kursi begitu saja.
Wanita itu merintih lirih, agar tak siapapun yang bisa mendengarnya.
"Nyonya Kim, saya permisi ada sesuatu yang harus saya tangani. Pegawai saya akan menemani kegiatan kalian sekarang."
Emellie tersenyum menatap pemilik kedai itu.
"Nee, terimakasih.."
Emellie menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Sayang, kau baik-baik saja?"
Emellie menatap Seokjin dan mengangguk dengan semangat.
"Lanjutkan, Oppa. Aku baik-baik saja."
Seokjin berjalan mendekat ke arah Emellie. Lelaki itu menekuk alisnya tak kala melihat sempurna wajah Emellie di penuhi dengan keringat dingin.