Prolog

823 52 0
                                    

Kos Hijau yang terletak di Jalan Merpati itu kini dipenuhi oleh seluruh penghuninya. Suatu kondisi yang sangat jarang dialami karena ke 10 orang penghuni kosan tersebut adalah mahasiswa yang sangat sibuk dan membuat mereka jarang menghabiskan waktu bersama. Meskipun saat ini mereka juga tengah disibukkan dengan kegiatan masing-masing, namun setidaknya mereka berada di kosan pada waktu yang sama.

Seperti halnya saat ini, Kaili dan Emilio tengah duduk di teras sambil meminum kopi layaknya bapak-bapak, Farzan yang sedang menyiram tanaman di kebun depan, Radi yang tengah memasak nasi goreng di dapur, Ocean yang sedang menjemur bajunya di lantai atas, Ethan dan Adnan yang sedang bermain PS di ruang tengah, Harris yang tengah mencuci motor ninja nya di garasi bersama Sakya yang juga tengah mencuci motor vespa nya, dan Malik yang duduk di meja makan sambil menikmati susu cokelat yang baru saja dibuatnya.

Hari ini adalah hari Minggu, yang juga merupakan hari terakhir mereka di kosan sebelum mereka pulang ke rumah masing-masing karena sudah memasuki waktu liburan. Sebenarnya, tidak semuanya pulang kampung karena Malik dan Farzan memutuskan untuk tetap di kosan karena masih ada urusan yang harus diselesaikan di Bandung.

"AAAH GOBLOK!" teriak Adnan sambil melempar stick PS nya. Ia baru saja dikalahkan oleh Ethan untuk yang kedua kalinya.

"Lo culun banget dah, Nan. Udah lama ga maen sih." ledek Ethan. Adnan menggaruk rambutnya frustrasi.

"Se game lagi deh. Kalo gue kalah lagi berarti emang gue culun beneran." ujar Adnan.

"Deal."

Mereka berdua kembali melanjutkan permainan mereka. Malik yang menyaksikan mereka berdua hanya bisa menggelengkan kepalanya.

Sementara itu di teras rumah, nampak begitu tenang. Emilio masih asyik membaca komik conan yang baru saja ia pinjam dari temannya. Kaili yang sedari tadi sibuk bermain ponsel, akhirnya mengangkat wajahnya.

"Bang Harris besok jadi nebeng gue balik ke Jakarta gak?" tanyanya pada Harris yang sedang mengelap motornya.

"Jadi, Kai. Supir lo jadi jemput kan?" tanya Harris balik. Kaili mengangguk.

"Kok gue gak lo ajak sih?" protes Emilio.

"Lah lo katanya bareng Bang Ethan?" tanya Kaili. Emilio meringis.

"Oh iya, lupa." jawabnya.

"Lo kenapa gak bareng Radi sama Adnan aja sih, Mil? Bukannya rumah kalian deketan ya?" kali ini Farzan ikut menyahut.

Emilio mendelik, "Lo gila, bang? Nyuruh gue nebeng sama Bang Adnan? Berasa di ospek kali gue sepanjang jalan." jawabnya. Sakya yang mendengarnya pun tergelak.

"Lebay banget sih lo, Adnan nya aja biasa aja perasaan." ujarnya. Emilio mencibir.

"Bang Adnan serem tau, Bang. Apalagi badannya tinggi terus rambutnya gondrong gitu, duh belom berani deh gue ngobrol santai sama dia." jawab Emilio.

"Siapa yang serem?" Ocean muncul dari dalam setelah selesai dengan urusan menjemur pakaiannya.

"Elu Bang." jawab Emilio asal. Ocean mencibir.

"Tuh, nasi goreng nya udah mateng kata Radi, semuanya disuruh masuk." ujar Ocean sambil berbalik masuk kembali ke dalam.

"Yes, gue udah laper banget." Farzan melipat selang air yang ia gunakan untuk menyiram tanaman, meletakannya di sudut kebun, dan langsung masuk ke dalam mengekori Ocean.

Semua yang berada di teras dan garasi pun mulai masuk ke dalam satu persatu dan berjalan menuju meja makan. Radi yang dibantu Malik pun menyiapkan nasi goreng beserta telur ceplok di meja makan.

"Nan, Than, makan dulu nih." panggil Malik.

"Iya Bang, bentar tanggung." jawab Adnan. Ia masih sibuk berusaha mengalahkan Ethan.

"Tuhkan gue bilang apa! Gue emang lagi kurang jam terbang aja." tak sampai 1 menit, Adnan pun akhirnya berhasil memenangkan game ketiga nya. Ethan manggut-manggut mengakui skill Adnan yang masih cukup bagus.

Ethan meletakkan stick PS nya dan bangkit mengikuti Adnan menuju meja makan. Ia menarik kursi di samping Harris dan juga Emilio yang sudah mulai menyendok nasi goreng nya.

"Kai, gue denger paper lo tembus ke lomba yang itu yah? Apasih yang inter itu?" tanya Farzan membuka topik pembicaraan.

"Hah serius?" Emilio melotot dan menoleh ke arah Kaili yang kini tengah tersenyum lebar.

"Iya, Bang. Alhamdulillah. Tinggal tahap final sih Bang, rencana nya minggu depan." jawab Kaili.

"Widih gila keren juga lo." ujar Harris. "Lomba nya dimana nanti?"

"Final nya di Singapore sih. Doain ya Bang hehe." jawab Kaili.

"Nanti abis liburan syukuran lah kita." celetuk Adnan sambil mengunyah nasi goreng nya.

"Beres itu mah, Bang. Doain aja gue menang ya." ujar Kaili.

"Aaamiin." jawab beberapa dari mereka.

Ya, hanya beberapa. Tidak semuanya.

*********

HALO! This is my very first thriller/mystery story so I'm really sorry for all the mistakes. Ke depannya, kalian akan diajak untuk ikut berpikir, siapa dan apa yang berada dibalik semua masalah ini. Ku tunggu feedback baik dari kalian❤️

As It Was | nct 127Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang