"Nak Zen"
"Aku tak apa, Paman tak perlu khawatir"
"Walaupun begitu, sepertinya yang lain juga khawatir" ucap kepala desa.
"Eh"
Zen kemudian melihat sekelilingnya, terlihat jika semua warga desa menatap ke arahnya dengan tatapan khawatir.
Dengan cepat, Zen menghapus air matanya, dan tudung jaket yang sebelumnya turun, langsung ditarik untuk menutupi kepalanya.
Jika itu di depan warga desa, tak apa jika Zen menangis, tapi dia melihat beberapa orang yang tidak pernah dia lihat sebelumnya.
"Mereka siapa?" tanya Zen kepada kepala desa.
"Haha, mereka adalah mahasiswa dan murid sekolah menengah yang sedang magang dan belajar di sini" ucap kepala desa.
Zen hanya mengangguk kemudian merogoh saku jaket untuk mengambil ponsel.
"Paman, berapa kerugian yang terjadi? Aku akan langsung mentransfer uangnya untuk semua kerugian yang terjadi" ucap Zen.
"Nak Zen, seharusnya kami yang membayar ganti rugi karena tidak bisa menjaga lahan pertanian yang ada"
"Paman, ini untuk semua keluarga di desa ini, jika mengalami kerugian sebesar ini, pasti mereka akan kesusahan selama beberapa bulan ke depan" ucap Zen yang membuat kepala desa terdiam.
Memang benar jika selama ini mereka hidup dengan sejahtera karena hasil penjualan padi, tapi sekarang hasil panen hanya setengahnya dari hasil panen biasanya.
Kepala desa kemudian memberitahu Zen berapa kerugiannya, Zen langsung mentransfer uang dan melebihkannya sedikit.
"Nak Zen, ini kelebihan"
"Tak apa Paman, gunakan uang lebih itu untuk keperluan desa"
"Nak Zen, desa ini sudah sangat berkembang berkat bantuan darimu, bahkan kami juga mampu membangun beberapa rumah yang sebelumnya tak layak untuk dihuni, semua fasilitas di desa juga sudah sangat lengkap, apalagi desa ini juga memiliki penginapan yang menambah penghasilan desa"
Saat pertama kali Zen pergi ke desa ini, hal yang paling menakjubkan adalah pemandangan sekitar.
Desa itu dikelilingi hutan, dan ada sebuah sungai yang tak jauh dari sana dengan airnya yang sangat jernih, bahkan ikan-ikan di sungai terlihat jelas berenang bebas.
Udara yang asri karena banyaknya pepohonan dan jarang kendaraan lewat di desa itu.
Lalu tiba-tiba ingatan lucu muncul membuat Zen menahan tawanya.
Sebelum Zen mengalami koma, Zen beberapa kali datang ke desa ini.
Waktu itu Zen ingin pergi melihat sungai, dan Henry terus mengekor di belakangnya.
Tapi, karena tanah di sekitar sungai basah dan licin, Henry yang berada di belakang Zen saat itu tergelincir dan jatuh ke tanah dengan posisi yang keren, terlihat seperti orang yang sedang berbaring.
Kaki kirinya lurus, kaki kanannya sedikit di tekuk, tangan kirinya terentang ke samping, dan tangan kanannya menumpu kepala.
Tapi entah kenapa saat itu posisinya sangat lucu karena Henry menampilkan ekspresi terkejut.
"Paman, aku akan pergi ke desa selanjutnya, ada urusan di sana" ucap Zen.
"Nak Zen, lebih baik menginap dulu semalam di sini, matahari sudah hampir terbenam, berbahaya jika berkendara melewati hutan saat malam hari" ucap kepala desa, tapi Zen menggelengkan kepalanya.
"Paman, aku harus melihat kondisi peternakan di sana, jika banyak hewan yang mati, maka harga daging akan naik" ucap Zen.
Kepala desa itu kemudian terdiam, peternakan yang di bangun di desa itu sangat besar, bahkan Zen membeli lahan luas di atas gunung untuk membuat peternakan itu, bahkan ada sekolah khusus yang dibangun untuk murid yang ingin bersekolah, apalagi jika keluarga mereka juga memiliki Peternakan dan di masa depan mereka akan mewarisinya.
Di belakang peternakan itu juga ada asrama untuk para murid tinggal. Sedangkan untuk pekerja, ada juga asrama khusus untuk mereka tepat di samping peternakan.
Zen kemudian berpamitan kepada kepala desa dan orang-orang desa.
Memasuki mobil, Zen langsung tancap gas karena hari mulai gelap.
Jalan itu cukup berbahaya di malam hari karena kadang ada beberapa hewan buas yang keluar, kebanyakan yang terlihat adalah rusa, babi hutan, dan beruang.
Kurang dari 15 menit, Zen sudah sampai di gerbang desa, dan butuh 5 menit tambahan untuk pergi ke atas gunung.
Zen sampai bertepatan dengan terbenamnya matahari, dan jalan sekitar hanya di terangi oleh lampu jalan dan obor untuk menambah penerangan.
Setelah masuk, Zen memarkiran mobilnya di tempat parkir, mematikan mesin mobil, Zen langsung keluar dari mobil.
Ketika keluar, hal yang pertama dilihat adalah taman rumput yang sisi-sisinya dibatasi oleh pagar.
Tempat itu biasanya digunakan untuk para hewan bersantai dan berjemur di bawah sinar matahari.
Di peternakan itu ada berbagai hewan.
Dari sapi, kambing, domba, kuda, babi, kelinci, ayam, angsa, bebek.
Yang paling Zen sukai adalah kuda dan kelinci, karena kuda bisa dia naiki, dan kelinci memiliki bulu yang lembut, jadi Zen sangat senang ketika memeluknya.
Zen berjalan ke ruangan di mana pengelola peternakan berada.
Saat membuka pintu, Zen melihat seorang pria yang sedang duduk di sofa dengan teh dan dokumen di atas meja.
"Relian" panggil Zen.
Pria yang mendengar seseorang memanggil namanya langsung menoleh, terlihat sosok putih berdiri di dekat pintu.
"Tuan Zen" Pria bernama Relian William Feron itu langsung berdiri dan menyala Zen.
"Bisa kau siapkan tempat untukku tidur di sini malam ini?" tanya Zen dan diangguki oleh Relian.
"Tentu saja, saya akan menyiapkannya sekarang" ucap Relian, dia pamit untuk pergi, dan menyisakan Zen seorang diri di sana.
Dulunya Relian adalah pekerja biasa di sebuah peternakan yang cukup besar, tapi ketika peternakan itu bangkrut, Relian dipecat, dan akhirnya bertemu dengan Zen yang menawarkan pekerjaan padanya.
Usia Relian adalah 28 tahun, dia sudah menikah dan memiliki 2 anak, anak pertama adalah perempuan, usianya 6 tahun, lalu anak keduanya laki-laki, baru berusia 2 tahun.
Tapi, karena sebelumnya Relian tak memiliki cukup uang, perceraian terjadi, dan hak asuh didapatkan oleh Relian sebulan setelah perceraian, karena setelah perceraian itu dia mulai bekerja untuk Zen dan menghasilkan banyak uang.
Relian juga membawa kedua anaknya tinggal bersamanya di peternakan, bahkan Relian mengajari anak sulungnya mengurus hewan di sana.
Dan anak bungsunya, sangat suka dengan kelinci, apalagi banyak pekerja di sana, jadi Relian tak terlalu mengekang anaknya jika ingin bermain dengan hewan yang ada.
Beberapa menit kemudian Relian datang.
"Tuan Zen, ruangan yang biasa Anda gunakan sudah di bereskan, Anda bisa langsung tidur" ucap Relian dan diangguki oleh Zen.
Zen menyuruh Relian untuk kembali mengurus pekerjaannya, dan Zen langsung pergi ke ruangan yang memang dibangun khusus untuknya.
Ruangan tempat Zen gunakan seperti rumah dari kayu, itu luas dan tak jauh dari asrama para murid.
Untuk guru, Zen hanya membiarkan beberapa orang pekerja yang ahli di bidangnya untuk mengajar, jika membayar guru, dia mungkin hanya bisa memberikan materi tanpa memberikan praktek langsung, tapi jika dia ahli dalam mengurus hewan peternakan, sudah pasti dia juga bisa memberikan materi untuk para murid yang belajar di sana.
Bahkan para murid akan diberikan tanggung jawab untuk mengurus beberapa hewan agar menambah pengalaman mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sistem Dominasi
FantasyZean Abighail Vynes, mati ditangan suaminya sendiri karena ingin mengambil alih semua yang dimiliki oleh Zean. seorang wanita yang dijuluki sebagai wanita terkaya di dunia dengan kekayaan mencapai 200 kuadriliun, semua itu adalah kekayaan bersih yan...