Saat ini Zen sedang berkutat dengan laptopnya, dia masih berada di Mansion milik Xaviero, alias miliknya dahulu saat masih menjadi Zean.
Zen berada di salah satu kamar tamu yang ada di Mansion itu.
Bersandar pada sabda kasur, lutut kaki yang sedikit ditekuk dengan laptop berada di pahanya.
Zen memakai sebuah piyama berwarna biru tua polos, piyama yang dipakai Zen adalah milik Zein, Zen hanya dipinjamkan.
Zen sebelumnya ingin kembali ke perusahaan, tapi Felixia dan Felix melarangnya.
Selain tubuh Zen yang lemah dan butuh istirahat, tidak ada hal lain yang menggangu kesehatan Zen.
Laptop yang digunakannya saat ini milik Xaviero, karena Xaviero memiliki beberapa laptop yang jarang dipakai, jadi Zen izin untuk menggunakannya, dan diizinkan oleh Xaviero.
Di laptop itu terlihat berbagai angka dan tulisan, Zen sedang mengerjakan proyek game baru, itu hanya kerangka game yang entah bagaimana langsung masuk ke otaknya.
Semua hal yang ada di game itu adalah bagaimana dia hidup di kehidupannya dulu.
Itu mirip seperti game RPJ tapi juga mirip seperti game kencan.
Biodata pemain di sana hanya ditampilkan sedikit, dan secara bertahap akan ada hal-hal yang mengejutkan tentang biodatanya.
Pemain bebas menggerakkan karakternya dan memilih pasangan sendiri.
Karakter juga diberikan seperti dialog komunikasi dengan para NPC dan tokoh penting di game itu.
Zen terus menekan jarinya di atas keyboard laptop, gerakan jarinya sangat cepat dan tanpa jeda, seperti tidak akan ada kesalahan dalam tulisan di laptop itu.
Setelah semua kerangka dikerjakan, Zen langsung mengirimkannya ke email miliknya dan juga Henry.
Zen sengaja tidak mengubah email dalam laptop Xaviero karena bisa saja Xaviero sengaja atau tak sengaja menggunakan email-nya, lagipula tidak akan ada yang bisa meretas laptopnya yang sudah dimodifikasi oleh Zen.
Tak lupa juga semua hal yang dia tulis di dalam laptop itu Zen hapus, dan tidak meninggalkan jejak apapun di sana.
Setelah itu beralih ke aplikasi game mobile pvp, membukanya dan langsung bermain.
Bermain 5v5, untungnya timnya itu bisa dikatakan sudah ahli dengan karakter yang mereka mainkan.
Tak mau kalah, jari-jari Zen bergerak lebih cepat, dan cara bermainnya yang sebelum biasa-biasa saja langsung berubah, mengganas dan membunuh lawannya satu-persatu.
Setelah beberapa menit, kata 'VICTORY' memenuhi layar, dan Zen mendapatkan MVP, dengan membunuh 27, mati 0, dan 14 assist.
Bermain beberapa kali lagi, dan selalu ada kemenangan untuk timnya.
ketika melihat waktu menunjukkan pukul 23.00, Zen mematikan laptop, menyimpan di atas nakas, lalu membaringkan tubuhnya dan langsung tidur.
♪♪★♪♪
Zen terbangun ketika jarum jam menunjukkan pukul 6 pagi tepat.
Menggosok matanya sebentar, lalu memposisikan dirinya menjadi duduk.
Dengan keadaan yang masih mengantuk, Zen bangkit dari tempat tidur dan masuk ke dalam kamar mandi.
Setelah 20 menit, Zen keluar dari kamar mandi dengan mengenakan jubah mandi, tapi tiba-tiba terdiam karena tidak memiliki baju ganti.
Zen kemudian membuka lemari dan ada beberapa baju di sana.
Zen mengambil kaos putih polos, dan celana pendek di atas lutut, setelah itu langsung memakainya, untung saja di sana juga ada beberapa dalaman yang pas untuk Zen dan terlihat baru.
Kaos yang dipakai Zen sedikit terlalu besar dengan tubuh Zen yang kurus, bagian bawah kaosnya juga terlalu panjang sampai menutupi setengah paha Zen.
'Ini baju milik siapa? Apa milik Xavi? ini terlalu besar jika milik Zein karena tingginya sama denganku walau dia lebih berisi dariku' gumam Zen.
Tubuhnya seperti tenggelam dalam kaos putih itu.
Tanpa mempedulikan penampilannya, Zen melenggang pergi ke arah ruang makan.
Di sana sudah ada Xaviero, Felixia, Felix, dan Zein sedang duduk tenang di kursi mereka masing-masing.
Zen berjalan ke arah meja makan dan duduk di samping Zein.
Di meja makan hanya ada 2 telur mata sapi, dan segelas susu yang sudah di sediakan di piring masing-masing, dan sandwich di piring berbeda.
'Tak ada nasi ya?' batin Zen.
Zen mengambil 2 sandwich dan menaruhnya di piringnya.
Dalam beberapa menit, Zen sudah selesai makan.
"Makanlah lebih banyak" ucap Xaviero tiba-tiba.
Zen yang bingung langsung memiringkan kepalanya sambil menatap Xaviero.
"Vier benar, kau terlalu kurus, makanlah lebih banyak" ucap Felixia.
"Tak apa, aku sudah kenyang" ucap Zen.
Entah kenapa dia sudah kenyang walau makan sedikit, saat dia pertama kali tiba di Z'N Company dan dibelikan makanan oleh Henry, porsi makanan itu masing-masing adalah untuk 2 orang, jadi Zen makan yang sebenarnya adalah porsi untuk 4 orang, dan Zen memakannya sampai habis.
Tapi Zen tidak tahu kenapa dia merasa kenyang walau makan sedikit, bahkan perutnya seperti sudah terisi penuh.
Zen menatap kosong ke arah gelas yang masih tersisa setengahnya.
"Ada apa?" tanya Zein datar.
Xaviero, Felixia, dan Felix langsung memandang Zen.
"Bukan apa-apa, hanya saja… biasanya aku makan banyak, tapi entah kenapa aku merasa kenyang walau makan sedikit" ucap Zen.
"Kau yakin kau selalu makan banyak?" tanya Felix.
Zen menggelengkan kepalanya.
"Saat aku kabur dari rumah sakit dan pergi ke Z'N Company, aku bahkan makan dengan porsi untuk 4 orang" ucap Zen.
Keempat orang lainnya menatap rumit ke arah Zen.
"Kalau begitu, ikut Felix ke rumah sakit untuk pemeriksaan" ucap Xaviero, dan mendapat anggukan dari Felixia, Felix, dan Zein.
"Tidak mau, aku tidak suka dengan bau obat-obatan di rumah sakit" ucap Zen.
"Tenang saja, rumah sakit ku itu berbeda dengan yang lain, aku juga aman menempatkan mu di ruangan khusus agar kau tidak mencium bau obat-obatan di sana" ucap Felix.
"Tetap saja, ketika kau masuk ke rumah sakit, kau dapat mencium bau obat, dan banyak juga orang sakit yang keluar masuk di rumah sakit, bagaimana kalau aku tertular? Aku akan memeriksa tubuhku ketika aku kembali ke Z'N Company" ucap Zen menolak untuk pergi, bahkan matanya berkaca-kaca karena tidak ingin pergi ke rumah sakit.
"Ze, Kau yakin tak apa?" tanya Felixia khawatir.
Zen menganggukkan kepalanya.
"Aku tidak merasakan apapun di tubuhku" ucap Zen.
"Bodoh! Kau pernah mengatakan jika kau tidak bisa merasakan rasa sakit setelah bangun dari koma, bagaimana kau tau jika tubuhmu baik-baik saja?" tanya Felix membuat Zen dan yang lainnya terdiam.
Saat Zen berkutat dengan pikirannya, suara mekanik memenuhi pikirannya.
[Sistem berhasil di tingkatkan, fitur baru telah terbuka, apakah tuan ingin melihatnya?]
≈≈≈≈≈★≈≈≈≈≈
<YES> <NO>
≈≈≈≈≈★≈≈≈≈≈Setelah suara itu terdengar, sebuah hologram kecil muncul dengan kata Yes dan No, tidak ada kata lain selain kedua kata itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sistem Dominasi
FantasyZean Abighail Vynes, mati ditangan suaminya sendiri karena ingin mengambil alih semua yang dimiliki oleh Zean. seorang wanita yang dijuluki sebagai wanita terkaya di dunia dengan kekayaan mencapai 200 kuadriliun, semua itu adalah kekayaan bersih yan...