[Tuan, apa Anda akan menerima misi?]
'Terima'
[Baik, selamat menjalankan misi, saya akan menunjukkan jalan di mana kejadian akan terjadi]
Setelah itu sebuah panah tiba-tiba muncul di depan Zen, menunjuk ke arah sebelah kanan.
Zen langsung mengikuti panah itu, menghiraukan tatapan bingung dari mereka yang sebelumnya di dekat Zen.
"Ze, mau kemana?" tanya Felixia.
"Ke sana sebentar" ucap Zen sambil menunjuk ke arah di mana panah menunjukkan jalan.
Zen terus melangkah, sampai di perempatan jalan, Zen melihat jika panah itu berhenti dan menunjuk ke bawah.
"Di sini?" gumam Zen.
[Ya, kecelakaan itu akan terjadi di sini karena lampu lalulintas rusak, jadi tugas Anda adalah menolong pemuda yang di belakang Anda saat ini]
Sontak apa yang dikatakan membuat Zen melihat ke belakang.
'Putih Abu, anak SMA?'
Pemuda itu terlihat sedang melihat ke arah ponselnya tanpa melihat sekitar.
Zen langsung menghadap ke pemuda itu, dan menarik bajunya pelan.
Pemuda yang merasakan bajunya di tarik langsung melihat siapa yang melakukannya.
Pemuda itu terpana dengan wajah tampan Zen yang di atas rata-rata, tinggi Zen hanya sedada pemuda itu.
"Ada apa?" tanya pemuda itu bingung karena seseorang di depannya berbalik dan menatapnya.
"Kakak, jangan bermain ponsel, lampu lalulintasnya rusak, jadi sangat berbahaya jika tidak melihat sekitar ketika menyebrang jalan" ucap Zen.
Pemuda yang mendapat nasihat dari sosok putih di depannya langsung memasukkan ponselnya ke dalam saku celana.
'Rambut putih, alis putih, mata merah, bibir merah muda alami, tampan, dan tinggi, orangtuanya pasti juga tampan dan cantik sampai bisa terlahir anak setampan ini' batin pemuda di depan Zen.
"Kau… albino?" tanya pemuda itu.
"Um, aku terlahir albino" ucap Zen sambil menganggukkan kepalanya.
"Umur?"
"Sepuluh!" ucap Zen sambil mengangkat ke sepuluh jarinya.
Pemuda itu menatap tak percaya kepada Zen.
"Kau sangat tinggi untuk anak umur sepuluh tahun" ucap Pemuda itu.
"Kalau tidak salah tinggi Ayahku 192 cm, tinggi Ibuku 183 cm, tinggiku salah 154 cm, kembaranku hanya sedikit lebih tinggi dariku" ucap Zen.
"Kembaran mu juga albino?"
"Tidak, hanya aku, kembaranku mirip dengan Dad" jawab Zen.
"Nama mu?" tanya pemuda itu.
"Kakak, bukankah tidak sopan jika ingin tau nama seseorang tapi tidak memperkenalkan diri dulu?"
"Ah, maaf, namaku Aldrean Renza Loeza, nama mu?"
"Zena Abighail Vynes, salam kenal, Kak Al" ucap Zen memperkenalkan diri.
Tiba-tiba tubuh Aldrean menegang.
'Keluarga Vynes?' batin Aldrean shock.
"Di mana orangtua mu, atau pengawal?"
"Mom dan Dad ada di sana, aku tidak memiliki pengawal karena aku tidak membutuhkannya" ucap Zen sambil menunjuk di mana Xaviero dan Felixia berada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sistem Dominasi
FantasyZean Abighail Vynes, mati ditangan suaminya sendiri karena ingin mengambil alih semua yang dimiliki oleh Zean. seorang wanita yang dijuluki sebagai wanita terkaya di dunia dengan kekayaan mencapai 200 kuadriliun, semua itu adalah kekayaan bersih yan...