Pagi harinya, Zen bangun dan membuka matanya perlahan, melihat sekitarnya, merasa familiar dengan kamar yang sekarang dia tempati.
'Ini, bukankah ini kamarku di kehidupan ku yang sebelumnya?' batin Zen.
Zen kemudian mengubah posisinya menjadi duduk, dan bersandar di sandaran kasur.
Beberapa saat kemudian, pintu kamar terbuka, terlihat Xaviero masuk dengan Felix.
"Oh, Hai! Anak tampan ini sudah bangun" sapa Felix kepada Zen, dan Zen menatap datar ke arahnya ketika dikatai tampan.
Felix kemudian mendekati Zen, dan duduk di tepi kasur, sedangkan Xaviero berjalan ke arah sofa dan duduk di sofa itu.
'Gue cewek! Anj-, sabar-sabar...' batin Zen.
Setelah itu Zen menatap tajam ke arah Felix.
"E-eh, ada apa?" tanya Felix gugup ketika dia ditatap tajam oleh anak kecil di hadapannya.
"Aku perempuan! Jangan memanggilku tampan!" ucap Zen datar dan penuh penekanan.
"A-ahahaha, maaf, aku tidak tau" ucap Felix sambil mengusap tengkuknya refleks.
Zen yang mendengarnya hanya mendengus kesal.
"Oh ya anak manis, berapa umurmu?" tanya Felix.
"10 tahun"
"Eh"
Felix menatap tak percaya, anak di hadapannya ini tinggi, dan terlihat seperti umur 13 atau 14 tahun.
Memang benar, tinggi Zen itu 154 cm, untuk anak 10 tahun itu sudah sangat tinggi, tapi tubuh Zen kurus karena dia sudah koma berbulan-bulan dan tidak makan apapun, hanya diberikan vitamin agar tubuhnya bisa bertahan.
"Apa ada yang sakit?" tanya Felix lagi.
"Tidak ada, tubuhku hanya kelelahan saja" ucap Zen.
"Yakin?"
"Entahlah" ucap Zen sambil memalingkan wajahnya ke arah lain.
'Sistem, apa kemampuan tidak dapat merasakan sakit bisa di nonaktifkan?'
[Maaf Tuan, tapi kemampuan itu adalah kemampuan pasif, jadi tidak bisa di nonaktifkan]
'Lah, ini seperti aku memiliki penyakit Congenital insensitivity to pain (CIPA), harus senang atau sedih ya?' batin Zen meratapi nasibnya sekarang.
"Kau yakin tidak merasa ada yang sakit?" tanya Felix.
"Aku tidak bisa merasakan sakit apapun" ucap Zen.
"Tidak bisa merasakan sakit? Apa itu dari lahir?" tanya Felix.
Zen menggelengkan kepalanya.
"Tidak, itu setelah aku bangun dari koma" ucap Zen.
"Koma?"
"Ya, aku baru keluar rumah sakit kemarin" ucap Zen.
"Apa? Bukankah seharusnya saat ini kau ada di rumah dan beristirahat untuk pemulihan?"
"Aku tidak tinggal di rumah, lagipula aku lari dari rumah sakit tanpa ada yang tau" ucap Zen
"Apa?!"
Felix kemudian mengangkat tubuh Zen dan membaringkannya kembali di atas kasur.
"Anak bodoh! Jika terjadi apa-apa denganmu orangtuamu pasti khawatir" ucap Felix.
"Benarkah? Ku kira tidak seperti itu" ucap Zen yang membuat Felix bingung.
"Mereka tidak mungkin khawatir, lagipula selama ini mereka selalu memukuliku dan selalu mengabaikan ku, bagaimana mungkin mereka khawatir? Bahkan ketika aku sadar tidak ada seorang pun di sana kecuali suster dan dokter yang merawat ku" ucap Zen.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sistem Dominasi
FantasyZean Abighail Vynes, mati ditangan suaminya sendiri karena ingin mengambil alih semua yang dimiliki oleh Zean. seorang wanita yang dijuluki sebagai wanita terkaya di dunia dengan kekayaan mencapai 200 kuadriliun, semua itu adalah kekayaan bersih yan...