Jam menunjukkan pukul 15.50.
Di Z'N Company, Zen sedang berbaring di atas kasur di ruangan khusus yang berada di kantornya.
10 menit lagi konferensi pers akan dimulai, tapi Zen sangat malas untuk bangun dari tempat tidurnya.
Seperti ada tarikan gravitasi yang membuat tubuh Zen berat saat ingin bangkit dari tempat tidur.
Pintu tiba-tiba bergeser, menampilkan Henry yang sedang membawa sebuah berkas ditangan kirinya.
"Tuan Muda, kita harus pergi sekarang" ucap Henry tapi Zen tak menggubrisnya.
Konferensi pers yang awalnya akan dilakukan di sebuah gedung yang tak jauh dari perusahaan Z'N Company, tapi karena situasi yang menimpa Zen membuat tempatnya diubah.
Untung saja di perusahaan terdapat ruangan yang luas dan kosong yang belum digunakan untuk apapun, jadi Henry mengubah tempat itu untuk konferensi pers dilakukan.
Semua wartawan dari berbagai media televisi, koran, atau yang lainnya sudah datang, tinggal menunggu acaranya dimulai m
Tapi Henry hanya bisa menghela napasnya ketika melihat Zen yang masih berbaring di atas tempat tidur dengan mata yang fokus ke langit-langit ruangan.
"Tuan Muda"
Zen yang terganggu dengan suara Henry langsung bangkit dari tempat tidur dengan malas.
Tangannya mulai bergerak ke sebuah lemari di mana berbagai pakaian di simpan rapi.
Mengambil sebuah kemeja putih, jas, dan celana panjang berwarna biru tua yang memang sudah sepasang.
Mengancingkan semua kancing di kemeja dan jas agar terlihat rapi, Zen juga mengikat sebagian rambut panjangnya, menyisakan rambut bagian bawahnya yang tergerai.
Rambutnya hampir mengenai pundak, jadi Zen lebih memilih mengikat sebagian rambut, dan sebagian lagi dibiarkan tergerai.
'Hm, kulitku terlalu pucat, apa aku gunakan pemerah pipi agar tidak terlalu pucat?' batin Zen, tapi Zen tidak mempunyai kosmetik apapun, Zen hanya memiliki sabun cuci muka, pelembab muka dan kulit, lalu lip balm agar bibirnya tidak kering.
'Mungkin nanti aku akan membeli makeup dan alatnya agar membuat kulitku terlihat lebih cerah dan hidup, kulitku terlalu pucat, bisa-bisa nanti malah disangka mayat hidup, apalagi tubuhku yang kurus seperti ini' batin Zen insecure saat membandingkan tubuhnya dengan anak-anak yang seusia dengannya.
'Sangat miris pemirsa'
Setelah selesai bersiap, Zen langsung mengikuti Henry ke ruangan di mana konferensi pers dilaksanakan.
Saat masuk, ruangan itu sudah penuh dengan para wartawan dan reporter.
Banyak alat kamera yang berdiri di ruangan itu, bahkan meja yang disiapkan untuk Zen dipenuhi oleh microphone.
'Wow, lumayan juga, dulu saat masih jadi Zean bahkan lebih dari ini' batin Zen ketika melihat orang-orang di dalam ruangan.
Yah~ bagaimanapun dulu ketika Zean datang ke suatu tempat pasti akan dipenuhi orang-orang yang ingin mewawancarainya, bahkan mereka yang jauh-jauh dari luar negeri datang hanya untuk meliput berita tentangnya.
"Hm, jadi nostalgia" gumam Zen yang hanya bisa didengar olehnya sendiri.
Zen dan Henry duduk di kursi yang sudah disiapkan, di depan para reporter itu.
Banyak yang bertanya-tanya tentang Zen ketika melihatnya.
Setelah beberapa menit keheningan, keluarga Vynes datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sistem Dominasi
FantasyZean Abighail Vynes, mati ditangan suaminya sendiri karena ingin mengambil alih semua yang dimiliki oleh Zean. seorang wanita yang dijuluki sebagai wanita terkaya di dunia dengan kekayaan mencapai 200 kuadriliun, semua itu adalah kekayaan bersih yan...