Chapter XV: The Interrogation

210 34 2
                                    

Mereka berdelapan kini tengah duduk di ruang tunggu kantor polisi, menunggu giliran nama mereka dipanggil menuju ruang interogasi. Suasana diantara mereka masih diselimuti rasa tegang akibat pertengkaran antara Radi dan Adnan di depan rumah mereka tadi.

"Gue bakal jelasin semuanya, Rad. Sepulang kita dari sini." ujar Adnan pada Radi yang tengah duduk di sebelahnya.

"Bagus, karna cuma itu yang mau gue denger dari mulut lo." sarkas Radi.

Ocean yang berada di samping Adnan hanya bisa menelan ludahnya. Ia sendiri memikirkan bagaimana Adnan akan menceritakan semuanya kepada Radi?

"Saudara Aditya Farzan?"

Farzan bangkit dari duduknya, dan kemudian masuk ke dalam ruang pertama. Ketujuh orang sisanya masih harap-harap cemas menunggu giliran mereka.

Farzan masuk ke dalam ruangan dengan 2 kursi dan 1 meja di antaranya. Di kursi satunya ada Detektif Ravi, detektif yang juga menangani kasus Kaili tempo hari.

"Saya turut berduka cita ya." ujar Detektif Ravi begitu Farzan duduk di kursi yang sudah disediakan. Farzan hanya mengangguk pelan.

"Maaf tapi sebelumnya saya gamau banyak basa-basi karna diluar sana temen kamu juga lagi nunggu giliran." ujar Detektif Ravi. "Jadi bisa langsung diceritakan saja kronologi kamu menemukan Ethan tadi pagi?"

Farzan menceritakan setiap kronologinya tanpa terlewat sedikitpun. Detektif Ravi mendengarkan dengan seksama, seraya mencatat pernyataan yang menurutnya penting pada laptopnya.

"Kalau saya mendengar dari pernyataan kamu, saudara Ethan ini sepertinya bunuh diri. Apa dia pernah cerita mengenai sesuatu yang ada di pikirannya sebelumnya?"

Farzan menggeleng, "Saya gak percaya kalau Ethan bunuh diri, detektif." ujarnya.

"Kenapa kamu bisa yakin seperti itu?"

"Sejak kecil, Ethan punya phobia terhadap darah karna mendiang ibunya meninggal akibat pembunuhan, dan Ethan jadi orang pertama yang nemuin jasadnya." ujar Farzan.

Detektif Ravi manggut-manggut. Ia tampak serius mengetikkan sesuatu pada laptopnya. Dahinya mengernyit.

"Jadi, kamu yakin ada seseorang dibalik kematian Ethan?" tanya Detektif Ravi. Farzan mengangguk.

"Dan saya rasa ini ada kaitannya juga dengan kasus Kaili." ujar Farzan.

Detektif Ravi menyingkirkan laptop yang ada di hadapannya. Ia menumpukan kedua lengannya diatas meja dan memajukan tubuhnya mendekat ke arah Farzan.

"Hasil penyelidikan untuk kasus Kaili sudah keluar. Namun kami masih butuh tindakan kooperatif dari kalian. Setelah proses ini selesai, kalian akan dipanggil lagi ke ruangan sebelah untuk tindak lanjutnya. Jika kalian merasa keberatan, kalian boleh memanggil pengacara kalian." ujar Detektif Ravi. Farzan menelan ludahnya.

Setelah dimintai keterangan selama kurang lebih 2 jam, Farzan keluar dari ruangan. Ia bermaksud menuju ke ruangan sebelah seperti yang telah dikatakan oleh Detektif Ravi barusan. Namun saat melewati ruang tunggu, ia melihat hanya Emilio dan Harris yang ada disana.

"Yang lain pada kemana?" tanya Farzan.

"Udah pada dipanggil ke ruangan lain." jawab Harris. Farzan mengangguk kemudian masuk ke ruangan selanjutnya.

Di dalam sana ada seorang wanita muda berpakaian putih tengah duduk di kursi. Dihadapannya ada meja yang diatasnya terdapat kotak yang sepertinya berisi alat-alat penyelidikan. Wanita tersebut tersenyum saat melihat Farzan masuk.

"Halo, Aditya Farzan?" tanyanya. Farzan mengangguk.

"Aku Nadya dari crime lab. Detektif Ravi udah bilang kan kalo hasil penyelidikan untuk kasus saudara Kaili sudah selesai?" tanyanya. Farzan lagi-lagi mengangguk.

As It Was | nct 127Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang