• keluar rumah •

289 41 8
                                    

Winnie tiba-tiba merasa asing

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Winnie tiba-tiba merasa asing. Ia mematung di depan cermin setinggi badannya, memperhatikan penampilannya dari bawah hingga atas. Renda pada dress putih yang pertama kali ia kenakan di rumah singgah ini lantas dililit dan dipermainkan asal. Pandangannya memang fokus ke kaca, tetapi pikirannya berkeliaran ke mana-mana. Senja hampir tenggelam dan tudung hitam Peter telah disiapkan. Ia harus pergi dari sini.

Semua penghuni menunggu di meja makan. Mau mendesak sekalipun, mereka tetap berpamitan. Tere sengaja memanggang kue baru yang dihiasi buah hasil memetik tadi sore. Ia kemudian memotongnya kecil-kecil dan membagi rata, menyisakan seukuran telapak tangan di atas piring Winnie. Sirup dari kental manis dan sari stroberi ia tuangkan di sekitarnya.

"Semoga kamu suka, ya."

Winnie tersenyum. "Masakanmu nggak pernah mengecewakan, kok. Makasih, Tere."

Gadis yang lekas beranjak dari kursinya itu mengangguk. Ia berjalan menuju rak dan mengeluarkan beberapa kotak putih. Sebuah tas ikat kecil bermotif kupu-kupu juga ia keluarkan. Winnie hanya menatap sambil menghabiskan makanannya.

Peter datang dari belakang rumah dengan pakaian baru. Masih hitam, tetapi berlengan panjang dan sangat tertutup--hanya menyisakan area muka. Tanpa menyambut senyuman Winnie yang hendak menawarkan kudapan manis buatan Tere, lelaki itu berlari-lari kecil ke lantai dua dan turun beberapa waktu kemudian. Di tangannya menggenggam pisau lipat kecil yang lantas dimasukkan ke tas yang Tere tawarkan.

"Kamu yakin akan berjalan kaki sejauh itu, Pete?"

"Iya. Terlalu berisiko kalau lewat jalan utama."

Tere mengembuskan napas panjang. "Justru biasanya jam segini Paman Hans berburu di hutan."

"Beda arah. Kamu nggak perlu khawatir."

"Kalau tiba-tiba dia pengin ke sana, gimana? Kan nggak menutup kemungkinan kalian bakal ketemu. Kenapa nggak dari siang aja, sih?" ungkap Tere kesal. Namun, ia mengucapkannya seperti berbisik. Di detik-detik terakhir kepergian Winnie, ia tidak ingin melukai perasaan gadis itu.

"Makin bunuh diri lagi. Jam segitu gampang terlihat, tau!"

"Ya, kalau gitu besok pagi, deh."

Peter meraih tangan Tere dan menggenggamnya. "Berangkat sekarang pun belum karuan bisa sampai tepat waktu, apalagi besok. Udah, ya. Kita akan baik-baik aja, kok."

"O-oke. Bener, aku nggak perlu ikut?"

"Harus ada orang yang di rumah. Aku takut Paman Hans ke sini lagi."

"Tapi, aku takut."

"Nggak apa-apa." Peter memeluk Tere dan mengusap rambutnya lembut. "Aku akan mengantarnya dan pulang dalam keadaan baik-baik aja."

"Nggak, aku nggak butuh sekadar baik-baik aja. Aku butuh kamu hidup."

"Nggak usah lebay." Peter tertawa kecil. "Aku nggak mau dan nggak akan mati konyol."

Finding Unknownland ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang